Pungli nan dilematis di Makam Dato Karama
Penulis: Pintara Dinda Syahjada | Publikasi: 7 Juli 2023 - 13:53
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Pungli nan dilematis di Makam Dato Karama
Gerbang depan Makam Dato Karama di Jalan Selar, Palu Barat. | Foto: Ken Tsuyoshi Limboki/Tutura.Id

Dato Karama--beberapa pihak menulisnya Datokarama--merupakan salah seorang tokoh kunci dalam penyebaran Islam di Lembah Palu.

Pemilik nama asli Syekh Abdullah Raqie itu membawa pengaruh Islam kepada kerajaan-kerajaan di Lembah Palu pada abad ke-17. Ia meninggal di Kampung Lere atau sekarang dikenal sebagai Kelurahan Lere, Palu.

Makamnya yang terletak di Jalan Selar, Kelurahan Lere, selama ini telah menjadi tujuan ziarah, dan wisata religi bagi warga Sulawesi Tengah, serta para petandang dari daerah lain.

Namun, area makam yang diklaim sebagai cagar budaya itu kini tak mudah lagi dikunjungi. Pasalnya, para peziarah atau pelancong harus siap dimintai uang tanpa diberi tiket tanda masuk.

Tutura.Id pun pernah berhadapan langsung dengan permintaan pungli macam ini. Alkisah, pada pengujung Maret 2023 (bertepatan dengan Ramadan), jurnalis Tutura.Id, Juenita Vanka hendak melakukan peliputan di Makam Dato Karama.

Namun usaha Juen dihalang-halangi oleh seorang perempuan paruh baya, yang mengaku sebagai istri penjaga makam. Perempuan itu meminta uang tanda masuk. Ia juga mempertanyakan kamera yang ditenteng oleh Juen.

Katanya, untuk mengambil gambar di area makam perlu memberikan uang kepadanya terlebih dahulu. Meski sudah dijelaskan bahwa Juen sedang menjalankan tugas jurnalistik, perempuan itu tetap berkukuh meminta uang.

Juen berusaha diplomatis, dan menyerahkan uang Rp50 ribu dari kantongnya. Namun, uang tersebut ditolak dengan nada sinis yang disertai dengan hardikan bernada pengusiran. 

“Dia bilang seharusnya, saya membawa bingkisan. Katanya, dia pernah dijanjikan untuk diberikan sesuatu oleh beberapa orang tapi tidak ditepati,” ujar Juen.

Lantaran tak beroleh izin masuk, Juen memilih untuk pulang. Sebelum "balik kanan," ia pun berbincang dengan sejumlah warga di sekitar area makam.

Warga menyampaikan bahwa apa yang menimpa Juen bukanlah hal baru. Konon, tidak sedikit orang yang terpaksa pulang lantaran sambutan nan sinis, dan permintaan pungli macam ini--termasuk sejumlah rombongan dari sekolah atau pun organisasi. 

Pungli nan dilematis

Herman Wahid, selaku Pamong Budaya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, mengakui bahwa pihaknya juga sudah mendengar pelbagai keluhan ihwal pungli di Makam Dato Karama.

Menurut Herman, biasanya alasan permintaan uang untuk bayar listrik. Meski demikian, ucap Herman, permintaan uang tanda masuk itu tidak bisa dibenarkan. Pasalnya, biaya pemeliharaan, dan upah kerja penjaga Makam Dato Karama telah ditanggung oleh Pemerintah Kota Palu.

"Tidak ada disampaikan bahwa penjuru (penjaga) makam itu harus meminta uang. Karena mereka dibiayai oleh dinas. Walaupun dalam tanda kutip belum sesuai gajinya. Masih Rp600 ribu per bulan," ujar Herman, saat ditemui pada Rabu (28/6/2023)

Berbasis pengakuan warga, Herman pun mengonfirmasi bahwa pungli ini sudah sering didengarnya, terutama pada 2022.

Saat ini, aksi tersebut dilakukan oleh istri penjaga makam. Konon hal itu dipicu oleh kondisi Sang Suami yang sedang sakit. Menurut Herman, pihaknya juga sudah berulang kali menyampaikan teguran.

Perkara upah yang minim, plus kondisi Sang Suami yang sedang sakit bikin situasi jadi dilematis. "Kita menghargai depe suami (penjaga makam, red) sebenarnya," ujar Herman. 

Dalam bayangan ideal Herman, juru pelihara makam adalah  orang yang memiliki garis keturunan Dato Karama; atau setidaknya orang yang paham sejarah dari tokoh asal Minangkabau tersebut. 

Ia pun menjelaskan bahwa pihaknya pernah mengusulkan pengantian penjaga Makam Dato Karama kepada Lembaga Adat Kampung Lere. Permohonan itu juga telah disetujui. Masalahnya, ada sisi kemanusiaan yang jadi pertimbangan. 

"Kalau seandainya dipecat, beliau ini tidak punya rumah, tidak punya kerja, sekarang posisi sakit. Itu secara manusiawinya–di luar perkara kedinasan. Apalagi dia ini sudah sekitar 20 tahun bertugas di sana," ujarnya.

Herman pun berharap agar orang yang ditugasi menjaga Makam Dato Karama bisa mendapat pembinaan terlebih dahulu. Hal tersebut diharapkan bisa berlaku pula bagi para juru pemeliharaan objek sejarah lain di Kota Palu.

Juenita Vanka turut berkontribusi dalam artikel ini.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
5
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
4
Kaget
2
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kios sampah di Kelurahan Balaroa terhenti akibat ketiadaan lahan
Kios sampah di Kelurahan Balaroa terhenti akibat ketiadaan lahan
Upaya pengelolaan sampah yang dilakukan warga Balaroa terpaksa berhenti karena ketiadaan lokasi tempat untuk mengepul…
TUTURA.ID - Penghormatan terbaik untuk Ichsan Loulembah
Penghormatan terbaik untuk Ichsan Loulembah
Ichsan Loulembah telah berpulang. Para sahabat mengenalnya sebagai sosok pemikir, aktivis, konektor, dan jurnalis mumpuni. 
TUTURA.ID - Jalan panjang Gedung Juang berpredikat status cagar budaya
Jalan panjang Gedung Juang berpredikat status cagar budaya
Ternyata hingga saat ini Kota Palu belum memiliki satu pun cagar budaya. Sejumlah objek baru…
TUTURA.ID - Empat peninggalan sejarah masuknya Islam di Lembah Palu
Empat peninggalan sejarah masuknya Islam di Lembah Palu
Meski terjadi berabad-abad lalu, jejak penyebaran Islam di Lembah Palu, dapat dilihat hingga kini. Jejaknya…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng