Riwayat Taman Makam Pahlawan Nasional Tatura
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 10 November 2023 - 12:26
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Riwayat Taman Makam Pahlawan Nasional Tatura
Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Tatura, Jalan Basuki Rahmat, Tatura Selatan, Kota Palu | Foto: Robert Dwiantoro/Tutura.Id

Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Tatura. Begitulah nama situs bersejarah yang terletak di Jalan Basuki Rahmat, Tatura Selatan, Palu Selatan.

Saat Tutura.Id berkunjung, Kamis (9/11/2023) siang, alias sehari sebelum peringatan Hari Pahlawan, situasinya tempak sepi.

Terik matahari yang serasa menyengat kulit tak menghalangi langkah kami menziarahi lokasi monumental di ibu kota Sulteng ini.

Kami menemui Abdul Kamal (46), petugas yang diberi tanggung jawab mengelola TMPN Tatura. Menjaga keamanan, kebersihan, menjadi pemandu bagi peziarah, hingga penyiapan tempat peristirahatan terakhir para pahlawan adalah ragam pekerjaan yang dilakoninya selama 24 tahun terakhir.

Monumen Pancasila di bagian tengah TMPN Tatura | Foto: Robert Dwiatoro/Tutura.Id

Seluk beluk TMPN Tatura

Kamal menjelaskan, TMPN Tatura terbagi menjadi tiga bagian utama yang meliputi area depan, aula upacara, dan area makam.

Di bagian area depan terdapat dua bangunan. Satu bangunan di sisi kanan sebagai ruang transit bagi peziarah. Sementara bangunan lain di sebelah kiri diperuntukkan bagi keluarga pengelola TMPN Tatura. Berdiri pula satu patung pejuang berwarna emas setinggi tiga meter di pojok kanan.

Di aula upacara terdapat tiga bangunan lagi, yaitu dua bangunan persegi di setiap sisi dan satu Monumen Pancasila bercorak warna putih, abu-abu, dan hitam.

Penamaan Monumen Pancasila menyesuaikan bentuknya yang terdiri atas lima pilar tidak sama tinggi sebagai lambang Pancasila.

“Nah, bagian utama di TMPN Tatura ini adalah makam para pahlawan yang jumlahnya 90 pusara. Mereka yang dikuburkan di sini berasal dari dalam dan luar Sulteng,” tutur Kamal.

Sepengetahuan Kamal, TMPN Tatura merupakan lokasi kedua karena awalnya TMPN Tatura berada di belakang kompleks Batalyon Infanteri (Yonif) 711/Raksatama di Jalan Emmy Saelan. Puluhan makam itu kemudian dipindahkan ke lokasi sekarang ini antara tahun 1988-1989.

Kamal menambahkan, puluhan pusara para pahlawan ini didominasi oleh prajurit dari berbagai kesatuan militer, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Brigade Mobil (Brimob), hingga Kepolisian.

Para pejuang itu, sambung Kamal, ada yang berasal dari dua Komando Daerah Militer (Kodam) aktif di Tanah Air, seperti Kodam V/Brawijaya (Surabaya) dan Kodam XIII/Merdeka (Manado).

Selebihnya berasal dari unit kepolisian, kesatuan militer tingkat Komando Resor Militer (Korem), dan Komando Distrik Militer (Kodim) yang berada di Palu dan Donggala. Pun Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).

Abdul Kamal (49), telah bekerja menjaga TMPN Tatura selama 24 tahun | Foto: Robert Dwiantoro/Tutura.Id

“Di sini juga ada empat pusara tak bernama. Karena ada saksi yang menyebut mereka ikut berjuang di medan peperangan, makanya dimakamkan di TMPN Tatura. Selain itu, almarhum Sudarto (Wakil Gubernur Sulteng periode 2011-2016) turut dikebumikan di sini,” lanjut Kamal.

Untuk memudahkan peziarah, makam dibuat berurut berdasarkan waktu wafat. Makam pertama dengan kode A.1 dimiliki oleh Kopral Satu (Koptu) Kumpul dari KI 712/Mdk yang meninggal pada 17 November 1955, kemudian paling terbaru dengan kode A.60 adalah Launga Abu Capa dari LVRI berpangkat Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI). Sosok ini wafat pada 15 Desember 2020.

Sejatinya TMPN Tatura terbuka untuk umum dan setiap waktu. Hanya saja, ada perbedaan khusus jika dibanding dengan melawat ke perkuburan umum.

“Bagi keluarga almarhum yang dimakamkan di sini, bisa langsung datang saja. Kalau organisasi dan institusi, terlebih dahulu menyurat ke Dinas Sosial Sulteng,” tutur Kamal kepada Tutura.Id, Kamis (9/11). Itu karena TMPN Tatura berada di bawah yuridiksi Dinsos Sulteng.

Perbedaan lain, sambung Kamal, terletak pada ritus selama berziarah di TMPN Tatura. Sebelum memasuki area makam, pengunjung terlebih dahulu harus melakukan penghormatan di pintu masuk pertama dan kedua menghadap ke lokasi pusara, kemudian mengheningkan cipta, dan penghormatan terakhir seusai berziarah.  

Soal kondisi sepi pengunjung jelang peringatan Hari Pahlawan, lanjut Kamal, tak boleh hanya sekadar dilihat pada konteks 10 November saja.

“Tadi pagi sekitar 20-an orang anak dan guru Joyful Kids datang ziarah ke sini (TMPN Tatura, red). Sebentar sore, ada juga persiapan untuk upacara Hari Pahlawan besok,” tutur Kamal sembari menunjukkan karangan bunga dari Joyful Kids, bukti adanya jejak peziarah pada hari itu.

Kunjungan peziarah, sambung Kamal, dalam setahun bisa menembus angka 800-an orang. Musabnya karena selain Hari Pahlawan, banyak kunjungan saat hari-hari besar atau penting nasional lainnya.

Sebut saja Hari Ulang Tahun (HUT) RI, HUT TNI, HUT Polri, hingga HUT Sulteng. Selain ziarah, beberapa kali institusi ini menggelar upacara seremonial di TMPN Tatura. Jumlah peserta acara-acara tadi tentu tak sedikit.

Makam mantan Wagub Sulteng, Sudarto di TMPN Tatura | Foto: Robert Dwiantoro/Tutura.Id

Syarat dikebumikan di TMPN Tatura

Pada kesempatan terpisah, Luky selaku Kepala Seksi Kepahlawanan Dinsos Sulteng menyebutkan, ada tiga lokasi taman makam pahlawan nasional lain di Sulteng. Ada TMPN Kawua di Poso, TMPN Tanjung Tuwis di Banggai, dan TMPN Kalangkangan di Tolitoli.

Menurut Luky, yang bisa dikebumikan di TMPN bukan hanya karena berasal dari kalangan militer atau prajurit. Ada syarat dan prosedur lain yang juga harus terpenuhi.

“Prosedurnya itu keluarga atau ahli waris mengusulkan nama. Salah dua syarat ialah berkontribusi bagi bangsa dan negara atau ada bukti bintang jasa. Persyaratannya lalu diajukan ke salah satu kesatuan militer di teritorial seperti Korem atau Kodim, kemudian mereka akan verifikasi. Jika lulus syarat, maka Korem/Kodim akan menyurat ke Dinsos Sosial untuk ditindaklanjuti,” tutur Luky saat ditemui Tutura.Id, di ruang kerjanya, Kamis (9/11) sore.

Ia mencontohkan almarhum Sudarto (Wagub Sulteng periode 2011-2016). Menurut Luky, semasa berstatus prajurit, mantan bupati Banggai dua periode itu pernah meraih bintang jasa dari Presiden Soeharto dalam misi Timor Timur.

Bintang jasa yang diperoleh almarhum Sudarto bernama Bintang Eka Paksi Nararya oleh Presiden RI (1998). Tanda kehormatan ini merupakan kelas ketiga dari Bintang Kartika Eka Paksi yang diberikan kepada mereka atas jasa luar biasa melebihi panggilan kewajiban dalam kemajuan dan pembangunan TNI AD.

Kepala Seksi Kepahlawanan Dinsos Sulteng, Luky saat ditemui Tutura.Id di ruang kerjanya, Kamis (9/11/2023) | Foto: Robert Dwiantoro/Tutura.Id

Pernyataan Luky berkesuaian dengan Undang-Undang (UU) 20/2009 dan Peraturan Pemerintah (PP) 35/2010 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sebagai salah satu persyaratan dimakamkan di taman makam pahlawan nasional.

Namun, agar hak itu terpenuhi, sedikitnya ada tiga hal yang wajib terpenuhi, antara lain Warga Negara Indonesia (WNI) bergelar pahlawan nasional, memiliki salah satu dari lima tanda kehormatan bintang republik, atau salah satu dari lima tanda kehormatan bintang mahaputera.

Soal meningkatkan animo warga mengunjungi TMPN, Dinsos Sulteng terus berupaya melakukannya dengan meluncurkan berbagai program.

“Ada tiga program pelayanan di TMPN, yaitu pelayanan pemakaman, pelayanan ziarah, dan pelayanan pendidikan. Pelayanan pendidikan ini menyasar sekolah dasar hingga menengah atas,” papar Luky.

Program pendidikan kepahlawanan tak melulu berlangsung di TMPN, tapi bisa di mana saja selama konteksnya tentang sejarah bangsa dan perjuangan para pahlawan.

Program ini merupakan tindaklanjut dari program serupa yang sebelumnya berasal dari dana dekosentrasi ABPN. Hanya saja, tak ada lagi dana tersebut sejak tahun 2020 sehingga program serupa tetap dijalankan dengan anggaran terbatas dari APBD.

Luky berharap, sekalipun medan perjuangan era dulu dan sekarang jauh berbeda, tetapi penting agar semua generasi melek sejarah. Salah satunya dengan berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Nasional.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
1
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kesepakatan Pemkot Palu dan pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu
Kesepakatan Pemkot Palu dan pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid akhirnya mengultimatum para pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu. Mereka…
TUTURA.ID - Persoalan parkir yang tak kunjung usai
Persoalan parkir yang tak kunjung usai
Arus lalu lintas jadi macet lantaran parkir sembarangan. Menjamurnya juru parkir liar juga meresahkan warga.…
TUTURA.ID - Menghidupkan ruang belajar bagi anak-anak kaki gunung
Menghidupkan ruang belajar bagi anak-anak kaki gunung
Komunitas Generasi Anak Teladan menggelar hajatan dalam rangka menciptakan ruang belajar dan literasi bagi anak-anak…
TUTURA.ID - Mengenal fan service dan praktiknya oleh musisi Palu
Mengenal fan service dan praktiknya oleh musisi Palu
Aneka macam tindakan dilakukan artis untuk menyenangkan hati para penggemarnya. Bagaimana dengan musisi Palu?
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng