Sejak pertengahan tahun lalu, harga beras di pasaran melambung. Kini, beriring Ramadan dan jelang Idulfitri, sejumlah keluhan mulai terdengar. Budi, seorang pedagang beras di Pasar Inpres Manonda, jadi salah seorang yang melempar keluh.
Kata Budi, semula harga beras berkisar Rp10.000-Rp11.000 per kilogram. Kini naik jadi Rp12.500-Rp13.000. Budi pun bilang lebih memilih mengonsumsi sendiri beras yang sedianya bakal dijual.
“Beras itu buat persiapan makan sendiri saja. Sekarang beras harganya mulai 12.500-13.000 rupiah. Mungkin setelah lebaran, kalau harga sudah turun, saya jual lagi,” kata Budi, saat ditemui Tutura.Id, Jumat (17/02/2023).
Murasalin (46), pedagang beras yang lain, juga menuturkan hal yang sama. Mursalin, yang sudah 15 tahun berdagang beras, menyebut bahwa kenaikan pada tahun ini yang tertinggi dan melampaui harga eceran tertinggi (HET).
“Tahun ini paling naik, sekarang itu harga beras Rp12.000 per kilo untuk beras premium, dan untuk beras Rp11.800 untuk beras medium,” katanya.
Padahal, harga eceran tertinggi sudah diatur lewat Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 57 Tahun 2017. Aturan itu menerangkan bahwa untuk wilayah Sulawesi harga eceran tertinggi beras medium 9.450, sedangkan yang premium paling mahal Rp12.800.
Biaya produksi naik, pasokan beras turun
Kepala Perum Bulog Sulawesi Tengah, David Susanto (55), mengakui adanya kenaikan harga beras di pasaran.
Menurut David, kenaikan harga beras itu disebabkan oleh pasokan beras yang turun, dan biaya produksi nan meningkat. Ada pula faktor cuaca ekstrem yang menyebabkan peristiwa gagal panen dan memengaruhi pasokan beras.
“Panen raya tahun ini, sepertinya tidak sebagus tahun sebelumnya. Karena harga pupuk yang tinggi, makanya harga di tingkat petani maupun di penggilingan kondisinya tinggi. Karena adanya penurunan jumlah panen, makanya harga cenderung naik,” kata David, Senin (27/03/2023).
Walau terjadi kenaikan, David optimistis situasi ini tak bakal jatuh sampai pada level kelangkaan. “Sekarang stok beras impor kita itu (Bulog) sudah gak ada lagi, dan untuk stok beras di pasaran itu cukup banyak. Amanlah,” tuturnya.
Adapun Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Tengah juga menaruh perhatian pada kenaikan harga beras ini. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulteng, Donny Iwan Setiawan menyampaikan bahwa kenaikan beras ini masih dalam batas wajar.
Ia juga mengakui bahwa Permendag Nomor 57 Tahun 2017 perlu segera diperbarui. “HET 2017 ini yang masih kita pakai sampai sekarang, sudah ada pengumuman dari kementerian mau ada perubahan HET, tapi belum keluar surat edarannya. Kita lagi menunggu,” ujar Donny.
Donny pun mengatakan bahwa Disperindag Sulteng akan terus memantau harga komoditi bahan pokok di pasar-pasar rakyat--terutama semasa Ramadan dan jelang Idulfitri.
“Dengan data pemantauan harian ini bisa memberi kasih alarm awal jika ada kelangkaan, pergerakan, kalau naik harganya kita bisa tau,” ujarnya.