Model baru pengelolaan festival musik akhirnya muncul di Palu. Kita sedang membicarakan Selebrasi Festival yang diinisiasi Capital Media Perkasa.
Perhelatan yang berlangsung selama dua hari, Jumat-Sabtu (9-10/6/2023), di Lapangan Telkom, Jalan M.H Thamrin, Besusu Timur, Palu Timur, tak hanya jadi tempat perayaan bersama para penggemar musik, tapi juga untuk pertama kalinya menyediakan ruang bagi penyandang disabilitas dan ibu hamil yang ingin turut menonton.
Hajatan musik yang berlangsung di Kota Palu jarang yang sifatnya inklusif alias including everything or all types of people. Kebanyakan tidak mengakomodir penonton difabel. Seolah kaum disabilitas tak perlu hiburan dalam bentuk pertunjukan musik langsung.
Hal bagus lainnya yang muncul dalam penyelenggaraan Selebrasi Festival adalah kehadiran crowd control.
Sesuai namanya, divisi khusus ini bertugas mengendalikan kerumunan massa guna mencegah terjadinya kekacauan yang akan memengaruhi kelancaran acara. Mereka menempati setiap sisi lokasi acara yang dianggap vital agar kerumunan bisa tetap larut dalam euforia perayaan dengan tertib.
Keberagaman lain tercermin dari pemilihan headliners atau jajaran penampil yang mengisi panggung utama pertunjukan. Tercatat beberapa nama solis dan grup band populer ditampilkan selama dua hari.
Artis yang mengisi pagelaran kali ini tak tanggung-tanggung, antara lain Raisa Andriana, Hindia, Marion Jola, Radja, Cokelat, dan Club Dangdut Racun.
Tak ketinggalan deretan penampil lokal, seperti Prince of Mercy, Rakesh, Sanggar Seni Avoobulava, Skyrock3t, dan duet Masriani Syukri bersama Laila Bahasyuan. Terasa betul keberagaman musik yang ditawarkan oleh deretan penampil ini.
Aksi panggung mereka mendapat sokongan dari tata suara berkekuatan 40 ribu watt dan tata cahaya sebesar 48 ribu watt.
Biasanya festival musik sengaja menghadirkan berbagai penampil dari beragam genre musik untuk menggaet lebih banyak massa. Target acaranya bukan hanya menyasar penonton yang menyukai genre musik tertentu, tapi juga rentang usia.
Pengidola bintang baru seperti Marion Jola jelas timpang rentang usianya dengan Bintang Cokelat—sebutan untuk penggemar Cokelat—yang notabene eksis sejak akhir dekade 90-an.
Tak ketinggalan juga stan yang menyediakan hiburan permainan Nintendo Wii, fesyen, foto 360 derajat, serta deretan penjual makanan dan minuman.
Raisa jadi bintang hari pertama
Ketika sore tiba di lokasi, suasana masih sepi. Tak terlihat antrean penonton yang mengular saat pintu dibuka. Hanya ada beberapa orang ditambah sejumlah panitia yang lalu-lalang.
Pagelaran kali ini dibuka oleh Prince of Mercy, salah unit yang menusung pop punk. Berurutan, mereka membawakan empat hit yakni “Kisah Pertemanan”, “Rekayasa”, “All of You”,dan “216” pada sore menjelang matahari terbenam.
Giliran Masriani Syukri dan Laila Bahasyuan beraksi di atas panggung selepas jeda salat magrib. Duet yang kompak mengenakan baju adat khas perempuan suku Kaili ini mendendangkan “Posisani” dan “Ose Jole” karya ciptaan maestro Hasan M. Bahasyuan. Tembang “Marilah Kemari” karya Titiek Puspa menjadi penutup dari penampilan mereka.
Suasana yang masih terlihat lengang ketika sore hari tampak berbeda saat berganti malam. Satu per satu orang datang beriringan. Lepas jeda salat isya, acara kembali dilanjutkan.
Kali ini, pertunjukan dimulaikan oleh penampilan Skyrock3t, kelompok digawangi oleh Arya Tandju, Metha Margaretha, dan DJ Flame. Trio ini meramu sejumlah hits, antara lain lagu “Ikan Dalam Kolam” milik Husen Bawafie, “Yang Penting Happy” yang dipopulerkan Jamal Mirdad, hingga “A Sky Full of Stars” punya Coldplay.
Tak berselang lama giliran Sanggar Seni Avoobulava mengambil alih kendali panggung. Berlatar musik resmi acara, tujuh penari ditambah satu pemain perkusi ini mampu menyihir para penonton yang hadir.
Cukup untuk memanaskan suasana menyambut kehadiran penampil berikutnya yang tak lain dan tak bukan adalah Raisa.
Kehadiran Raisa sontak membuat penonton merangsek. Berusaha sedekat mungkin dari panggung. Yaya, panggilan akrab Raisa, memulai repertoarnya dengan “Could It Be”, salah satu lagu jagoan dari album debutnya yang rilis 2011.
Raisa yang telah beberapa kali manggung di Palu tampak sangat luwes menjalin komunikasi dengan penonton. Ia bahkan mengaku sangat ingin kembali tampil di kota ini dalam waktu dekat.
“Please, dong, jangan kelamaan lagi manggil aku ke sini. Ya, semoga kita enggak lama-lama lagi bisa bisa bertemu lagi. Amin,” katanya dari atas panggung.
Puncak histeria penonton membahana saat solis berusia 33 ini memutuskan turun dari atas panggung. Ia menyapa lebih dekat para penonton yang terpisahkan pagar barikade untuk bersama menyanyikan tembang “Apalah Arti Menunggu”.
Sontak penonton bergegas mendekat sambil mengulurkan tangan, berharap dapat menyalami sang idola. Tak lupa ramai bidikan ponsel lantas menyambut kehadirannya, seolah ini momen yang akan sulit terulang.
Sepanjang penampilan Raisa, penonton tampak begitu terbawa dengan suasana berbagai lagu yang ia nyanyikan. Perasaan romantis dan galau tampak dari raut wajah plus iringan suara dari penonton.
Mungkin, malam itu menjadi momen bagi sebagian penonton melepaskan segala perasaan yang selama ini mengganjal dalam hati.
Raisa total membawakan 10 lagu, termasuk “Biar Menjadi Kenangan” yang merupakan single baru hasil kolaborasinya dengan Ahmad Dhani.
Lagu ini aslinya telah menjadi hit sejak tahun 2000 ketika Reza berduet dengan Masaki Ueda, seorang penyanyi pria asal Jepang. Beberapa tahun kemudian, lagu yang sama kembali dinyanyikan oleh duet Virzha dan Mulan Jameela, istri Dhani.
Rangkaian aksi panggung hari pertama ditutup oleh penampilan Hindia. Moniker dari Daniel Baskara Putra itu juga berhasil menyihir penonton, terutama lewat lagu yang kadung akrab, sebut misal “Evaluasi” dan “Secukupnya”.
Nostalgia di hari kedua
Hari terakhir penyelenggaraan Selebrasi Festival menampilkan lebih banyak artis yang mengisi panggung.
Tiket kategori festival yang sebelumnya dijual terusan selama dua hari sebesar Rp360 ribu (setelah diskon 20% dari harga semula yang dibanderol Rp450 ribu), kini tersedia karcis hariannya. Harganya Rp180 ribu.
Permulaan acara sedikit molor dari waktu yang ditentukan karena alasan teknis. Aksi Rakesh yang seharusnya berlangsung sore, akhirnya bergeser menjadi selepas jeda salat magrib.
Tanpa kehadiran Farid Pramudya (bassis) yang mengundurkan diri, kelompok ini tetap kompak mengenakan penutup wajah saat mengawali penampilan mereka dengan lagu “Infidel”. Fikri Tsani dkk. selanjutnya membawakan “Penguasa Malam” dan “Terbang ke Angkasa” sebagai penutup.
Acara kemudian kembali hening demi menghormati pelaksanaan salat isya. Satu per satu orang terlihat mengantre untuk masuk ke dalam lapangan.
Selanjutnya, giliran Marion Jola yang beraksi di atas panggung. Kehadiran penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol itu tak ayal disambut dengan riuh penonton.
Tak hanya itu, saat membawakan lagu “Aduh” dengan versi dangdut yang disertai goyangan, Marion bikin kepincut semua yang hadir. Bahkan, pada satu momen ia mengulang goyangannya agar seorang penonton perempuan dapat memotretnya dengan bagus.
Di lain kesempatan, saat melantunkan “Rayu”, ia melemparkan beberapa bunga ke arah penonton. Kontan ramai penonton saling berebutan. Tampak Marion juga piawai dalam berkomunikasi dengan para penonton.
Pendeknya, solis satu ini berhasil menghipnotis penonton melalui olah tubuh dan olah vokalnya.
Radja yang kini dimotori Ian Kasela (vokalis), Moldyansyah Mulyadi (gitaris), dan Seno Aji Wibowo (drummer) tampil berikutnya.
Melihat sambutan penonton, tampak aura nostalgia yang menguar. Band yang melejit pertama kali lewat “Cinderella” ini total membawakan sembilan lagu. Setiap lagu bersambut koor massal.
Radja turun panggung, giliran Cokelat yang mengambil kendali. Dan lagi-lagi jadi momen bernostalgia. Tambah lagi formasi klasik yang sempat terpisah 12 tahun tampil utuh.
Ada Kikan Namara (vokalis), Ronny Nugroho (bassis), Edwin Marshal Syarif (gitaris), Ervin Syam Ilyas (drummer), dan Ernest Fardiyan Syarif (gitaris) berdiri di depan panggung.
Penampilan Cokelat makin bersambut tempik sorak saat mendaulat Rival Himran berduet membawakan “Nemo”, sebuah lagu berbahasa Kaili.
Nuansa yang berlanjut setelahnya sangat kontras. Alunan rock alternatif yang semula disemburkan Cokelat berganti musik jedag-jedug ala Club Dangdut Racun.
Kelompok yang digawangi Noval, Gyan, dan Tejo ini memainkan banyak lagu hit dalam ramuan dangdut koplo melalui DJ set.
Mengusung slogan “pantang pulang sebelum digoyang”, trio ini terbilang berhasil membuat orang yang hadir berjoget larut dalam perayaan musik.
Secara umum, Selebrasi Festival berlangsung cukup meriah. Walau kehadiran penonton belum sebanding dengan jumlah line up penampil, pergelaran ini bisa dibilang menghadirkan euforia yang tak putus-putus.
Selebrasi Festival Capital Media Perkasa musik pertunjukan Cokelat Rival Himran Raisa Marion Jola Hindia Radja Club Dangdut Racun dangdut koplo inklusif disabilitas