Sanggar Seni Lentera menang lomba teater modern di Bali
Penulis: Rizki Syafaat Urip | Publikasi: 30 Oktober 2022 - 16:28
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Sanggar Seni Lentera menang lomba teater modern di Bali
Rekaman pementasan Sanggar Seni Lentera membawakan naskah Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer. - Foto: Istimewa

Sanggar Seni Lentera jadi pemenang pertama dalam lomba teater modern tingkat nasional Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2022. Sanggar asal Kota Palu tersebut berhasil menyisihkan dua pesaing utama berstatus tuan rumah: Teater Takhta (juara II) dan Teater Kontras (juara III).

Lomba yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu mengambil tema “Jaladhra Sasmita Danu Kerthi” alias “Air Sebagai Sumber Kehidupan”. Adapun naskah teater yang dilombakan ialah Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer, legenda teater dan film Indonesia. 

Kemenangan Sanggar Seni Lentera diwarnai dengan waktu persiapan nan pendek. Annisa Saskia Putri (23), Pimpinan Produksi, mengaku bahwa timnya sedikit mengebut dalam proses produksi lantaran terlambat dapat kabar ihwal perlombaan.

Deadline pendaftaran 11 September. Tapi baru dapat kabar tentang perlombaan 23 Agustus. Kami cuma punya waktu persiapan kurang dari tiga minggu,” ujar Annisa, saat berbincang dengan Tutura.Id, Senin (24/10/2022) malam.

Dengan waktu sependek itu, Annisa perlu atur ritme kerja tim produksi yang terdiri dari 15 orang, yakni 11 aktor yang merangkap peran, serta personel lain seperti tata rias, kameramen, dan pencahayaan.

Kami mengobrol di Sekretariat Sanggar Seni Lentera, Jalan Teluk Tomini. Annisa juga didampingi oleh Adi Chandra Wira Atmaja (23), Sekretaris Tim Produksi. Keduanya berbagi cerita di balik layar tentang proses produksi karya yang berujung kemenangan pada FSBJ 2022.

Pelbagai rintangan proses produksi 

Karya-karya Arifin C. Noer bukan barang baru bagi beberapa personel Sanggar Seni Lentera. Kebetulan Dili Swarno, yang bertindak sebagai sutradara, pernah garap naskah Sumur Tanpa Dasar untuk keperluan tesis demi beroleh gelar magister pendidikan Bahasa Indonesia dari Universitas Tadulako.

Naskah aslinya punya ketebalan 168 halaman. Bila dipentaskan, durasi pertunjukan bisa mencapai delapan jam. Panitia perlombaan paham situasi itu dan mempersilakan peserta mengurasi naskah.

Selama proses kurasi, Tim Sanggar Seni Lentera juga menyicil pematangan naskah. “Jadi saat sudah dua atau tiga halaman naskah diedit, langsung kami bacakan bersama. Begitu seterusnya hingga akhirnya selesai,” kata Adi.

Naskah final yang dipentaskan Sanggar Seni Lentera punya ketebalan 38 halaman. Waktu pementasannya kira-kira 1 jam 30 menit. Adapun perlombaan berlangsung jarak jauh. Peserta diminta merekam pementasan, dan mengirimkannya kepada panitia. 

Masalah muncul. Tiga hari jelang tenggat lomba naskah baru rampung. Walaupun naskah sudah siap, rerata aktor belum menghafal penuh dialog dan adegan. Namun mereka nekat syuting. Modal utamanya improvisasi. Kecakapan improvisasi itu justru jadi penyelamat.

Saat hendak merekam pentas berbagai aral juga datang merintangi. Mereka perlu gedung pertunjukan yang memadai dan peralatan perekaman. Di Palu, seni dan kebudayaan memang belum jadi prioritas. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari belum tersedianya fasilitas pendukung seperti gedung pertunjukan nan memadai. 

Alhasil pegiat seni harus rajin survei bila mau buat kegiatan. Sama seperti yang dilakukan oleh Sangar Seni Lentera. Mereka perlu menyusun daftar gedung yang berpotensi dijadikan tempat pertunjukan, sebelum memilih Aula Kantor Kecamatan Palu Selatan sebagai lokasi produksi.

Pada hari pertunjukan, tim sudah berkumpul pada pukul 19.00. Namun, rintangan lain datang, kamera belum ada. Mereka harus putar otak, kontak kawan sana-sini. Sekitar pukul 23.00, pinjaman kamera Sonny A7 dari Dewan Kesenian Sigi baru tiba di lokasi produksi.

Proses pementasan dan perekaman baru dimulai sekitar pukul 1.00 dini hari; rampung pada pukul 5.30 pagi. Molornya produksi juga disebabkan oleh kamera yang berulang kali overheat, dan ada jeda azan subuh.

Sekilas tentang Sanggar Seni Lentera

Sanggar Seni Lentera berdiri di Palu sejak 1995. Sebelumnya, para pendirinya berhimpun di dua kelompok teater berbasis sekolah: Dasi 45 (SMK Negeri 2 Palu) dan Teknokrat (SMK Negeri 3 Palu).

Kala status pelajar lepas, semangat berkesenian yang berapi-api tetap butuh diwadahi. Ringkas cerita, proses tukar wacana mengarah pada pembentukan Sanggar Seni Lentera. Nama tersebut punya filosofi cahaya penerang. 

Satu ciri khas Sanggar Seni Lentera ialah karya yang kaya unsur lokal. Biasanya mereka melekatkan dialek dan musik lokal dalam pementasan. 

Beriring waktu, ada lima sekolah di Palu yang mereka wadahi aktifitas sanggar seninya, yakni: SMK Negeri 2, SMK Negeri 3, SMAN 3, SMK Bina Potensi, dan SMK Negeri 1. Meski demikian keaktifan sanggar berbasis sekolah itu juga pasang surut. 

Kini personel yang mengurusi Sanggar Seni Lentera berjumlah 20 orang. Teater jadi cabang seni yang paling menonjol. “Kadang tidak ada kader musik. Kadang pula tidak ada kader tari. Tapi kalau peminat teater selalu ada,” kata Adi. 

Meski punya pasang surut, Sanggar Seni Lentera sudah eksis hampir tiga dekade; 27 tahun tentu bukan waktu yang pendek untuk tetap berkarya sebagai satu kolektif kesenian.

Salah satu kekuatannya ialah kebersamaan dan keterbukaan dalam menghadapi perbedaan. “Di sanggar seni lentera, kritik bisa dilayangkan keras terhadap sesama. Tetapi bukan main juga bila ingin mendukung,” ujar Adi. 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
14
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Menyelisik tantangan ekosistem teater di Sulteng
Menyelisik tantangan ekosistem teater di Sulteng
Ekosistem teater diuji dengan bencana dan pandemi. Mengenalkan teater pada generasi baru juga bukan perkara…
TUTURA.ID - Misi ''Sa Lando Art'' meredam konflik lewat seni
Misi ''Sa Lando Art'' meredam konflik lewat seni
Perhelatan "Sa Lando Art" tak hanya bermaksud menstimulasi intensitas berkesenian di daerah Sigi, tapi juga…
TUTURA.ID - Langkah Lentera Silolangi menuju Festival Seni Bali Jani terantuk
Langkah Lentera Silolangi menuju Festival Seni Bali Jani terantuk
Komunitas teater Lentera Silolangi berharap ikut serta di ajang Festival Seni Bali Jani untuk makin…
TUTURA.ID - Membangun ekosistem berkesenian sejak dari kampus
Membangun ekosistem berkesenian sejak dari kampus
Gelar Karya Seni Komunitas Seni Tadulako berlangsung di Universitas Tadulako. Awalan bagus untuk menciptakan ruang-ruang…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng