Sanggar Seni Kaktus visualkan isu kerusakan alam akibat tambang galian C lewat karya seni
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 15 Juni 2024 - 20:08
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Sanggar Seni Kaktus visualkan isu kerusakan alam akibat tambang galian C lewat karya seni
Salah satu pengunjung memperhatikan salah satu objek seni instalasi di Pameran Terbit Terbenam, yang mengangkat isu kerusakan lingkungan akibat tambang galian C di Buluri, Kota Palu. (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Kerusakan alam musabab tambang galian C di sepanjang jejeran pegunungan Barat Lembah Palu ikut memantik perhatian para penggiat seni kampus.

Sanggar Seni Kaktus, salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (Untad), memvisualisasikannya dalam pameran seni bertajuk “Terbit Terbenam” yang digelar pada 13-15 Juni 2024.

Acara yang berlokasi di aula FISIP Untad ini menampilkan beberapa karya dari beragam bidang seni, mulai dari teater, tari, hingga gambar yang diramu dan dituangkan dalam bentuk instalasi seni serta audio visual.

Pameran di-setting dalam ruang tertutup dengan penerangan yang remang. Namun, Tutura.Id menyaksikan antusiasme pengunjung cukup terasa. Utamanya beberapa pengujung yang terlihat penasaran dan takjub saat melihat karya-karya seni yang ditampilkan.

Ada-ada saja perilaku pengunjung. Ada yang sibuk merekam suasana, ada yang sedang asyik mendengarkan cuplikan teater menggunakan earphone, ada juga yang sekadar mengambil swafoto bersama di depan video mapping yang ada di dalam ruangan pameran.

Susana Pameran Terbit Terbenam yang digelar oleh Sanggar Seni Kaktus, FISIP Untad. Ruangan sengaja dbuat minim pencahayaan.(Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Ketua panitia Pameran “Terbit Terbenam”, Ichsan Yusri, mengungkapkan tema tambang galian C diambil sebagai bagian dari kritik para pekerja seni terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkannya.

Dari pendekatan seni, dia mengungkapan, pihaknya ingin menggambarkan betapa mirisnya kehidupan masyarakat di sekitar tambang galian C yang tinggal di Buluri, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu.

Melalui karya seni, pihaknya berharap pengunjung bisa melihat bagaimana realita kehidupan yang harus dihadapi warga di sekitar tambang melalui kacamata seni yang lebih simpel.

“Jadi 'Terbit Terbenam' itu menggambarkan siklus hidupnya masyarakat Buluri. Bagaimana mereka harus menerima kenyataan pahit akibat tambang galian C itu,” jelas Ichsan saat ditemui Kamis (13/6/2024).

Ichsan juga mengatakan, harapan terbesarnya dari pameran seni yang mereka tampilkan ini dapat menyuarakan bagaimana kondisi dan siklus hidup masyarakat di sekitar lokasi galian C.

“Melalui pameran kami ini, harapannya kita bisa melihat bagaimana realita kehidupan yang harus dihadapi orang di sana melalui kaca mata seni yang lebih simpel,” jelasnya.

Keresahan inilah yang coba untuk ditampilkan Sanggar Seni Kaktus melalui lukisan, audio visual, intalasi seni, dan juga video mapping.

Masih dalam misi lingkungan, Ichsan mengungkapkan pihaknya menerapkan konsep Ruang Ramah Seni, yakni ruang bagi para seniman menciptakan karyanya dengan tetap menjaga lingkungan.  

Contohnya, para anggota Sanggar Seni Kaktus memakai bahan daur ulang dalam karyanya. Misalnya memakai manekin bekas, menggunakan buah jeruk, dan membuat pencahayaan di ruangan pameran minim cahaya lampu.

Hemat listrik sekaligus merefleksikan kondisi “remang-remang” cahaya yang diakibatkan oleh debu tambang galian C.

“Konsepnya kami rancang untuk ramah lingkungan dan juga sebagai ruang bagi seniman untuk menuangkan idenya dengan ekspresif,” tambahnya.

Penggunaan medium audio visual dalam menampilkan karya seni membawa pengunjung ke dalam pengalaman yang baru dalam menikmati hasil karya para seniman muda ini. (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Respons pengunjung

Seluruh karya seni yang ditampilkan dalam "Terbit Terbenam" adalah hasil kolaborasi seluruh pekerka seni yang ada di Sanggar Seni Kaktus. Lintas angkatan. Ini juga merupakan implementasi konsep Ruang Ramah Seni yang diusung.

“Untuk karya yang ditampilkan, kami kurasi dari semua pekerja seni yang ada di Sanggar Seni Kaktus, tanpa melihat dari angkatan berapa, senior, junior kami terima selama sesuai dengan temanya,” jelas Ichsan.

Sementara itu, pameran “Terbit Terbenam” cukup mendapatkan respons positif dari pengunjung.

Salah satu mahasiswa, Shafiyyah, mengatakan pameran seni ini menjadi sarana hiburan sekaligus media yang menyuarakan kritik terhadap kerusakan alam yang terjadi di sekitar tambang galian C. 

Dia pun memberikan masukan agar pameran serupa di masa datang ikut menyertakan guide atau pemandu.

Pasalnya, tidak sedikit orang awam yang datang berkunjung dan belum bisa memahami arti karya seni yang ada dengan tepat.

“Saya menikmati. Isinya sangat bagus. Tapi sayang kita tidak disediakan orang yang bisa kita tanya-tanya mengenai arti dari karya-karya yang ditampilkan,” pungkasnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
7
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
1
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kesepakatan Pemkot Palu dan pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu
Kesepakatan Pemkot Palu dan pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid akhirnya mengultimatum para pengusaha tambang Galian C di Buluri-Watusampu. Mereka…
TUTURA.ID - Fraksi Bersih-Bersih meminta Pemda Sulteng serius menangani krisis iklim
Fraksi Bersih-Bersih meminta Pemda Sulteng serius menangani krisis iklim
Bukan hanya sampah plastik yang jadi momok bagi lingkungan, tapi juga suburnya industri ekstraktif yang…
TUTURA.ID - Hari Anti Tambang 2024; refleksi pengabaian penguasa terhadap kerusakan lingkungan
Hari Anti Tambang 2024; refleksi pengabaian penguasa terhadap kerusakan lingkungan
Peringatan Hari Anti Tambang tahun ini dipusatkan di Palu, Sulteng. Temanya "Lawan Kolonialisme Industri Ekstraktif,…
TUTURA.ID - Realitas buruh perempuan dalam industri nikel di Morowali
Realitas buruh perempuan dalam industri nikel di Morowali
Sekarang ada lebih banyak perempuan bekerja di sektor industri pertambangan. Pun demikian, tantangan yang mereka…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng