Catatan redaksi: Per 26 Desember 2023, korban meninggal dunia dalam kecelakaan kerja di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) bertambah menjadi 18 orang, yakni 10 orang TKI dan delapan orang TKA.
Kabar duka datang dari Morowali, Sulawesi Tengah pada Minggu (24/12/2023) pagi. Sebanyak 12 orang pekerja meninggal dunia dalam kecelakaan kerja yang terjadi di pabrik pengolahan nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulteng.
Dari 12 korban, tujuh orang berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Sementara lima orang lainnya Warga Negara Asing (WNA). Selain itu, sebanyak 38 orang mengalami luka-luka. Total korban meninggal dunia dan luka-luka mencapai 51 orang.
Berdasarkan investigasi awal PT IMIP, penyebab ledakan diperkirakan karena adanya cairan pemicu ledakan di salah satu tungku.
Awalnya sedang dilakukan proses perbaikan tetapi mendadak ledakan terjadi. Keadaan makin parah lantaran banyaknya tabung oksigen di sekitar lokasi ledakan.
Tabung oksigen terpicu dan mengakibatkan sejumlah ledakan susulan. Kebakaran baru berhasil dipadamkan pada pukul 09.10 Wita.
Manajemen PT IMIP menyebut bahwa mereka masih terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menginvestigasi kejadian ini. Fokus utama ada pada penanganan korban.
"PT IMIP akan menanggung seluruh biaya perawatan bagi korban dan memenuhi hak dan kewajiban para korban," kata Dedy Kurniawan, Media Relations Head PT IMIP, dalam rilis pers Minggu (24/12).
PT IMIP selaku penanggung jawab kawasan, juga turut berduka cita atas musibah ini, terutama keluarga korban yang terdampak.
Lihat postingan ini di Instagram
Beda data korban jiwa hingga desakan penghentian produksi
Saat insiden ini pertama kali dikabarkan, disebutkan bahwa korban luka-luka sebanyak 35 orang, sementara 12 orang meninggal dunia.
Belakangan data ini berubah menjadi 13 orang meninggal dunia, sedangkan data korban luka-luka tak mengalami perubahan.
Data ini juga dikonfirmasi laporan dari Kepolisian Resor (Polres) Morowali ketika dihubungi Tutura.Id (24/12).
“Iya, benar. Jumlah korban meninggal dunia dan korban lainnya seperti itu. Saat ini kami masih melakukan investigasi penyebab maupun identifikasi korban,” terang Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Polres Morowali Abdul Hamid.
Hamid juga menambahkan bahwa peristiwa ini telah ditangani oleh pihak Polres Morowali bersama pihak terkait dan mendapat atensi khusus dari Kapolda Sulteng, yang dikabarkan akan datang langsung meninjau proses penyelidikan di kawasan Proyek Strategis Nasional (PSN) itu.
Pernyataan Hamid juga diperkuat oleh Kapolda Sulteng Agus Nugroho. "Kecelakaan kerja di PT ITSS benar terjadi tadi pagi. Sementara korban sudah berjumlah 13 orang meninggal dunia, lima di antaranya WNA dan delapan pekerja lokal," kata Agus mengutip diksi.net, Minggu (24/12).
Kecelakaan kerja ini juga memicu sejumlah reaksi dari para pembesar politik. Ahmad Ali, Wakil Ketua Partai NasDem dan anggota DPR-RI dari Sulteng, menyebut bahwa ledakan itu diduga keras "terjadi karena kelalaian."
Ahmad Ali bahkan menyebut langsung akun Kepala Polri Listyo Sigit Prabowo. "Tolong aparat mengusut tuntas kelalaian tersebur. Tolong pak Kapolri @listyosigitprabowo," katanya lewat akun Instagram @madtu_madali.
Anggota DPR-RI asal Sulteng, Anwar Hafid, juga mengirimkan pesan belasungkawa lewat akun Instagram @anwarhafid14. "Tidak ada nyawa yang sebanding dengan apapun," tulisnya.
View this post on Instagram
Insiden pagi tadi juga menuai kecaman keras dari organisasi lingkungan, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulteng.
Manajer Kampanye dan Advokasi Walhi Sulteng Aulia Hakim menilai pemerintah tutup mata dan telinga atas persoalan kecelakaan kerja. Sebab rentetan kasus serupa kurun waktu 2022-2023 di kawasan pertambangan, pihak korporasi sama sekali tak mendapat sanksi tegas.
"Lagi-lagi kita melihat bagaimana pekerja ditumbalkan demi mengejar keuntungan semata. Tidak tersedianya APD yang dipatuhi perusahaan, aturan jam kerja semena-mena, rotasi kerja yang kacau, hingga peralatan yang dioperasikan tak terkontrol menjadi penyebab kecelakaan itu terjadi," terang Aulis kepada Tutura.Id, Selasa (24/12).
Atas peristiwa ini, Walhi Sulteng mendesak agar pemerintah menghentikan operasi PT IMIP dan menghentikan kampanye "hilirisasi nikel" sebagai angin surga kepada rakyat tanpa mempertimbangkan situasi pelik seperti kecelakaan kerja ini.
Aulia menyebut dasar penghentian ini dengan melihat ulang Undang-Undang (UU) 3/2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pasal 113 berbunyi, suspensi kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan bila terjadi keadaan kahar seperti perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran, serta bencana non alam di luar kemampuan manusia.
Selain itu, Aulia juga ingin pemerintah melihat ulang jika sektor nikel di Indonesia sangat intensif karbon dan merusak lingkungan sebagaimana laporan Brookings Institute (September 2023).
Sedang di Morowali—lokasi IMIP bermarkas—seperti temuan Greenpeace Indonesia, pohon-pohon ditebangi untuk lahan pertambangan dan peleburan yang menyebabkan 8.700 hektare hutan hancur.
kecelakaan kerja insiden musibah ledakan tungku peleburan smelter ITSS indonesia tsingshan stainless steel morowali sulteng