Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
Penulis: Pintara Dinda Syahjada | Publikasi: 21 Mei 2023 - 21:19
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Suhu panas ekstrem, El Nino dan ketahanan pangan di Sulteng
Cuaca panas ekstrem yang terjadi April lalu memicu kekhawatiran berkaitan dengan El Nino. Namun BMKG menyebut bila terjadi pada Juni atau Juli mendatang, akan terjadi dengan status lemah di Sulteng.(Foto: shutterstock/Neenawat Khenyothaa)

Masih segar dalam ingatan peringatan cuaca panas ekstrem dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 9 April 2023. Tidak hanya mengingatkan adanya kenaikan suhu panas yang signifikan, namun juga mengimbau agar berhati-hati beraktivitas di luar rumah. Salah salah satunya menggunakan tabir surya untuk mencegah paparan sinar ultraviolet.

Setelah 9 April, suhu udara pun tak surut tiba-tiba. Cuaca tetap terasa terik hingga akhir April 2023. Pun halnya terjadi di Kota Palu, yang notabene dikenal sebagai kota di khatulistiwa, tidak luput dari keluhan warganya terhadap hawa yang begitu panas.

Gelombang panas ini disebut-sebut sebagai bagian dari pengaruh equinox gerak semu tahunan matahari. Dimana berdampak pada terjadinya suhu panas ekstrem di Asia Selatan dan membawa pengaruh ke bagian Asia Tenggara. Termasuk Indonesia.

Bagaimana dengan cuaca di Bulan Mei 2023? Apakah panas ekstrem di bulan April membawa dampak jangka panjang dan menyebabkan El Nino? Apa dampak bagi pertanian dan ketahanan pangan di Sulteng?

Pertanyaan-pertanyaan ini secara alamiah muncul. Apalagi pada Sabtu (20/5/2023), media The Sun menerbitkan laporan berita kemunculan video yang menunjukan warga Kota Penang, Malaysia, melakukan panic buying membeli air mineral kemasan.

Warga beramai-ramain memborong air kemasan semampu mereka karena takut harga air mineral akan melonjak naik di masa depan, akibat menurunnya volume air di beberapa bendungan di Penang. Setelah ditelusuri, kejadian tersebut terjadi pada 16 Mei 2023.

Potensi El Nino

Staf Data & informasi BMKG  Stasiun Pemantauan Atsmofer Global Lore Lindu Bariri, Imron mengungkapkan  situasi panas di Indonesia sekarang masih dalam berada di fase netral. Begitu juga dengan suhu di Kota Palu.

Meski beberapa hari belakangan terasa panas yang menyengat hingga mencapai 37 derajat celcius, namun menurut Imron, hal tersebut masih normal. Sebab, sebelumnya suhu di Kota Palu pernah mencapai 39,8 derajat celcius.

Dia pun menjelaskan panas yang sangat menyengat di Kota Palu diakibatkan oleh beberapa hal. Pertama, Kota Palu sangat dekat dengan garis khatulistiwa. Kedua, Kota Palu berada di tepian pantai dan juga masuk dalan daerah bayangan hujan.

“Kalau untuk saat ini di Indonesia itu masih di fase netral, tapi kami sendiri dari BMKG memprediksi kedepan itu akan terjadi El Nino tapi statusnya lemah,” ungkap Imron saat ditemui di ruang kerjanya pada Senin (8/5/2023).

Lebih lanjut, Imron mengatakan bila El Nino terjadi, maka akan berlangsung pada bulan Juni atau Juli 2023. Namun El Nino diprediksi akan lemah, yang artinya masih akan terjadi hujan meski peluang terjadi hujan kecil.

Dirinya lantas menjelaskan peristiwa El Nino terjadi karena adanya fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.

Sedangkan La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino. Ketika La Nina terjadi, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Ketahanan Pangan

Website resmi Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Tanaman Pangan menuliskan beberapa hal penting, yang perlu diwaspadai terkait dengan kejadian El Nino di sektor pertanian. Sedikitnya, ada lima dampak akibat El Nino.

Pertama, El Nino dapat menyebabkan kekeringan karena peningkatan suhu muka laut dan kurangnya intesitas hujan yang turun. Jika terjadi kekeringan dapat berpengaruh terhadap hasil panen. Kedua, gangguan musim tanam yang hingga bisa menyebabkan terjadi kegagalan panen jika petani tidak menanam sesuai perubahan cauca.

Ketiga, penyakit dan mama. Perubahan kondisi cuaca dapat menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi beberapa penyakit dan hama. Hal tersebut dapat merusak tanaman dan mengurangi hasl panen.

Keempat, penurunan Kualitas Tanaman, kondisi cuaca yang ekstrem yang terkait dengan El Nino, seperti suhu yang tinggi dan kekurangan air, dapat menyebabkan penurunan kualitas tanaman. Buah-buahan dan sayuran yang tumbuh dalam kondisi yang tidak ideal cenderung memiliki ukuran yang lebih kecil, rasa yang kurang enak, dan kualitas yang buruk secara keseluruhan.

Kelima, Ketidakstabilan Pasar, jika panen berkurang atau gagal, pasokan dapat berkurang, yang dapat menyebabkan kenaikan harga dan ketidakseimbangan pasokan dan permintaan. Hal ini dapat mempengaruhi petani, pedagang, dan konsumen secara keseluruhan.

Lantas bagiamana dengan di Sulteng? Sebab perubahan cuaca dapat berpotensi mengancam ketahanan pangan dan sektor pertanian yang langsung dirasakan oleh petani.

Perubahan cuaca dan fenomena El Nino berkaitan erat dengan produksi pertanian. Tumbuhan akan sangat bergantung pada ketersediaan air.(Foto: Shutterstock/Saipullah Srg) 

Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Holtukultura Provinsi Sulteng, Ir. Arif S. Asikin, MP, mengungkapkan pihaknya melakukan beberapa antisipasi. Salah satunya adalah edukasi dan membuka informasi seluas-luasnya tentang cuaca ekstrem kepada pemangku kepentingan. Utamanya petani.

“Pada dasarnya kita yang melaksanakan kegiatan pertanian yang khususnya yang melibatkan petani, itu kadang kala terkendala dengan pengetahuan petani terhadap cuaca ekstrem,” ungkap Arif, saat ditemui Tutura.Id pada Senin (8/5/2023).

Untuk keperluan itu, Arif mengungkapkan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng (DTPH Sulteng) bekerja sama dengan BMKG, Universitas Tadulako dan Universitas Muhammadiyah. Tujuannya agar petani bisa melakukan antisipasi bila terjadi El Nino atau fenomena yang diakibatkan oleh perubahan cuaca. Bila tidak ada halangan, menurut Arif, rencananya pihak DTPH  Sulteng akan melaksanakan kegiatan sosialiasasi pada Mei 2023 ini.

Selain sosialisasi, Arif mengungkapkan pihaknya mengimbau agar petani tidak hanya menanam 1 jenis tanaman.  “Kalau ada kelapa misalnya, di bawahnya lagi harus ada kakao, di bawahnya lagi ada tanaman permusim, dengan melakukan hal tersebut dapat menghemat air,” sambungnya.

Sebab jika El Nino terjadi, Arif mengatakan akan berdampak menurunkan produktivitas petani, karena sebagian lahan pertanian tidak terolah dengan baik akibat kekurangan air dan suhu udara yang meningkat.

Dengan menanamkan tidak hanya satu jenis tanaman saja, hal tersebut juga dapat meningkatkan keanekaragaman pangan, sehingga bisa mengantisipasi jika terjadi cuaca ekstrem terjadi.

Arif pun mengungkapkan secara infrastuktur, sektor pertanian di Sulteng masih kesulitan. Menurutnya, infrastruktur di Sulawesi Tengah untuk sektor pertanian belum terlalu memadai karena  banyaknya sarana terjadi kerusakan akibat kejadian gempa dan tsunami pada 2018.

“Kalau Infrastruktur kita pada saat terjadi gempa dan tsunami kemarin itu kan rusak kita punya, contoh untuk Parigi, Sigi dan Kota Palu, mulai teratasi tetapi belum maksimal.” sambungnya.

Sebelumnya Sulawesi Tengah yang terdampak gempa dan tsunami 28 September 2018, pernah mengalami kekeringan. DTPH Sulteng pun merehabilitasi pembuatan mata air baru seperti irigasi perpompaan dan irigasi tanah dangkal sebagai upaya solusi dari kekeringan.

Staf Bagian Badan Pemeriksa Pengelolahan Lahan dan Air Irigasi DTPH Sulteng, Abdul Gafur, SP juga mengatakan  di beberapa daerah Sulteng, sudah ada sarana yang tersedia jika terjadi kekeringan. Misalnya, mengantispasi kekeringan dengan pembuatan dam parit dan embung.

“Hampir seluruh Sulawesi Tengah ada pembuatan dam parit dan embung tetap itu ada, semenjak setelah gempa itu sudah ada, sudah banyak hampir selurug daerah ada dam parit dan embung,” jelas Abdul Gafur saat ditemui Rabu (10/5/2023).

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Dua daerah di Sulteng beroleh opini Wajar Dengan Pengecualian dari BPK
Pemprov Sulteng menggenapkan raihan opini Wajar Tanpa Pengecualian selama 10 tahun beruntun. Namun, bukan berarti…
TUTURA.ID - Menggenjot pendapatan daerah tanpa retribusi yang memberatkan warga
Menggenjot pendapatan daerah tanpa retribusi yang memberatkan warga
Rencana pasangan HANDAL meniadakan retribusi sampah dan pajak makan dan minum bukanlah pembodohan publik. Sudah…
TUTURA.ID - Empat kebudayaan Sulteng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Empat kebudayaan Sulteng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia
Kebudayaan Sulteng yang jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia kian bertambah lisnya. Ada empat produk…
TUTURA.ID - Indeks Masyarakat Digital di Sulteng belum optimal
Indeks Masyarakat Digital di Sulteng belum optimal
Ada ketimpangan yang menganga antara Pulau Jawa dengan kawasan lain, terutama tengah dan timur Indonesia,…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng