Sebuah tower crane menjulang tinggi. Ia jadi penanda satu proyek besar (harusnya) sedang berlangsung. Penanda lain berupa pembatas proyek yang membatasi pandangan orang dari Jalan Robert Wolter Monginsidi, Palu, Sulawesi Tengah.
Tanda-tanda kemajuan proyek tersebut, meskipun minim, sebenarnya sudah terlihat. Konstruksi satu lantai basement sudah terlihat jelas. Konstruksi itu dilengkapi pula dengan jalur naik ke lantai atas. Ada pula belasan kerangka besi.
Hanya saja tak ada lagi aktivitas para pekerja proyek. Situasinya sepi belaka. Cuaca panas dan debu yang berterberangan menambah kesan terbengkalai.
Itulah situasi proyek pembangunan New Tatura Mall (NTM) saat Tutura.Id menyinggahinya pada Selasa (7/2/2023). Kebanyakan kita mungkin lebih akrab dengan nama Mall Tatura. Ia pernah jadi satu pusat perbelanjaan nan ikonik di Palu, sebelum bencana 28 September 2018 membuatnya roboh dan bertekuk pada tanah.
Kesan terbengkalai itu jauh berbeda dengan pemandangan sekitar dua tahun silam. Usai peletakan batu pertama, 20 April 2020, meski di tengah situasi pandemi Covid-19, banyak pekerja yang beraktivitas di lokasi proyek tersebut.
Aktivitas itu sempat bertahan sekitar setahun lamanya. Gelagat terhambatnya proyek Mall Tatura mulai terasa pada 19 Agustus 2021. Hanya sekitar enam bulan sejak Hadianto Rasyid menjabat wali kota Palu, aktivitas keuangan PT. CNE dibekukan oleh Pemkot Palu. Praktis perusda tersebut tak punya kontrol atas keberlanjutan proyek Mall Tatura.
Perkara pembangunan ulang Mall Tatura ini jadi buah bibir dalam dua pekan terakhir, terutama setelah Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid menyatakan keengganannya untuk meneruskan pembangunan.
Wali Kota Hadi tak mau lagi kasih dana pada PT Citra Nuansa Elok (PT CNE), perusahaan daerah milik Pemerintah Kota Palu, yang selama ini jadi pengelola Mall Tatura. Ia bilang bahwa dana pembangunan ulang itu terlalu besar. Bila pun ada dana tersedia, Hadi pilih opsi untuk merevitalisasi Pasar Sentral Inpres Manonda, alih-alih Mall Tatura.
“Dana yang dibutuhkan untuk membangun ulang Mall Tatura itu sekitar 500 miliar. Kalau ada invenstor yang punya uang sebanyak itu. Silakan,” kata Hadi, kepada Tutura.Id, Selasa (7/3/2023). Hadi terlihat enggan membicarakan proyek Mall Tatura. Ia bahkan bilang bahwa kami melempar “pertanyaan tendensius.”
Tak heran bila Hadi enggan membicarakan Mall Tatura. Pasalnya, penolakannya untuk membangun pusat perbelanjaan itu tengah jadi omongan publik.
Pada akhir Januari 2023, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palu, Muslimun, pernah menyayangkan terbengkalainya proyek tersebut yang dianggapnya menganggu estetika kota. Pada pekan pertama Februari 2023, sempat pula muncul demonstrasi dan penyematan spanduk bertuliskan “Selamatkan New Tatura Mall” pada pintu masuk proyek.
Imbas penundaan pembangunan ulang Mall Tatura turut dikomentari oleh Joppie Alvi Kekung, Sekretaris Komisi B (Perekonomian dan Keuangan) DPRD Kota Palu. Ia menyarankan Pemkot Palu, sebagai pemegang saham mayoritas dari PT CNE, untuk memberikan penjelasan seterang-terangnya agar isu ini tak jadi bola liar.
“Perlu diketahui bahwa dalam laporan terakhir yang kami terima (baca: DPRD Palu), progres pembangunan sudah sekitar 25-31 persen,” kata Joppie, saat dihubungi Tutura.Id, Selasa (7/3/2023).
Pembangunan pada fase awal itu konon berasal dari klaim asuransi Mall Tatura. “Meski tak ada penyertaan modal dari APBD, tapi serapan anggaran dalam progres 25-31 persen itu tetap akan kami pertanyakan.” ujarnya.
Meski demikian, politisi PDI Perjuangan Kota Palu itu bersepakat dengan sikap Pemkot Palu untuk tidak melanjutkan pembangunan Mall Tatura dengan membebani APBD. “Anggaran pembangunan Mall Tatura itu setara 39 persen APBD, fraksi PDI-P akan menolak anggaran sebesar itu,” katanya.
Pemkot Palu, kata Joppie, seharusnya bisa pula membuka kemungkinan-kemungkinan baru untuk mendanai Mall Tatura. Ia menyebut sebenarnya ada antara Pemkot Palu dengan Nusantara Halid Holding Group NH International PTE LTD Singapore. Perusahaan dalam jejaring bisnis Nurdin Khalid itu konon berminat menaruh investasi.
“Mungkin bulan Maret atau April 2023, salah satu anak perusahaan Grup Nurdin Halid akan berkunjung. Mereka ini yang berminat dengan Mall Tatura,” kata Joppie.
View this post on Instagram
Riwayat Mall Tatura
Mall Tatura dibangun pada 2006, alias setahun setelah Rusdy Mastura terpilih sebagai Wali Kota Palu periode 2005 – 2010. Namun plan pembangunan pusat perbelanjaan modern itu telah ada sejak era kepemimpinan Baso Lamakarate sebagai wali kota Palu.
Selama hampir 12 tahun, Mall Tatura berkembang menjadi salah satu pusat perbelanjaan paling ikonik di ibukota provinsi Sulteng ini.
Lantaran gempa 28 September 2018, Mall Tatura rusak berat. Sempat terbengkalai, mall berwarna dominan kuning ini akhirnya dirobohkan total.
Setelah menunggu lebih dari satu tahun, lewat PT CNE dan PT Aditama Karya Engginering and Consultant membawa harapan baru di bawah label bisnis New Tatura Mall (NTM).
Desain NTM--yang sempat jadi baliho besar di dinding seng pembatas proyek--menampilkan kesan modern elegan yang didominasi kaca.
Dalam pemaparan pihak pengembang dalam Rapat Dengar Pendapat bersama DPRD Palu, NTM akan dibangun dengan dana sebesar 379,2 miliar. Dana tersebut bersumber dari pinjaman sebesar 250 miliar, serta dana perusahaan sebesar 129,2 miliar. Proporsinya kira-kira 68 persen dari pinjaman, dan 32 persen dari kas sendiri.
Sebelumnya, PT CNE juga beroleh dana Rp86,3 miliar, hasil klaim asuransi dari PT Asuransi Umum Bumida 1967. Dana tersebut diperuntukkan sebagai modal awal pembangunan.
Setelah pembangunan berlangsung hampir dua tahun, keuangan PT CNE dibekukan, dengan alasan evaluasi. Kini Mall Tatura kembali terkatung–katung, sembari menunggu kepastian dari investor baru.
Mall Tatura New Tatura Mall NTM Walikota Palu Hadianto Rasyid PT CNE palu bisnis perbelanjaan pusat perbelanjaan mall palu ekonomi pembangunan