Hal-hal menarik yang tersaji di Sulteng Expo 2024
Penulis: Sindi Dian Wahyuningtias | Publikasi: 27 April 2024 - 15:31
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Hal-hal menarik yang tersaji di Sulteng Expo 2024
Nur Emi menampilkan keahliannya menenun kain di Sulteng Expo 2024 | Foto: Dwi Efrian Saleh/Tutura.Id

Semarak perayaan ulang tahun ke-60 Provinsi Sulawesi Tengah diwarnai dengan kemeriahan Sulteng Expo 2024. Acara tahunan yang kembali hadir setelah pandemi ini berlangsung di Sirkuit Panggona Palu dari tanggal 25 hingga 28 April.

Mengusung tema "Hilirisasi Sektor Unggulan di Negeri 1000 Megalit Sulawesi Tengah", pameran ini menjadi etalase bagi berbagai potensi daerah untuk unjuk gigi, menarik minat investor, dan mendorong kemajuan ekonomi daerah.

Acara yang terangkai dengan kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBWI) ini menghadirkan beragam stan dan suguhan menarik di atas panggung.

Para pengunjung jadinya tak sekadar mendapatkan informasi dan hiburan, tapi juga bisa mengenali lebih dekat aneka produk UMKM lokal.

Apa saja hal-hal menarik yang bisa ditemui dalam penyelenggaraan Sulteng Expo tahun ini? Berikut beberapa di antaranya:

Beragam motif kain tenun hasil olah tangan Nur Emi yang dipamerkan dalam Sulteng Expo 2024 | Foto: Dwi Efrian Saleh/Tutura.Id

Keanggunan tenun buatan tangan Nur Emi

Bagi para pencinta kain tenun, Sulteng Expo 2024 menghadirkan beragam jenis tenun tradisional yang merupakan warisan budaya khas Sulawesi Tengah, seperti Donggala, Palu, dan Sigi.

Pada Jumat (26/4) malam, Tutura.Id mengunjungi stan kain tenun khas Donggala dan mewawancarai Nur Emi, salah satu penenun yang berada di dalam stan. Kain tenun Donggala yang terbuat dari serat alami, seperti kapas atau sutra, diolah secara manual oleh para pengrajin lokal menggunakan alat tenun tradisional.

Emi tampak memperagakan cara menenun kain yang berasal dari Desa Towale, Kabupaten Donggala. Kain itu mulai diproduksi dan dipasarkan sejak tahun 2019.

Untuk menyelesaikan satu kain, prosesnya memakan waktu yang tidak sebentar. Satu kain berukuran empat meter, misalnya, selesai dalam jangka waktu dua pekan bahkan hingga satu bulan.

Tak heran jika harga kain tenun tradisional jadi lebih mahal dibandingkan kain tenun printing. “Untuk satu kain tenun sepanjang empat meter harganya satu juta rupiah. Untuk custom motif tertentu bisa mencapai dua juta rupiah,” ungkap Emi.

Kain tenun khas Donggala bisa dibuat menjadi macam-macam jenis fesyen, mulai dari baju, dasi, topi, tas, dan banyak lagi. Jadi, tetap bisa tampil modis sekaligus memperkenalkan kain khas daerah.

Ikan sidat alias masapi atau sogili yang banyak hidup di wilayah perairan Poso | Foto: Dwi Efrian Saleh/Tutura.Id

Ikan sidat yang mendunia

Ikan sidat (Anguilla spp) atau dalam lidah orang Palu lebih dikenal dengan sebutan masapi juga ikut nampang di Sulteng Expo 2024. Mereka diletakkan dalam akuarium.

Kepada para pengunjung yang singgah melihat, Hendri menjelaskan bahwa 90% wilayah perairan di Sulawesi Tengah, mulai dari sungai dan danau, merupakan habitat ikan sidat.

Poso bisa dikatakan jadi wilayah hidup favorit ikan sidat. Warga di kabupaten Sintuwu Maroso itu menyebutnya sogili. Ada lima jenis ikan sidat yang banyak ditemukan di sana, yaitu Anguilla marmorata, Anguilla bicolor pasifica, Anguilla celebensis, Anguilla borneensis, dan Anguilla interioris.

Ikan sidat memiliki begitu banyak kandungan yang bermanfaat untuk manusia, seperti protein, asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral. Kandungan gizinya bahkan lebih tinggi dibandingkan ikan salmon sehingga bisa membantu pertumbuhan anak.

“Untuk penjualan kami biasanya ekspor ikan sidat hidup ke Cina, tapi kami juga punya produk olahan untuk penjualan dalam negeri,” tutur Hendri.

Ada dua jenis produk olahan dari ikan sidat, yaitu sebagai bahan baku unagi kabayaki (makanan khas Jepang) dan bakso ikan sidat yang dipasarkan ke Surabaya dan Jakarta.

Harga yang ditawarkan masih cukup terjangkau, untuk bahan baku unagi kabayaki dibanderol Rp75 ribu per bungkus. Sedangkan untuk bahan baku bakso sidat dihargai Rp65 ribu per bungkus.

Jam tangan dan pulpen yang terbuat dari kayu hitam (eboni) termasuk yang jadi pusat perhatian para pengunjung Sulteng Expo 2024 | Foto: Dwi Efrian Saleh/Tutura.Id

Aksesori unik dan kreatif dari kayu

Penggemar kerajinan tangan jangan lupa mengunjungi stan yang satu ini. Ada berbagai macam aksesori unik dan kreatif, seperti gelang, jam tangan, pulpen, dan barang-barang perlengkapan rumah yang semuanya terbuat dari kayu. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp35 ribu-Rp350 ribu.

“Melihat pengolahan kayu eboni yang belum maksimal, saya mencoba untuk mengolahnya menjadi barang yang memiliki nilai jual lebih tinggi dan menggunakan bahan yang sedikit,” ujar I Gusti Setiawan, sang penjaga stan.

Kerajinan yang sudah diproduksi sejak tahun 2016 ini belum memiliki toko resmi. Segala aktivitas produksinya masih bersifat rumahan yang berlokasi di Tinggede, Marawola, Sigi.

Seorang pengunjung menikmati sensasi petualangan bermain gim virtual reality menggunakan kaca mata khusus | Foto: Dwi Efrian Saleh/Tutura.Id

Menjelajahi dunia virtual

Bagi para maniak game, Sulteng Expo 2024 juga menghadirkan pengalaman bermain yang tak terlupakan dengan teknologi virtual reality (VR). Menjelajahi dunia virtual jadinya terasa lebih realistis.

Wahana permainan virtual ini masuk di Kota Palu sejak awal Maret 2024 dan tersedia di Palu Grand Mall. Para pengunjung bisa menjajal keseruannya dengan merogoh kocek sebesar Rp50 ribu untuk durasi berpetualang selama sembilan menit.

Ada beberapa pilihan wahana petualangan virtual yang bisa dipilih pengunjung, mulai dari sensasi bertualang di kebun binatang, merasakan ketegangan naik rollercoaster, serta beberapa suguhan lain yang tak kalah seru dan mendebarkan.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
3
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ragam profesi dalam lukisan pop art bentuk palindo karya Lampurio
Ragam profesi dalam lukisan pop art bentuk palindo karya Lampurio
Budaya megalit khas Sulawesi Tengah ada di karya lukisan terbaru Lampurio. Lukisan-lukisan ini tengah dipamerkan…
TUTURA.ID - Festival Titik Temu jadi tempat bertemunya beragam keseruan
Festival Titik Temu jadi tempat bertemunya beragam keseruan
Kali kedua penyelenggaraan Festival Titik Temu berlangsung lebih meriah. Beragam suguhan baru dihadirkan.
TUTURA.ID - Museum Provinsi Sulawesi Tengah jangan ketinggalan zaman
Museum Provinsi Sulawesi Tengah jangan ketinggalan zaman
Derap zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat mengharuskan pengelola museum beradaptasi dan berinovasi. Agar fungsi…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng