Seorang pengendara sepeda motor berhenti ketika lampu lalu lintas alias traffic light menyala merah di salah satu perempat jalan Kota Palu, Rabu (3/5/2023).
Tak lama berselang sang pengendara langsung mengarahkan motor yang ditungganginya beringsut maju beberapa meter hingga melewati lajur dengan tanda setrip putih yang jadi penyeberangan bagi para pejalan kaki.
Beberapa pengendara lain di belakangnya saling berpapasan juga melakukan hal serupa walau tanpa saling memberi aba-aba. Alhasil hampir setengah lajur yang menjadi hak lintas bagi pejalan kaki terambil.
Aksi yang dilakukan para pengendara motor tadi demi mendapatkan posisi enak sembari menunggu lampu hijau menyala. Pasalnya tepat di atas mereka ada pohon rindang yang bisa jadi payung pelindung dari sengatan terik matahari. Orang Kaili bilang napane eo.
Walaupun hanya perlu waktu menunggu semenit saja, membiarkan tubuh terpanggang di bawah panasnya sinar matahari tentu bukan opsi yang menarik untuk diambil. Keringat bisa mengucur deras, gerah yang mengganggu, dan kulit iritasi bisa datang sekejap.
Kami sempat memeriksa laporan cuaca harian dalam layar ponsel, laman situsweb weather.com mencatat suhu Palu saat itu menunjukkan angka 36 derajat Celcius. Sudah melewati rerata suhu normal 32,5°C.
Bahkan hasil pantauan Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu pernah mencatat suhu menyentuh 37°C. Menjadikan kota ini masuk sebagai salah satu kota terpanas di Indonesia dengan risiko bahaya indeks ultraviolet sinar matahari ada pada titik ekstrem.
Atmosfer berbeda kami rasakan saat bertandang ke kantor sekretariat Relawan Orang dan Alam (ROA) di Jalan Rajawali, Palu Selatan. Berjejer tegakan pohon di lingkungan tersebut bikin suasana lebih sejuk dan asri.
Seorang lelaki paruh baya yang merupakan salah satu anggota perkumpulan, sembari menawarkan segelas kopi, hanya terkekeh mendengar cerita kami tentang banyak keluhan warga terkait cuaca panas yang terasa belakangan ini.
"Orang baru mulai ribut-ribut sekarang," tutur pria bernama Ahmad Subarkah itu. Abal, demikian sapaan akrabnya, seolah telah membaca gelagat yang dirasakan banyak orang sekarang ini sejak dulu.
BMKG dalam siaran pers mengungkap bahwa lonjakan panas di wilayah subkontinen Asia Selatan, kawasan Indocina, dan Asia Timur pada tahun ini termasuk yang paling signifikan.
Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia salah satunya diakibatkan oleh gerak semu matahari. Siklus biasa terjadi dan berulang setiap tahun.
Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, berkurangnya tutupan awan dan kelembaban udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap meningkatnya indeks ultraviolet sinar matahari.
Oleh karena itu, BMKG menyarankan warga untuk menggunakan tabir surya jika melakukan aktivitas di luar ruangan. Solusi jangka pendek ini bertujuan untuk mencegah kulit terkena radiasi.
View this post on Instagram
Menurut Abal, ada solusi lebih fundamental yang seharusnya jadi prioritas kita semua. Tanam dan rawatlah pohon yang merupakan jantung kehidupan bagi makhluk bumi. Penelitian juga mengungkap rimbun pepohonan bisa menurunkan suhu antara 2-8 derajat Celsius
"Ya, dengan pohon-pohon kita bisa menghijaukan kembali kawasan kritis. Bila perlu literasikan kepada generasi muda sejak anak-anak tentang pentingnya pohon, cara menanam pohon, atau minimal ikut terlibat dalam gerakan menanam," ujar Abal penuh semangat.
Bagi pelestari tanaman seperti Abal, pohon bukan hanya seonggok batang yang memiliki ranting dan dedaunan, tapi makhluk bernyawa ciptaan Tuhan laiknya manusia. Maka kita harus menyediakan ruang hidup untuk pepohonan sehingga kelak memberikan manfaat bagi kehidupan.
Manfaat itu bukan hanya jadi payung pelindung kita dari sengatan panas matahari, tapi juga rumah bagi spesies burung. Akar-akarnya yang menjalar di dalam tanah bisa menangkap banyak air sehingga bisa menahan banjir dan erosi. Cadangan air tanah yang banyak juga bermanfaat untuk kebutuhan hidup.
Kita menghirup udara tiap saat agar napas tak putus alias meninggal juga tak lepas dari andil pohon dalam memproduksi oksigen. Satu pohon dewasa rata-rata menghasilkan sekira 1,2 kilogram oksigen per hari.
Jika kebutuhan oksigen manusia sebanyak 0,5 kg per hari, berarti satu pohon cukup untuk menghidupi dua orang. Makin besar dan lebat pohon, makin banyak pula oksigen yang bisa diproduksinya.
Pohon merupakan penyerap karbon terbanyak di muka bumi. Solusi mencegah pemanasan global yang salah satu efeknya adalah anomali cuaca yang belakangan kita rasakan.
Pentingnya menyediakan ruang hidup bagi pohon, terutama di kawasan perkotaan, juga dianjurkan Rahmat Saleh, seorang arsitek urban landscape senior.
Kami bersua di kediamannya, Jalan Ki Hajar Dewantara, Palu Timur, Jumat (5/5). Tempatnya asri nan teduh lantaran banyak tanaman. Ia juga memfungsikannya sebagai working space dengan nama Ruang Dualapan
"Kualitas hidup masyarakat jika mendiami lingkungan yang hijau secara kesehatan fisik dan kejiwaan lebih baik dibandingkan dengan masyarakat di lingkungan yang kurang hijau. Belum lagi nilai ekonomi (nilai jual) serta keserasian/interaksi sesama makhluk hidup," jelas Rahmat yang juga aktif sebagai praktisi lingkungan.
Studi yang dipublikasikan The Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkap pula korelasi antara kota yang hijau dengan tingkat kejahatan.
Hasilnya kota yang asri karena punya banyak taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) bisa menurunkan tingkat kejahatan, mereduksi kekerasan dengan senjata api, dan bikin warganya merasa lebih aman bepergian ke luar rumah.
Bayangkan hijaunya daun, udara yang bersih, dan kicau burung. Tentu pemandangan tadi bikin hidup kita jadi lebih nyaman. Mengenyahkan stres.
Ilmu arsitektur juga menilai penting keberadaan pohon, bukan hanya dari segi estetika, tapi juga fungsinya secara ekologis dalam sebuah lingkungan urban. Pohon mampu menjaga keseimbangan alam.
Arsitek muda Alwan Supa segendang sepenarian. Alumni Universitas Tadulako ini menyebut betapa pepohonan perlu dilibatkan dalam lokasi proyek pembangunan (existing site). Tak mengherankan jika konsep desain bangunan miliknya selalu menyertakan ruang hidup dan tanpa melenyapkan pohon.
"Secara disiplin ilmu arsitektur, vegetasi pohon merupakan bagian dari existing site, kehadiran pohon mampu mereduksi panas", kata Alwan yang beberapa kali terlibat dalam desain pembangunan RTH.
Bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam Arsitek Komunitas, Alwan bergerak mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kehadiran pohon di setiap rumah warga.
"Kota harus memiliki ruang-ruang terbuka hijau. Bangunan bisa, kok, hadir dengan tidak menghilangkan pohon,” pungkasnya.
pohon ruang terbuka hijau kota hijau taman kota arsitektur cuaca panas pemanasan global BMKG Relawan Orang dan Alam