Spot paralayang di Desa Wayu hadirkan keindahan sekaligus tantangan
Penulis: Juenita Vanka | Publikasi: 25 Juni 2023 - 19:23
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Spot paralayang di Desa Wayu hadirkan keindahan sekaligus tantangan
Paraglider alias atlet paralayang terbang menikmati panorama Lembah Palu dari udara (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menyimpan banyak pesona keindahan alam. Selain itu, kabupaten dengan luas 5.197 kilometer persegi tersebut juga memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang khas sebagai identitas daerah.

Salah satu pesona yang mencuri hati banyak orang ada di Desa Wayu, Kecamatan Marawola Barat. Desa yang berada di ketinggian 500 meter dari permukaan laut ini bagaikan negeri di atas awan.

Jalanan yang ditempuh untuk menikmati keindahan tersebut memang tidak mudah. Butuh sekitar dua jam melewati jalan berliku yang sempit dan cukup berbahaya. Namun, semuanya terbayar lunas saat kita menapaki kawasan tersebut.

Hamparan hijau luas akan menyapa kita saat pertama kali menjejaki tanah di sana. Keindahan Kota Palu juga bisa puas kita pandangi dari tempat ini.

Desa dengan populasi sekitar 389 jiwa ini juga menyediakan destinasi aerosport, khususnya paralayang untuk sekadar memberi makan ego para adrenaline junkie alias para penyuka olahraga ekstrem.

Berparalayang di Wayu, paraglider alias atlet yang melakukan paralayang bisa terbang dengan melihat hamparan lembah, sungai, pegunungan, dan laut dalam satu frame secara langsung.

Eksotisme itu yang membuat tempat ini banyak dijadikan rekomendasi sebagai salah satu spot terbaik untuk berparalayang.

Pun demikian, Desa Wayu bukan hanya soal spot paralayang. Ada komoditas lain yang menjadi sumber ekonomi warga sekitar, yaitu kopi dan durian.

Wisatawan bisa menyesap langsung suguhan kopi hitam nan pekat dengan aroma semerbak. Jika ingin menjadikannya oleh-oleh alias buah tangan, maka bisa membeli versi bubuk atau yang masih dalam bentuk biji kopi. Ada varietas robusta dan arabika yang bisa jadi pilihan.

Durian sebagai komoditas lain daerah ini juga banyak penikmatnya. Walaupun ukurannya kecil, rasa manis dan tekstur dagingnya yang kenyal jadi dambaan para pencinta “The King of The Fruit” ini. Harganya kisaran Rp5000 hingga Rp10.000 per buah.

Beberapa keunggulan tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Sigi dengan penuh kebanggaan turut mempromosikan daerah ini dalam penyelenggaraan Festival Lestari V (23-25/6/2023).

Butuh keahlian mumpuni untuk menaklukkan kondisi cuaca saat berparalayang dari Desa Wayu, Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi (Foto: Juenita Vanka/Tutura.Id)

Atraksi paralayang di Desa Wayu yang berlangsung sehari sebelum pembukaan Festival Lestari V turut dihadiri Satya Winnie Sidabutar, paraglider dan travel blogger.

Ketika ditemui Tutura.Id, Satya menceritakan sedikit pengalamannya dalam menggeluti dunia paralayang yang sudah menginjak 13 tahun.

“Saya sudah menyukai hal-hal yang memacu adrenalin sedari kecil. Untungnya saya dibesarkan oleh seorang ayah yang mengharuskan anak perempuannya menjadi wanita tangguh. Maka saya diizinkan mencoba semua olahraga,” ungkapnya.

Sensasi yang diberikan oleh paralayang kemudian membuatnya jatuh cinta. Betapa pun melakoni olahraga ini tak mudah karena dibutuhkan keberanian, taktik, dan jam terbang yang mumpuni.

“Karena terbang di atas itu kamu sendirian. Yang menentukan kamu jatuh atau tidaknya itu kamu sendiri,” imbuh perempuan yang mengawali petualangannya terbang menggunakan parasut paralayang dari Puncak Bogor, Jawa Barat.

Spot Paralayang di Wayu, Sigi, bagi Satya menawarkan keindahan sekaligus tantangan. “Bisa saya bilang sulit untuk di Indonesia, tapi site ini juga sangat menarik. Kayak termalnya ini menarik,” ungkapnya.

Penerbang paralayang tak hanya membutuhkan dorongan angin untuk bisa menaikkan ketinggian parasut, tetapi juga termal alias panas udara.

Asgar selaku Ketua Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) Sulawesi Tengah mengklaim Desa Wayu jadi satu-satunya tempat di Indonesia, bahkan di Asia, dengan spesifikasi termal yang bersesuaian dengan olahraga paralayang.

Kondisi cuaca juga kontur alam yang demikian bikin paraglider bisa terbang jauh beberapa ratus meter, bahkan hingga bisa melintasi Puncak Matantimali—sebutan lain untuk lokasi paralayang ini.

Sementara yang jadi tantangan saat mengudara di lokasi ini adalah menaklukkan kondisi cuaca.

“Mungkin karena di lembah dan juga diapit oleh gunung sehingga potensi turbulance-nya tinggi. Tipe anginnya juga cukup kasar dan termalnya cepat sekali terbentuk. Jadi butuh jam terbang tinggi dan juga minimal mengenali alat kita masing-masing,” jelas perempuan kelahiran 15 Januari 1992.

Satu-satunya yang menjadi masukan Satya untuk tempat ini hanya perbaikan akses jalan menuju lokasi. Pasalnya akses jalan yang mulus akan membuat mobilisasi ke tempat tersebut otomatis jadi lebih lancar.

Dampaknya tentu saja akan dirasakan warga sekitar yang menyandarkan roda perekonomiannya berputar seiring kedatangan para wisatawan.

“Kalau untuk site-nya sudah cantik sekali. Pemandangannya sangat menawan. Infrastruktur di sekitar juga sudah oke. Warga desa menatanya sedemikian rupa sehingga pengunjung juga bisa nyaman beristirahat,” pungkasnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Piala Dunia 2022: Euforia nobar di Palu tak seramai dulu
Piala Dunia 2022: Euforia nobar di Palu tak seramai dulu
Hanya ada satu tempat komersil di Palu yang pegang lisensi nobar Piala Dunia 2022. Benarkah…
TUTURA.ID - Sigi Sport Center; bakal pusat olahraga dan ikon baru Kabupaten Sigi
Sigi Sport Center; bakal pusat olahraga dan ikon baru Kabupaten Sigi
Pemkab Sigi berencana membangun kompleks olahraga untuk meningkatkan prestasi para atlet agar lebih mengharumkan nama…
TUTURA.ID - CEO Persipal, Sultan Beybar Mastura: Saya akan menjawab keraguan orang-orang
CEO Persipal, Sultan Beybar Mastura: Saya akan menjawab keraguan orang-orang
Sultan Beybar Mastura (28) jadi CEO baru Persipal. Kepada Tutura.Id, Sultan menepis anggapan bahwa dirinya…
TUTURA.ID - Festival Lestari 5 di Sigi: Potensi cuan lestari lewat investasi berbasis alam
Festival Lestari 5 di Sigi: Potensi cuan lestari lewat investasi berbasis alam
Investasi yang mengedepankan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial ini menjadi satu alternatif di tengah…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng