Nongkrong dengan sopir angkot; banyak menganggur, sedikit ngopi
Penulis: Nasrullah | Publikasi: 18 November 2022 - 17:10
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Nongkrong dengan sopir angkot; banyak menganggur, sedikit ngopi
Satu bangkai mobil angkot di Kota Palu. (Foto: Yahya M. Ilyas).

Enam mobil angkutan kota alias angkot terparkir di bahu jalan. Para sopir sesekali menyahuti pejalan kaki yang bawa barang dari pasar. Mereka menawarkan jasa untuk mengantar. Namun dari sekian banyak orang yang disapa, belum ada yang tertarik.

Siang panas, 11 November 2022, pada satu titik di sekitar Pasar Manonda alias Pasar Inpres, Palu, saya duduk dan bercerita dengan para sopir angkot. Tiga jam duduk di situ, formasi mobil yang terparkir sama sekali tak berubah. Pengemudinya pun tak  beranjak.

Mereka sekadar duduk minum kopi sasetan, yang sengaja dibuat dalam gelas besar untuk dinikmati bersama. Ungkapan saling pinta rokok juga sesekali menyela obrolan. Mereka memang banyak menganggur, sedikit mengopi, dan mengisi waktu kosong dengan bacerita.  

Angkot memang sudah kalah pamor dengan moda tranportasi lain di Palu; yang paling sering dibilang ialah taksi daring. Namun bahkan dengan dokar, atau becak, nasib angkot tak lebih baik.

“Kalau dulu pulang kerja, istri di rumah masih bisa dikasih 200 sampai 300 ribu untuk uang harian. Kalau sekarang bisa kasih 50 ribu sudah bagus,” kata Abdul Hais. Ia seorang lelaki paruh baya keturunan Kaili-Arab, yang sudah puluhan tahun menyetir angkot.

"Naje sekarang jadi sopir angkot," keluhannya mungkin akan terdengar menggantung di tengah udara panas, bila tak disambut dengan tawa oleh rekannya, terutama karena dialeknya yang khas warga keturunan Arab di Lembah Palu. Para sopir bilang hanya cerita dan tawa yang biasa mengisi hari-hari tanpa penumpang.

Keluhan lain datang dari Ardiman (60), yang sudah menggeluti dunia angkot sejak 1990. Ia mengaku telah meninggalkan rumahnya sejak pagi sekali, paling telat pukul 7.00 WITA. “Baru bangun ayam, so turun saya. Karena kalau lambat so diambil taksi online semua penumpang,” ujarnya.

Gempuran moda transportasi daring bikin angkot terpukul. Banyak orang pilih naik taksi daring.

Alhasil, para sopir angkot yang tersisa harus ambil trayek jauh, bahkan hingga melintasi kabupaten. Misalnya, dari Inpres, Palu bergerak ke utara menuju Wani, Donggala. Untuk trayek informal ini mereka tarik ongkos Rp15 ribu per kepala.

“Malahan saya pernah antar penumpang sampai Lero, sekitar 40-an kilo dari sini,” kata Ardiman. Para sopir angkot juga tak jarang harus tambah penghasilan dengan mengangkut barang apa saja.

Namun atas tindakan ini mereka kerap mendapati teguran dari polisi lalu lintas sebab telah melanggar Undang-Undang Lalu Lintas 22/2009. Di pasal 307, ada aturan tentang tata cara pemuatan, daya angkut, dan dimensi kendaraan. Pelanggarnya bisa didenda Rp500 ribu.

Masalahnya, kalau tak mengakomodir urusan angkat barang, dari mana uang bisa datang. “Angkot muat barang, open muat manusia. Kan tabale?” kata Ardiman setengah berseloroh. 

Mobil angkutan kota di Kota Palu. - (Foto: Nasrullah/Tutura.Id) 

Tersisa 45 angkot di Palu 

Alih-alih angkot atau pete-pete--seperti di Makassar--ada satu masa saat orang Palu menyebutnya sebagai "taksi." Guna membedakan, untuk taksi dengan sistem argometer digunakanlah istilah "argo". 

Angkot pernah merajai jalanan Palu. Jumlah armadanya yang banyak pernah pula dibuatkan trayek-trayek khusus. Namun sistem trayek tak jalan maksimal. Ia dianggap tak adil. Ada trayek ramai; sebaliknya, yang sepi belaka juga banyak.

Angkot lantas mulai dibebaskan keluar dari trayek. Mobil-mobil van kecil ini jadi pilihan warga Palu sebagai transportasi umum. Tinggal tahan di tepi jalan dan bilang tujuan; biarkan sopir memikirkan rute sebentar, bila searah Anda bakal terangkut.

Angkot, sebagai transportasi umum, pernah pula jadi pilihan terutama oleh siswa-siswi sekolah. Pun demikian bagi mahasiswa di tengah era 1990-an. 

Masa emas itu sudah berlalu. Dinas Perhubungan Kota Palu mencatat tersisa 45 unit angkot yang tersisa di Palu. Alih-alih memperbaiki sistem angkutan kota, Pemkot Palu pilih untuk menghadirkan moda transportasi baru.

Per 2022, Pemkot Palu mengoperasikan sembilan bus sekolah. Pada 2023, Pemkot Palu berencana hadirkan angkutan kota khusus perempuan. 

Keluh kesah pun kembali terdengar dari sopir angkot. Kali ini datang dari Ishak (51) yang menyebut bus sekolah merebut lahan sopir angkot. Rute bus sekolah di Palu Utara, misalnya, yang tabrakan dengan jalur angkot  di rute Palu-Pantoloan.

“Saya harap bus angkutan sekolah ditiadakan supaya kami ini ada tambahan penghasilan juga,” ujarnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Melihat kembali status kesehatan mental Gen Z di Sulteng
Apa kabar kesehatan mental Gen Z di Sulteng? Terkait  peringatan Hari Kebahagiaan Internasional, Tutura.Id mengajak…
TUTURA.ID - Asmara subuh ala remaja Kota Palu
Asmara subuh ala remaja Kota Palu
Sebuah tradisi lain yang muncul saban Ramadan di Indonesia. Entah siapa yang memulai, tapi banyak…
TUTURA.ID - Harapan dan realita di kawasan wisata kuliner
Harapan dan realita di kawasan wisata kuliner
Diresmikan sejak awal 2023, “Wisata Kuliner Teluk Tomini” terlihat lengang. Banyak pedagang yang tidak buka,…
TUTURA.ID - Dekatkan pelayanan, BPJS Kota Palu keliling ke kelurahan
Dekatkan pelayanan, BPJS Kota Palu keliling ke kelurahan
BPJS Kota Palu jemput bola dalam upaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan BPJS Keliling, mereka…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng