Potensi kekayaan bahari Sulawesi Tengah yang belum tergarap maksimal
Penulis: Hermawan Akil | Publikasi: 3 Juli 2024 - 23:06
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Potensi kekayaan bahari Sulawesi Tengah yang belum tergarap maksimal
Ikon Utama Wisata Pulau Papan di Kepulauan Togean berupa jembatan kayu panjang melintas di atas laut sepanjang 1000 meter | Sumber: kemenparekraf.go.id

Sulawesi Tengah (Sulteng) memiliki luas perairan melebihi wilayah daratannya. Mencapai sekira 77.295,90 kilometer persegi. Garis pantainya membentang sejauh 7.010,60 kilometer. Jejeran pulaunya berjumlah 1.572. Sementara luas wilayah daratannya sebesar 61.237,50 kilometer persegi.

Letak geografis Sulteng juga sangat menguntungkan sebab berada persis di tengah antara jarak menuju wilayah timur maupun barat Indonesia. Sangat potensial bila dikelola dengan tepat. Bisa menjadi pusat hilir mudik logistik maupun pelancong.

Dengan luas perairan yang ada, tidak mengherankan jika hampir setiap kabupaten memiliki destinasi wisata bahari sebagai andalan. Mungkin hanya Kabupaten Sigi yang menjadi pengecualian sebab tidak memiliki wilayah administrasi laut.

Merujuk data Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, ada sebanyak 12.332.063 wisatawan mancanegara dan domestik yang datang kurun 2019 hingga 2023.

Jumlah terbanyak datang atau berkunjung sepanjang tahun lalu yang tercatat 5.148.361 orang. Sebagian besar wisatawan domestik yang berjumlah 5.139.979 orang. Sementara turis 8.382 orang.

Kehadiran para wisatawan itu sudah melewati catatan sepanjang 2019. Pun melebihi target yang diungkapkan Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah Diah Agustiningsih.

Saat menghadiri Center Celebes Travel Fair 2023, Diah Agustiningsih pasang target bisa menggaet 1.320.000 wisatawan asing dan lokal sepanjang 2023. Ternyata yang datang berlibur jauh lebih banyak. Khazanah pariwisata laut yang dimiliki Sulteng tentu menjadi salah satu magnet yang menarik kunjungan.

Tahun lalu, saat pandemi sudah melandai, menjadi hari yang cerah bagi industri pariwisata. Pemerintah daerah tak ingin kalah sigap dengan pihak swasta demi menggenjot kembali sumber pemasukan dan sekaligus penguatan kembali ekonomi masyarakat.

Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep), misalnya, kembali melanjutkan kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sempat tertunda selama pagebluk. Daerah yang berjuluk “Bermuda in Central Sulawesi” ini menampung para mahasiswa UGM yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata.

Ada banyak program kerja yang tersusun untuk meningkatkan potensi lokal, termasuk pengembangan destinasi wisata yang ada di Bangkep. Salah satu program tersebut, yang melibatkan warga dan Pemerintah Kabupaten Bangkep, adalah Festival Sea Sea.

Kepulauan Togean yang berada di wilayah Kabupaten Tojo Una-Una dari dulu hingga sekarang juga tetap menjadi destinasi prioritas wisatawan. Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah berusaha mendorong agar daerah tersebut menjadi salah satu Kawasan Super Prioritas Nasional.

Masih ada banyak spot wisata bahari lainnya yang tersebar di Sulteng. Pengelolaan yang baik lagi profesional niscaya bisa mendatangkan lebih banyak pemasukan untuk kas daerah. Warga sekitar juga ikut terbantu roda perekonomiannya. Butuh komitmen dan kerja sama semua pihak untuk merealisasikannya.

Peta titik penyebaran wilayah pengelolaan perikanan di Indonesia

Perikanan tangkap laut masih jadi andalan

Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut Internasional atau “United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS) pada tanggal 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica, luas wilayah laut Indonesia mencapai 3.257.357 kilometer.

Sulteng memiliki hampir 2,4% dari luas keseluruhan wilayah laut Indonesia. Kelebihan lainnya, Sulteng menjadi satu-satunya provinsi di Pulau Sulawesi yang memiliki empat wilayah pengelolaan perikanan, yaitu Selat Makassar, Teluk Tolo, Teluk Tomini, dan Laut Sulawesi.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sulteng sangat mengandalkan sumber daya hasil perikanan menjadi aset pendapatan daerah.

Hasil laut di Sulteng memiliki potensi besar pada jenis ikan konsumsi, seperti cakalang, tuna, tongkol, kembung, selar dan teri. Sedangkan nonikan ada cumi, sotong, teripang, dan udang.

Sepanjang tahun 2022, Sulteng mampu menghasilkan produksi perikanan tangkap laut sebanyak 196.143 ton dengan nilai produksi sebesar Rp5.082.515.315. Jumlah ini hanya meliputi ikan hasil tangkap laut dan belum termasuk biota laut lainnya serta budidaya atau karamba laut.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, Moh. Arif Latjuba, potensi kelautan di Sulteng yang lumayan besar masih perlu terus dikembangkan.

Arif menilai pengelolaan hasil-hasil kelautan nonikan, seperti rumput laut, terumbu karang, dan mutiara yang tak kalah potensial sebagai penyumbang kas daerah masih belum terlalu maksimal.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Meski sudah direnovasi, Pasar Talise masih sepi pengunjung
Meski sudah direnovasi, Pasar Talise masih sepi pengunjung
Pasar Talise sudah didandani. Sesuai rencana, pasar ini akan punya tema khusus untuk pegiat hobi,…
TUTURA.ID - Budaya antikritik di kampus mengancam kreativitas mahasiswa
Budaya antikritik di kampus mengancam kreativitas mahasiswa
Seorang mahasiswa FEB Untad mendapati nilai skripsinya anjlok. Konon nilainya berubah lantaran sebuah unggahan medsos…
TUTURA.ID - Kekalahan Indonesia dalam sengketa WTO soal hilirisasi nikel
Kekalahan Indonesia dalam sengketa WTO soal hilirisasi nikel
Indonesia kalah dalam sidang sengketa WTO. Uni Eropa keberatan dengan larangan ekspor bahan mentah (nikel)…
TUTURA.ID - Memahami konsep ekonomi hijau dan biru dalam program kandidat Pilpres 2024
Memahami konsep ekonomi hijau dan biru dalam program kandidat Pilpres 2024
Pembangunan berkelanjutan tak hanya mensyaratkan laju pertumbuhan ekonomi, tapi juga kelestarian lingkungan demi memelankan dampak…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng