Dian sudah menikah selama lima tahun, ketika tiba-tiba seorang teman lelaki dari masa lalu masuk dalam hidupnya. Semua bermula dari satu pesan lewat Facebook, beranjak bertukar kabar, lalu meningkat jadi saling telepon, dan sesekali jalan berdua untuk sekadar mengopi.
“Dia (Si Lelaki) temanku waktu SMP. Dia yang kontak saya duluan di FB. Satu kali, dia datang ke kantorku siang-siang baajak minum kopi, saya tolak karena waktunya mepet dengan jam istirahat,” ujar perempuan berusia 34 tahun itu, saat mengobrol dengan Tutura.Id pada 23 Oktober 2022.
Beberapa kali, Dian coba menolak ajakan teman lelakinya itu. Namun pada satu titik dirinya luluh. Dian tergoda untuk sekadar jalan berdua. Relasi itu pun bertambah intens. Kini keduanya kerap saling telepon hingga dini hari.
“Kadang sampai pagi torang baku telepon lewat IG. Itu pas istrinya lagi pergi ke rumah mertuanya. Kalau suamiku ada bapiket malam, saya gas lagi baku telepon dengan rajal,” ujar Dian. Ia mengklaim keduanya dalam posisi “sama-sama tahu" alias sadar status masing-masing yang telah menikah.
Sudah dua bulan relasi ini berjalan. Dian pun mulai berdebar-debar.
“Sekarang saya yang suka cari-cari dia, kalau dia tidak ba-DM saya yang gelisah,” ujar Dian beriring tawa. “Pokoknya kayak saya mau bikin-bikin terus alasan supaya torang ketemu lagi,” kata pegawai honorer di satu instansi pemerintah tersebut.
Meski begitu, Dian mengklaim hubungan mereka sebatas pertemanan, dan tanpa kontak fisik atau hal-hal seksual.
Bagi sebagian orang, relasi Dian dan teman lelakinya mungkin normal belaka. Sebagian yang lain boleh jadi akan mengategorikannya sebagai selingkuh.
Micro cheating, atau terjemahan bebasnya perselingkuhan mikro, bisa jadi istilah yang pas untuk menggambarkan situasi ini.
"Selingkuh tipis-tipis"
Situs khusus tema-tema psikologi, Choosing Therapy menerangkan micro cheating sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku yang lazimnya tidak masuk kategori perselingkuhan.
Ia memang punya perbedaan dengan perselingkuhan makro yang bisa melibatkan keintiman dan aktivitas seksual. Namun micro cheating punya beberapa aspek yang lekat dengan perselingkuhan, misal ketidakjujuran dan kerahasian pada pasangan.
Orang yang melakukannya juga sering menganggap sepele, dan kerap terjadi tanpa disengaja. Mereka juga tak mengangapnya sebagai selingkuh, terutama karena tak melibatkan kontak seksual.
Walaupun sepele dan relasinya mudah diputus, tetapi laku “selingkuh tipis-tipis” ini bisa menyakiti pasangan dan menganggu komitmen. Pun bisa menjadi beban dalam relasi di kemudian hari.
Berikut ini beberapa contoh dari perilaku micro cheating:
- Mengirim pesan menggoda kepada seseorang.
- Stalking secara obsesif pada mantan atau orang yang disukai di medsos.
- Berkomunikasi dengan intens dengan orang yang notabene kerap merayu.
- Menceritakan kehidupan seks, sexting, atau mengirim foto syur pada orang lain.
- Berdandan untuk terlihat menarik di mata orang yang disukai alih-alih pasangan.
- Menjaga komunikasi teratur dengan para mantan atau seseorang dari masa lalu.
- Mencari alasan untuk bertemu dengan orang yang disukai, dan tega membohongi pasangan.
Perselingkuhan dan gangguan emosional
Psikolog Klinis yang berbasis di Palu, Indri Sutrisna Widyaningsih, menyebut bahwa selingkuh (termasuk micro cheating) boleh saja dikategorikan sebagai perilaku dan kebiasaan buruk.
Meski demikian, Indri mengingatkan agar kita tak boleh buru-buru menghakimi pelaku selingkuh.
“Tidak bisa juga langsung menghakimi orang. Mana tahu dia punya trauma masa kecil, atau mungkin sedang ada masalah di dalam rumah tangga?” ujar Indri, saat kami mengobrol di sebuah kedai kopi, bilangan Jalan Zebra, Palu.
Indri menjelaskan bahwa pada beberapa kasus selingkuh juga bisa jadi disebabkan oleh gangguan emosional, misal:
- Gangguan kepribadian ambang (Borderline personality disorder): Orang dengan gangguan ini cenderung tidak stabil dalam menjalin hubungan.
- Gangguan kepribadian narsisistik (Narcissistic personality disorder): Orang dengan kepribadian narsisistik sering merasa ada yang kurang dengan hubungannya, sehingga mencari orang lain untuk mengisi kekosongan
- Gangguan kepribadian histrionik(Histrionic personality disorder): Seseorang dengan kepribadian histrionik kerap bersifat dramatis dan senang jadi pusat perhatian. Mereka susah untuk punya relasi erat dengan orang lain, tapi suka menggoda secara seksual.
Indri pun mengingatkan agar setiap orang yang sudah membangun komitmen untuk memahami risiko, motif, dan alasan bila terjadi perselingkuhan.
"Hal seperti ini penting diketahui dan dikonsultasikan. Bila dibutuhkan bisa mengunjungi tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater," katanya.
Sepelik apapun masalah yang dihadapi dengan pasangan, "selingkuh tipis-tipis" bukan jalan yang tepat untuk mencari penyegaran atau pun pembenaran. Apalagi dalam suatu ikatan pernikahan yang berlandaskan komitmen sehidup semati.
Catatan redaksi: Dian merupakan nama samaran, sengaja dipakai untuk melindungi privasi.
Indri Sutrisna Widyaningsih selingkuh selingkuh tipis-tipis microcheating komitmen pacaran pernikahan relasi gangguan emosional psikolog psikologi