Tentang miras: Orang Sulteng lebih suka minum cap tikus
Penulis: Rizki Syafaat Urip | Publikasi: 8 September 2022 - 13:10
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Tentang miras: Orang Sulteng lebih suka minum cap tikus
Cap Tikus - Foto: Parinussa Revy/Shutterstock.com.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, Provinsi Sulawesi Tengah menempati posisi keenam secara nasional dalam proporsi konsumsi minuman beralkohol pada penduduk umur di atas 10 tahun. Persentasenya mencapai 8,8 persen.

Posisi pertama dalam lis menempatkan Sulawesi Utara (16%), kemudian diikuti Nusa Tenggara Timur (15,6%), Bali (14%), Gorontalo (11,3%), lalu Maluku (11,1).

Konsumsi minuman keras (miras) berdasarkan kebiasaan anggota rumah tangga dalam sebulan terakhir. Cakupannya terdiri dari konsumsi minuman beralkohol saat ini, konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan, rerata satuan standar minuman beralkohol, dan jenis minuman beralkohol yang biasa diminum.

Dalam hal perbandingan menenggak miras yang berbahaya alias melebihi satuan standar, Sulteng berbagi tempat dengan Papua di peringkat keempat dengan persentase 2,3 persen. Urutan pertama NTT (3,2%), Bali (2,9%), serta Maluku dan Sulawesi Utara (2,4%).

Adapun maksud konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dihitung berdasarkan jumlah satuan standar minuman, yaitu sebanyak >5 satuan standar pada laki-laki dan >4 satuan standar pada perempuan (STEPS analysis guide WHO).

Istilah “minuman standar” menggambarkan intensitas konsumsi alkohol yang dapat dihitung dari jenis dan volume minuman beralkohol yang dikonsumsi. Satu minuman standar rata-rata mengandung 10 g (antara 8–13 g) etanol murni. Biasanya terkandung dalam sekaleng bir (285–330 ml), segelas wine (120 ml), satu sloki vodka (30 ml), atau setengah gelas minuman tradisional beralkohol bening (100 ml).

Terkait proporsi jenis miras yang biasa diminum, orang-orang di Sulteng lebih banyak memilih produk kearifan lokal berupa minuman tradisional. Variannya terdiri dari minuman tradisional bening dengan persentase sebanyak 41%, lalu minuman tradisional keruh dengan besaran 27,5%. 

Jenis minuman beralkohol lainnya yang menjadi pilihan adalah bir (18,6%), oplosan (6,9%), anggur/arak (2,9%), wiski (1,0%), dan jenis lainnya (2,0%).

Berdasarkan karakteristik peminumnya, penduduk di Indonesia yang bekerja sebagai petani/buruh tani dan nelayan paling banyak mengonsumsi jenis minuman tradisional bening. Sedangkan yang jenisnya bir lebih menjadi pilihan di kalangan profesi PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD.

Salah satu produk yang termasuk dalam ragam minuman tradisional bening tentu saja Cap Tikus. Warnanya bening dan jernih seperti air. Beda dengan saguer—juga populer di Sulawesi—yang tergolong ragam minuman tradisional keruh tersebabkan warnanya.

Jenama Cap Tikus sudah kesohor, bukan hanya di wilayah Sulteng atau Pulau Sulawesi, tapi hingga ke seantero Nusantara. Minuman ini terbuat dari hasil fermentasi air nira pohon aren/enau. Kadar alkoholnya? Rata-rata di atas 40 persen.

Musabab tingginya kadar alkohol yang terkandung dalam Cap Tikus, ada satu kredo masyhur tentang minuman ini yang tersampaikan dari mulut ke mulut, “Minum satu sloki cukup untuk tambah darah. Minum dua sloki bisa masuk penjara. Minum tiga sloki bakal ke neraka.”

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ramai-ramai ke Ramporame Festival 2023
Ramai-ramai ke Ramporame Festival 2023
Selama tiga hari penyelenggaraannya (21-23/7/2023), Ramporame Festival tak hanya menyuguhkan acara musik, tapi juga sesi…
TUTURA.ID - Tjatjo Tuan Sjaichu Al-Idrus; jalan panjang melestarikan dialek Kaili
Tjatjo Tuan Sjaichu Al-Idrus; jalan panjang melestarikan dialek Kaili
Sejak dekade 70-an, Tjatjo TS Al-Idrus rajin menyisir berbagai kampung di Sulteng untuk meneliti ragam…
TUTURA.ID - Sulteng masuk tujuh besar provinsi paling jeblok soal stunting
Sulteng masuk tujuh besar provinsi paling jeblok soal stunting
Sulteng bisa menekan angka prevalensi stunting. Namun penurunannya tak siginifikan. Pada 2022, 3 dari 10…
TUTURA.ID - Lima alasan mendatangi Festival Sastra Banggai
Lima alasan mendatangi Festival Sastra Banggai
Hajatan yang diinisiasi Yayasan Babasal Mombasa ini bakal berlangsung untuk keenam kalinya--digelar rutin saban tahun…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng