Jamaah Masjid Jami yang bermukim di Kelurahan Baru, Palu Barat, punya satu tradisi saban tuntas melaksanakan enam hari puasa Syawal. Namanya Lebaran Mandura. Pelaksanaannya tahun ini berlangsung selama tiga hari mulai 28 April.
Kenduri ini serupa Lebaran Ketupat yang juga telah lama dikenal oleh masyarakat Jawa. Warga Lombok di Nusa Tenggara Barat menyebutnya Lebaran Topat. Orang Madura melestarikan tradisi ini dengan sebutan Terater.
Hadis Riwayat Imam Muslim menyebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”
Demikian besar keutamaan puasa sunah ini sehingga banyak umat muslim melaksanakannya. Saat hari penutup puasa Syawal, biasanya dirayakan dengan melaksanakan Riyoyo Kupat alias Lebaran Ketupat.
Seperti penyebutan namanya yang berbeda-beda di tiap daerah, menu sajian utamanya juga mengikuti makanan khas daerah tersebut.
Warga Boyantongo (sebutan lawas Kampung Baru alias Kelurahan Baru) mengenal mandura, terbuat dari beras ketan tiga warna yang dibungkus daun pisang, sebagai makanan yang kerap hadir saat perayaan Idulfitri.
Menurut Dr. Husein Hi. Moh. Saleh, S.E., M.Si. selaku Ketua Lembaga Adat Kampung Baru, setiap bahan mandura mengandung arti filosofis.
Pemilihan ketan atau pulut yang lebih lengket dibandingkan beras biasa dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi dan persatuan warga.
Ketiga warna beras melambangkan keberanian saat menegakkan kebenaran dan mengakui kesalahan (merah), kesucian dan keikhlasan hati (putih), serta kejujuran dan keadilan (hitam).
Ustaz Husein Saleh menjabarkan pula arti mandura yang terangkai dari tiga suku kata, yaitu “man” (manusia), “du” (dunia), dan “ra” (fitrah).
Jika Lebaran Ketupat diperkenalkan oleh Raden Said alias Sunan Kalijaga pada masa pemerintahan Raden Patah di Kerajaan Demak, sekitar akhir abad ke-15, maka tradisi Lebaran Mandura berlangsung sejak adanya Masjid Jami, masjid tertua di Lembah Palu yang berdiri sekitar akhir abad ke-19.
Selama ini perayaan Lebaran Mandura hanya berlangsung di Masjid Jami dan melibatkan para sesepuh. Lalu menjadi satu rangkaian dalam acara Kampung Baru Fair (KBF) yang berlangsung sejak 2016.
“Anak-anak muda Kampung Baru punya inisiatif bikin kegiatan Kampung Baru Fair bertemakan Lebaran Mandura supaya tradisi ini bisa lebih dikenal luas. Masyarakat Kampung Baru saja banyak yang belum tahu karena selama ini perayaannya cuma di masjid,” kata Akbar, S.H. selaku Ketua Panitia KBF saat ditemui Tutura.Id di sela kesibukannya mempersiapkan kegiatan (27/4/2023).
Melibatkan lebih banyak pihak
Berbeda saat awal penyelenggaraannya yang bersifat swadaya dari anak-anak Kampung Baru alias akamba, penyelenggaraan KBF tahun ini merangkul lebih banyak pihak, mulai dari kementerian, dinas pariwisata, pemerintah daerah, hingga pihak-pihak swasta.
Amin Abdullah yang berbicara mewakili Kemenparekraf saat malam pembukaan berharap KBF jadi momen untuk mengembangkan ekonomi kreatif daerah.
Pria yang menjabat sebagai Direktur Industri Kreatif Musik, Film, dan Animasi itu memujikan pula solidaritas akamba yang senantiasa menjaga keberlanjutan KBF.
Wakil Wali Kota Palu Reny A. Lamadjido yang membuka secara resmi penyelenggaraan KBF 2023, sekaligus meresmikan Tugu Mandura, juga meminta akamba terus merawat budaya gotong-royong.
Saling bahu-membahu tak hanya tampak selama persiapan, tapi juga saat acara berlangsung. Misalnya ketika arak-arakan mandura yang dibentuk bak piramida. Tua muda ikut memikul. Gerombolan bocah tak mau kalah. Mereka ikut serta mengiringinya dengan pawai obor.
Kirab menyusuri rute Masjid Jami di Jalan Wahid Hasyim, lalu melewati Jalan Imam Bonjol, selanjutnya berkelok ke Jalan Daeng Pawindu, dan berakhir di Jalan HOS Cokroaminoto, tepat di depan Tugu Mandura.
Saat tiba di lokasi terakhir ini para warga yang sedari tadi setia menunggu kemudian saling berebut mandura. Penuh sukacita.
Akbar optimistis penyelenggaraan KBF tahun ini tetap bisa menyedot kehadiran banyak orang. Bukan hanya sebatas warga Kampung Baru, tapi juga pengunjung dari tempat lain.
“Di sini (Kampung Baru, red.) ada 13 RT. Satu RT itu kemungkinan 500 orang. Berarti ada sekitar 6500 orang sudah. Belum lagi yang menjual sekitar 20 tenant itu bukan warga sini. Jadi saya bisa pastikan ramai orang datang walaupun tidak pakai artis. Karena ini acara masyarakat,” pungkasnya.
Pelaksanaan KBF senantiasa mengusung konsep tematik setiap harinya, yaitu religi, tradisi, dan urban. Hari pertama kental bernuansa religi yang diisi acara silaturahmi dan saling bermaaf-maafan.
Keesokan harinya, panggung utama diramaikan oleh penampilan beberapa sanggar seni yang mementaskan tarian tradisional dan lagu-lagu daerah. Hari ketiga alias penutup menghadirkan deretan grup musik dan seniman lokal kekinian yang punya banyak penggemar.
Lebaran Mandura Kampung Baru Fair Idulfitri Lebaran Ketupat Tugu Mandura kearifan lokal makanan khas tradisi religi Kemenparekraf