Saat ini bukan hanya warga Palu, atau Sulawesi Tengah secara umum, yang doyan berbagai olahan kelor. Warga dunia pun mulai keranjingan. Hal tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota Palu dr. Reny Arniwaty Lamadjido, Sp.PK., M.Kes.
“Permintaan itu banyak dari Jerman dan Prancis. Kita juga sampai kewalahan sekarang. Makanya kita mau menambah UMKM,” ungkap Reny saat Tutura.Id menyambangi kediamannya yang asri, Selasa (23/5/2023) sore.
Gelagat bakal naiknya permintaan ekspor terhadap kelor alias Moringa oleifera sudah terdeteksi sejak beberapa tahun silam. Warga Rusia, misalnya, mengantre untuk mencicipi teh kelor dan pia kelor saat berlangsungnya acara Festival Indonesia di Moskow (5/8/2017).
Permintaan besar juga datang dari pasar Australia, Cina, Hongkong, dan negeri jiran Singapura. Pasokan ke negara-negara tersebut akhirnya dipenuhi oleh Blora, Jawa Tengah.
Bentala kelahiran sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer ini punya Kampung Konservasi Kelor, tepatnya berada di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran.
Jawa Timur tak mau kalah mengekspor tumbuhan berjuluk “superfood” ini ke berbagai negara Asia. Termasuk mengirimkan 12 ton daun kelor khusus untuk memenuhi permintaan pasar Korea Selatan pada 2019.
Nusa Tenggara Barat (NTB) bahkan telah menjadikan kelor sebagai komoditas pertanian unggulan karena jaring pemasarannya hingga ke 13 negara. Salah satu hasil olahannya berupa teh kelor banyak berlabuh ke Kota Madrid, Spanyol.
Ragam olahan lainnya dari tanaman yang konon aslinya berasal dari India ini adalah stik daun kelor, bolu, pasta, masker wajah, kapsul, teh celup, hingga bakso.
Tidak mengherankan jika berbagai daerah berlomba menggenjot produksi kelor di tanahnya masing-masing demi beroleh cuan, termasuk Kota Palu yang punya julukan tak resmi sebagai “Kota Kelor”.
Bagi warga Palu dan sekitarnya, kelor sangat mudah ditemukan. Kerap menjadi tanaman rumahan, bahkan tumbuh liar entah di pinggir jalan atau tanah kosong tak berpenghuni bersanding dengan tumbuhan lain di sekitarnya.
Maklum, kelor bisa dibilang tanaman tahan banting karena bisa tumbuh dengan cepat, berumur panjang, berbunga sepanjang tahun, dan tahan kondisi panas ekstrim. Tak perlu ribet dengan segala mekanisme perawatan.
Laiknya tanaman rumahan, warga awam akhirnya menjadikan kelor cuma sebagai menu sayur, mulai dari daun hingga buahnya. Disajikan dengan santan kelapa atau bening sama menggugah selera.
“Tapi lebih bagus jadikan sayur bening supaya lebih bagus kandungan gizinya,” saran dr. Reny.
Menjulang berkat Kelor
Kelor pula yang berperan penting mengatrol posisi Kota Palu menjadi kota terbaik kedua se-Indonesia dalam anugerah Penghargaan Pembangunan Daerah tahun 2023.
Gelar ini diberikan saban tahun oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Menurut dr. Reny, Pemerintah Kotal Palu berhasil membuat tim penilai terkesan dengan program Pakuli alias Palu Kota Kelor Indonesia.
Bentuk implementasinya tertuang dalam program pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menggunakan kelor sebagai bahan dasar. Hasilnya berupa produk camilan, bubuk, dan bahan dasar kosmetik.
Beragam hasil olahan kelor tersebut jelas mendatangkan nilai ekonomis bagi warga. Hanya saja, diakui dr. Reny, para petani kelor kita masih kewalahan memenuhi permintaan pasar, domestik dan mancanegara, yang jumlahnya bisa mencapai 500 ton per tahun.
PT Kelor Organik Indonesia (KOI) sebagai industri yang bergerak di bidang pemanfaatan dan budidaya kelor di Palu hanya mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 24 ton per tahun. Padahal kapasitas perusahaan ini mampu memproduksi sekitar 300 ton per bulan. Menjadikannya sebagai pabrik pengolahan kelor terbesar di Asia Tenggara.
“Makanya kami mendorong agar lebih banyak lagi UMKM yang membudidayakan kelor,” tambah mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng periode 2018-2020 itu.
Pemkot Palu juga memberikan mesin pengering bagi kelompok tani atau UMKM yang membudidayakan kelor. “Hasilnya mereka kumpul lalu timbang. Itu sudah yang dijual. Namun, ada juga yang dijual langsung ke PT KOI,” tambah dr. Reny.
Direktur Utama PT KOI Fransisca Yauri sebelumnya telah menyebut ketersediaan bahan baku sebagai kendala. Soal kualitas, kelor yang tumbuh di Bumi Tadulako sudah diakui kualitasnya.
Perkebunan kelor yang dikelola PT KOI berlokasi di Jalan Radjapanto, Kelurahan Tipo, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu. Berdiri sejak 2020, tapi baru mulai beroperasi tahun lalu. Luas areanya mencapai 60 hektare. Namun, yang dimanfaatkan baru sekitar 15 hektare.
Ada tiga unit pengelolaan kelor di perusahaan ini, yaitu unit pangan, unit obat tradisional, dan unit kosmetik.
Pembelian bahan baku dari masyarakat menyesuaikan kandungan nutrisi, juga mengikuti standar prosedur ISO dan BPOM.
Sementara kelompok tani atau UMKM yang ingin menjadi mitra akan mendapatkan bantuan mesin pengering. Syaratnya minimal punya 1000 pohon kelor dan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan PT KOI.
kelor Moringa oleifera industri ekspor komoditas PT Kelor Organik Indonesia UMKM pertanian perdagangan Bappenas Kementerian PPN Penghargaan Pembangunan Daerah