Raffi Ahmad: Bisnis untuk mendukung UMKM
Penulis: Andi Baso Djaya | Publikasi: 14 April 2024 - 13:59
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Raffi Ahmad: Bisnis untuk mendukung UMKM
Raffi Ahmad di tengah kepungan warga Palu yang memadati Rojo Sambel si Aa di Jalan Prof. Moh. Yamin, Palu (14/4/2024) | Foto: Andi Baso Djaya/Tutura.Id

Untuk pertama kalinya pesohor Raffi Ahmad (37) menjejakkan kakinya di Kota Palu. Kedatangan sosok yang kini juga identik dengan atribusi sebagai pengusaha itu untuk mempromosikan cabang Rojo Sambel si Aa yang berlokasi di Jalan Prof. Moh. Yamin, persis di samping Lapangan Vatulemo.

Saat buka pertama kali pada 11 September 2023, Raffi urung hadir lantaran kesibukannya. Janji untuk datang penyambangi warga Palu yang juga pelanggan setia Rojo Sambel akhirnya ia tuntaskan, Ahad (14/4/2024).

Rombongan pemilik nama lengkap Raffi Farid Ahmad itu muncul sekitar pukul 10.00 Wita. Tanpa ampun warga yang sebagian besar ibu-ibu dan remaja putri langsung merangsek.

Mereka yang sedari tadi sabar menunggu seolah hilang kendali saling berebutan ingin bersalaman dan meminta foto bareng sang idola. Beberapa orang dengan postur tegap yang jadi bodyguard juga kewalahan membendung antusiasme tersebut. Imbauan pemandu acara untuk tertib seolah angin lalu.

Beberapa menit sebelum tiba di Rojo Sambel Palu, kami dapat kesempatan mengobrol bersama Raffi. Waktunya singkat. Hanya sekitar delapan menit. Maklum, agendanya padat sementara kunjungannya hanya beberapa jam.

Pendiri RANS Entertainment itu mendarat di Mutiara SIS Al-Jufri sekitar pukul 07.00 Wita dan dijadwalkan pulang menuju Jakarta pukul 12.00 Wita. Pun demikian, bulan depan ia berjanji akan datang kembali mengunjungi Palu. Kali ini ditemani sang istri, Nagita Slavina.

Seperti apa obrolan kami dengan pemilik julukan “Sultan Andara” ini? Berikut petikannya.

Raffi Ahmad (kiri) saat wawancara bersama Tutura.Id di kediaman Ahmad Ali, Jalan Swadaya, Tanamodindi, Palu Selatan | Foto: Aqil Febrizki/Tutura.Id

Sudah berapa jumlah gerai Rojo Sambel si Aa di seluruh Indonesia?

Cabang yang di Palu ini sudah sekitar yang ke-20 sekian. Awalnya tahun ini kami target mencapai 100 gerai. Hanya saja karena kemarin ada Pilpres dan lain, jadinya agak tersendat sedikit. Jadi, tahun ini kami targetnya 50 hingga 60 gerai. Tahun depan baru kita hajar ke-100.

Aku sendiri sudah janji selalu bermitra dengan putra-putra daerah di setiap cabang. Karena sekarang ini zamannya kolaborasi. Kebetulan aku kenal dengan Pak Ahmad Ali dan anaknya, Faiz (Muhammad Fakhri Fadlurrahman, Presiden Direktur Fortis Utama Group, red).

Jadi kami membina hubungan agar panjang, salah satunya dengan membuka cabang Rojo Sambel di Palu.

Karena ini kedatangan pertamaku di Palu, jadi sekalian mau ngecek seperti apa kebiasaan orang-orang Palu. Ternyata kalau di Palu harga makanannya harus murah.

Orang Palu itu biasanya suka makanan yang pedas juga

Kalau soal pedas, sih, rasanya kami enggak takut bersaing. Memang dari segi menu kami sesuaikan dengan pasar di tiap tempat, termasuk di Palu. Makanya di Palu kami kasih harga spesial yang tidak terlalu mahal.

Berarti ada penyesuaian harga?

Menu utama kami, kan, bebek asap dan ayam asap. Bahan bakunya enggak murah sebenarnya. Spesial untuk market di Palu, kami bikin paket baru dengan harga spesial.

Harganya Rp18 ribu sudah dapat nasi jeruk, ayam sap goreng, telur barendo, sambel bawang, dan lalapan. Pokoknya enak. Nah, menu baru ini yang coba kami sosialisasikan kepada warga Palu.

Awalnya berkolaborasi dengan Faiz membuka cabang Rojo Sambel di Palu seperti apa?

Prosesnya sebenarnya cepat karena kami semua juga sudah punya sistem. Awalnya cari-cari tempat yang bisa dan cocok membuka cabang baru.

Nah, temannya Faiz kebetulan teman aku juga. Karena dunia ini sempit, akhirnya kami dipertemukan. Dari situ mengobrol untuk mulai kolaborasi ini.

Berarti mirip dengan awal memutuskan berinvestasi untuk Rojo Sambel ini, ya? Dipertemukan oleh seorang teman yang juga kenal dengan Yudhistira Putra (pendiri Rojo Sambel)

Betul. Jadi bisnis ini sebagai bentuk aku mendukung UMKM. Pangsa pasarnya bukan menyasar kelas A. Semua kalangan bisa mencicipi.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Tutura Indonesia Media (@tutura.id)

Belum lama ini Raffi juga membuka pujasera di Bumi Serpong Damai City, Tangerang, Banten. Isinya banyak penjual makanan dan minuman juga, kan?

Oh iya, namanya RANS Nusantara Hebat. Kalau itu kami cuma sediakan tempat, tapi untuk UMKM juga. Tempatnya kami dekorasi dengan bagus, biar orang bisa hangout. Harganya juga murah.

Selain berinvestasi di Rojo Sambel, Raffi investasi untuk siapa lagi di bidang makanan?

Ada restoran padang namanya Minang Bersaudara, Nasi Goreng Nagih (awalnya bernama Nasi Goreng Upiak, red.), terus juga My Teppanyaki. Jualannya daging-daging teppanyaki dengan harga murah, dan ada My BBQ.

Selain itu aku merambah juga ke Fast Moving Consumer Good (FMCG). Jualannya snack-snack.

Saya lebih suka bisnis yang masif. Menjangkau banyak kalangan. Kalau dalam segi tiga, saya ada di lapisan paling bawah yang paling lebar.

Alasan berinvestasi di usaha-usaha makanan tadi apakah karena memang suka dengan makanannya atau karena melihat potensi bisnisnya?

Aku itu pada dasarnya tertarik dengan sesuatu yang masih bisa dieksplorasi. Dikembangkan. Contohnya Rojo Sambel ini.

Awalnya Putra buka sendirian, pakai tenda di tempat yang kecil. Kaki lima. Akhirnya kami ketemu, ngobrol tentang mengembangkan usahanya. Yang tadinya cuma satu tempat, sekarang sudah hampir 30 cabang.

Begitu juga Minang Bersaudara. Ini makanan Padang, tapi bumbunya Medan. Wah, enak. Awalnya mereka hanya buka warung kecil.

Nasi Goreng Nagih juga awalnya hanya pakai gerobak kecil. Jadi saya senang banget membuat sesuatu yang awalnya dari bawah bisa sampai ke atas.

Berarti model kerja samanya seperti apa?

Semua yang saya sebutkan tadi kami yang invest full. Kami bantu juga soal manajemennya. Pemilik alias founder tiap-tiap usaha kami berikan kepercayaan untuk menjalankannya.

Apa usaha bisnis pertama seorang Raffi Ahmad?

Mungkin sekitar 2008-2009. Aku waktu itu joint dengan Baim Wong buka restoran dan klub malam (My Room Club, red.) di Bali. Usaha kami itu gagal. Ha-ha-ha. Ya, namanya juga masih belajar.

Hikmah dari kegagalan itu apa?

Namanya bisnis tetap kita harus pegang sendiri. Hands on. Karena bisnis, kan, fluktuatif, ada saatnya naik dan turun. Perencanaannya harus matang. Saat turun, apa langkah-langkahnya biar bisa naik lagi? Itu sih.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
7
Jatuh cinta
2
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Eksistensi warnet di Kota Palu dan kondisinya sekarang
Pernah ada suatu masa bisnis warnet bertebaran di Kota Palu. Mirip usaha warung serba Rp10…
TUTURA.ID - Serba-serbi Kampung Baru Fair 2023
Serba-serbi Kampung Baru Fair 2023
Pengunjung dan pengisi stan Kampung Baru Fair 2023 berharap acara ini jadi agenda rutin yang…
TUTURA.ID - Bikin konser musik jangan hanya karena euforia, nanti tabrak tembok
Bikin konser musik jangan hanya karena euforia, nanti tabrak tembok
Bisnis pertunjukan musik di Kota Palu semarak sejak medio tahun lalu. Memasuki awal 2023, beberapa…
TUTURA.ID - Pohon Kelor; dari tanaman rumahan jadi komoditas dunia
Pohon Kelor; dari tanaman rumahan jadi komoditas dunia
Inovasi terhadap kelor bikin Kota Palu meraih Penghargaan Pembangunan Daerah tahun 2023 sebagai kota terbaik…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng