Gedung auditorium UPT Taman Budaya dan Museum (TBM) Provinsi Sulawesi Tengah yang berada di Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat akan menjadi tempat Pameran Nasional Alat Musik Tradisional Nusantara 2023, mulai 25-29 September 2023.
Tutura.Id berkesempatan mengintip kesiapan pelaksanaan pameran pada Jumat (22/09/23). Saat menyambangi auditorium, beberapa orang tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Ada yang tengah memoles ruang pameran dengan segala peralatannya. Tahapan fisnishing ini menjadi bagian akhir persiapan.
Tampak pula alat musik dari 31 Provinsi di Nusantara berada di dalam sebuah bangunan replika yang terinspirasi dari arsitektur rumah adat Tambi. Informasi yang didapatkan, persiapan pameran sudah dilakukan sejak sebulan yang lalu.
Persiapan jauh hari ini menandakan bahwa Sulteng bersungguh-sungguh menghadirkan sebuah pameran layak. Pasalnya, sejak dilaksanakan pada 2010 di Museum Nasional, baru kali ini Sulteng dipercaya menjadi tuan rumah.
Pada Tahun 2022, Pameran Nasional Alat Musik Tradisional Nusantara digelar di Provinsi Aceh. Sistem pemilihan tuan rumah pameran pun dilakukan dengan seleksi, bukan penunjukan secara bergilir.
Olehnya, kesempatan ini dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh UPT Taman Budaya dan Museum Prov. Sulteng mengenalkan kebudayaan Sulteng, khususnya alat musik Sulteng di kancah nasional.
Kepala UPT Taman Budaya dan Museum Prov. Sulteng Ahmad M. Tanjung mengatakan, pameran alat musik tradisional Sulteng hadir sebagai salah satu bentuk pelestarian peradaban budaya Sulteng.
"Ini pertama kalinya Sulteng jadi tuan rumah. Sebuah bentuk kalau kita juga punya peradaban budaya tertua melalui alat yang cukup representatif." jelas Ahmad saat ditemui di Auditorium Museum pada Jumat (22/9).
Dia mengungkapkan ada sekitar 150 lebih alat musik se-Indonesia dalam pameran dengan mengusung "Selaraskan Nada Ciptakan Harmoni " tersebut. Dari jumlah itu, ada 12 alat musik tradisional khas Sulteng yang telah disiapkan untuk pameran.
Ahmad ungkapkan alat-alat musik tradisional Sulteng yang dipamerkan didapatkan dari masyarakat yang masih menyimpannya sebagai aset untuk dirawat dan tetap lestari.
Peran alat musik tradisional
Dahulu masyarakat tradisional menggunakan alat musik sebagai bentuk penghormatan tradisi dan kebudayaan.
Alat-alat ini menghasilkan harmoni suara yang dipakai dalam ritual-ritual adat, bukan hanya sebagai sarana hiburan seperti saat ini.
Tak heran beberapa alat musik tradisional sangat disakralkan bagi pelaku budaya dan masyarakat adat zaman dahulu. Sebagai contoh, lalove yang hadir dalam ritual pengobatan adat Balia.
"Tradisi orang tua kita dulu menggunakan alat musik ini pada upacara adat maupun penghormatan. Kehadiran alat musik dalam upacara adat dapat menjadi media agar terhubung dengan makhluk gaib kepercayaannya," lanjut Ahmad.
Peranan alat musik ini penting bagi masyarakat adat, baik yang bersifat sakral (suci) maupun profan (tidak suci). Peranan musik yang bersikap sakral ini digunakan dalam upacara keagamaan, seperti upacara daur hidup kelahiran dan kematian serta upacara pengobatan.
Sementara alat musik bersifat profan digunakan sebagai sarana untuk menghibur, penyambutan tamu, mengisi waktu luang maupun menghilangkan kepenatan saat bekerja.
Kehadiran alat musik yang menciptakan alunan mendayu, menurut Ahmad, mampu menciptakan spirit yang bisa mempengaruhi seseorang.
Selaras dengan itu suara musik bukan sebuah pengakuan belaka. Telah banyak penelitian bahwa musik dapat menjadi terapi penyembuhan yang menjadi tren saat ini dikenal dengan istilah sound healing.
Penelitian menyimpulkan ada sejumlah manfaat musik bagi kesehatan. Mulai dari meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan menurunkan tingkat stres, hingga meningkatkan kesehatan emosional dan fisik.
Musik tradisional di tengah zaman modernisasi
Musik tradisional saat ini berupaya bertahan meskipun keberadaannya mulai tergantikan dengan pertunjukan yang terkesan lebih modern.
Upaya menumbuhkan kembali masyarakat dalam memahami dan mengenali kembali kesenian tradisional terus dilakukan.
Kesenian tradisional bagian dari kekayaan daerah serta aset dan potensi yang diharapkan dapat terjaga dan lestari.
Target UPT Taman Budaya dan Museum Prov. Sulteng kali ini adalah mendapatkan kunjungan sebanyak-banyaknya yang dapat memperoleh pengetahuan darinya. Sehingga kesadaran atas pelestarian kebudayaan Sulteng semakin ditingkatkan.
Dia pun berharap masyarakat Sulteng dapat berkunjung dan meramaikan momentum langka tersebut. Tidak ada biaya tiket masuk pameran alias gratis.
"Targetnya seluruh pelaku sejarah, akademisi, budayawan, atau siapapun bisa kembali melirik kekayaan peradaban alat musik tradisional yang pernah kita punya," pungkas Ahmad.
alat musik tradisonal musik tradisonal Museum Sulteng Pameran Nasional Alat Musik Tradisional Nusantara