Ucu Susanto: Sang politikus baru bersiasat menuju gedung dewan
Penulis: Inforial | Publikasi: 14 Januari 2023 - 20:14
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Ucu Susanto: Sang politikus baru bersiasat menuju gedung dewan
Ucu Susanto (kedua dari kiri) saat berkaraoke di panggung dengan Gubernur Sulteng Rusdy Mastura, Wakil Wali Kota Palu Reny Lamadjido, dan Ketua DPD Partai Demokrat Sulteng Anwar Hafid (Foto: Istimewa)

Ada banyak sekali atribut yang dilekatkan kepada generasi muda. Tiang Kokoh Negara, Penerus Bangsa, sampai Agen Perubahan.

Tentu masih ada berderet julukan lainnya jika ingin dituliskan semua. Pendeknya rupa-rupa label tersebut beriring ekspektasi menuju ke penghidupan lebih baik.

Segudang besar pengharapan itu pula yang mengiringi langkah kaki para politikus muda kala memutuskan terjun dalam pemilihan umum sebagai calon anggota legislatif (caleg).

Kehadiran mereka penting bukan hanya sebagai preseden yang baik dalam iklim perpolitikan, karena menandakan terjadinya regenerasi di tubuh partai, tapi juga meniupkan angin segar perubahan.

Berusaha menciptakan perubahan yang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan kelompok lebih besar, menjadi tekad Ucu Susanto.

Nama yang mungkin masih awam bagi sebagian besar warga Kota Palu ini jadi satu dari empat  sosok “Politisi Muda Paling Menjanjikan" versi Polling Paling 2023 yang kami gelar tempo hari.

Bersama Partai Demokrat, Ucu—demikian panggilan akrabnya—memutuskan berkontestasi dalam pemilihan caleg DPRD Kota Palu daerah pemilihan (dapil) Palu Timur-Mantikulore yang berlangsung tahun depan.

Sekadar pengingat, dalam pemilihan anggota DPRD Kota Palu, setiap dapil diisi oleh dua kecamatan, yaitu Palu Timur-Mantikulore (Dapil 1), Palu Utara-Tawaeli (Dapil 2), Palu Selatan-Tatanga (Dapil 3), dan Palu Barat-Ulujadi (Dapil 4). Khusus untuk Dapil 1, disediakan sebanyak total 11 kursi untuk diperebutkan.

Untuk mengubah sebuah kondisi tentu bukan hal mudah. Pun demikian, Ucu yang juga aktif terlibat dalam banyak organisasi dan komunitas ini optimistis bisa mewujudkannya dengan etos kerja.  

“Mustahil bisa mewujudkan keinginan jika kita hanya duduk diam, leyeh-leyeh, tidak ada pergerakan. Pengalaman hidup sudah mengajarkan saya bahwa cita-cita harus diwujudkan dengan kerja keras,” tegasnya saat berbincang dengan Tutura.Id, Rabu (4/1/2023) petang.

Saat mengatur janji untuk sesi wawancara, Ucu merekomendasikan Doctors Coffee and Bakery di Jalan Basuki Rahmat, Birobuli Utara, sebagai tempat bertemu.

Ternyata ia tiba lebih awal dari yang dijadwalan. Gelas minuman di hadapannya sudah tandas setengah.

Lantaran suasana di bagian depan kafe yang jadi tempat sedari awal ia duduk lumayan ingar bingar, kami memutuskan beringsut menuju ke bagian belakang.

Ucu yang muncul dengan wajah klimis dan penampilan kasual melangkah perlahan. Kami berjalan membuntuti.

Angin senja langsung datang menerpa wajah karena konsep atapnya semi terbuka. Banyak pepohonan dan tanaman rambat memenuhi tembok. Sementara di bagian belakang tempat kami mengobrol ada sepetak kolam ikan yang mengeluarkan suara gemercik air. Asri.

Mengenakan setelan polo shirt hitam, celana berbahan denim biru dongker, dan sepatu kets senada warna baju bikin orang bisa salah menerka usia Ucu. “Umurku ini sekarang sudah 42. Kelahiran 1980, tapi banyak orang bilang masih kayak 24. Ha-ha-ha,” katanya berseloroh.

Tarikh kelahiran itu sebenarnya tergolong dalam Generasi Millenial yang karakteristiknya lebih terbuka menerima perubahan, punya rasa pede,  kreatif, produktif, dan mapan.

Berbagai ciri tadi sepenuhnya melekat dalam diri Ucu. Contoh ketika ditanyakan soal target perolehan suara yang bisa dicapainya dalam caleg nanti.

“Saya optimistis bisa meraih 3000 suara dan mengamankan jatah dua kursi di dapilku meskipun saya lihat semua kandidat juga kuat. Supaya jadi motivasiku untuk menang.” Jawaban tadi sigap betul terucap dari pengagum Barrack Obama dan Agus Harimurti Yudhoyono ini.

Saat memberikan sambutan dalam pembukaan kejuaraan sepak bola Ucu Susanto Cup 2022 (Foto: Dokumentasi pribadi)

Tiga program meretas takdir

Menurutnya ada tiga hal krusial saat maju dalam kontestasi pemilihan calon legislatif, yaitu dikenal, disukai, dipilih.

Agar warga mengenali calon penyambung aspirasi mereka di gedung dewan, tidak bisa dipungkiri harus ada baliho-baliho yang memampang wajah sang calon di dapil. Lalu harus diimbangi pula dengan keberadaan tim dalam setiap wilayah.

Tugas setiap tim mencatat keluhan atau permintaan warga. “Semisal mereka ingin bertemu, saya akan datang mengunjungi. Bersilaturahmi memperkenalkan diri,” jelas Ucu tentang sedikit aktivitasnya di konstituen.

Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”, upaya perkenalan diri tadi kerap ia barengi dengan urunan dalam berbagai kegiatan yang diinisiasi oleh warga.

Dicontohkannya acara “Karampe Jamming” yang berlangsung saat malam pergantian tahun beberapa pekan silam. Sudah dua kali penyelenggaraan acara tersebut ia memberikan urunan.

Selain itu, sebisa mungkin dirinya juga ikut membantu mengatasi berbagai keluhan warga terkait fasilitas umum di lingkungan tempat tinggal mereka.

Lalu ia aktif pula mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, semisal aksi donor darah dan membagikan tabung gas LPG tiga kilogram gratis kepada warga kurang mampu. Sejumlah hajatan olahraga juga kerap mendapat sokongan darinya.

Berasumsi bahwa segala kedermawanan itu hanya sementara belaka tentu sah-sah saja, tapi Ucu segera menampik. Baginya upaya saling berbagi tadi merupakan bentuk kesyukuran atas karunia yang selama ini telah didapatkannya. Ia pun sepenuhnya menginsafi ada hak-hak orang lain dari setiap rezeki yang diperolehnya.

“Prinsip hidupku itu sederhana saja; senantiasa berbuat baik kepada semua orang. Karena kita ini hidup mau perbanyak teman, bukan musuh,” ujarnya.

Langkah terakhir untuk bisa dipilih sebenarnya akan sangat ditentukan oleh dua unsur sebelumnya yang sangat krusial. Hasil akhirnya semacam terjadi otomatis.

Ilustrasi gampangnya; orang akan bisa lebih mudah menetapkan hati atau pilihan kepada sosok yang sudah ia kenal dan sukai perangainya.

Ucu setidaknya sudah menerapkan tiga kunci utama yang dibutuhkan seorang politisi pendatang baru saat akan berkontestasi dalam pileg, yaitu membangun kesadaran kelompok, menciptakan narasi, dan mengatur komunikasi.

Saat memutuskan bergabung ke Partai Demokrat setelah sempat berkiprah bersama Partai NasDem (Sumber: instagram.com/dpcdemokratpalu)

Riwayat sang pendatang baru

Ucu lahir dan tumbuh besar di lingkungan keluarga sederhana. Ia bungsu dari dua bersaudara.

Ayahnya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Pekerjaan Umum (PU) Donggala. Seorang staf biasa tanpa jabatan mentereng. Sementara ibunya sehari-hari mengurusi rumah tangga.

"Cukup sering di keluarga kami itu makan hanya ditemani garam dan rica. Tetap enak rasanya," kenangnya.

Usai menamatkan kuliah di STIE jurusan ekonomi manajemen tahun 2006, Ucu berhasil mewujudkan satu keinginannya sejak kecil. Ia diterima menjadi karyawan Bank Mandiri sebagai tim marketing.

Sejak duduk di bangku SMP, tiap pulang sekolah Ucu pasti singgah ke Bank Danamon yang lokasinya di samping Kompleks Pertokoan.

Para karyawan yang berseliweran memakai seragam dan berdasi terlihat gagah di mata Ucu yang masih bocah tanggung. Tambah lagi berkantor di ruangan yang adem. Bikin tidak kepanasan saat kerja. Cita-cita menjadi pegawai bank muncul di benaknya saat itu juga.

Purna kontraknya sebagai karyawan di Bank Mandiri, Ucu berhasil terangkat sebagai pegawai tetap di Bank Danamon. Berkat prestasinya, ia diangkat jadi pimpinan cabang Bank Danamon di Tolai, Parigi Moutong.

Tak berselang lama dari penugasan itu, terbit surat keputusan yang menetapkannya sebagai PNS di Dinas PU Donggala. Ia akhirnya mundur kerja di bank dan fokus menjadi pegawai negeri meski harus bolak-balik Palu ke Donggala.

Rupanya takdir punya jalan lain untuk Ucu. Setelah menikah pada 2012, ia mendapat kepercayaan ayah mertuanya untuk mengurusi bisnis SPBU. Seragam dinas ia tanggalkan agar bisa fokus menjalankan amanat tersebut.

"Alhamdulillah sekarang usaha sudah jalan bagus sistemnya. Artinya saya tidak harus selalu turun tangan langsung mengurusi," kata ayah empat orang anak ini.

Ucu Susanto (keempat dari kiri) saat menghadiri Musyawarah Besar II Ikatan Keluarga Alumni SMANSA Palu (Foto: Istimewa)

Sebagai pengusaha yang bergerak dalam bidang pendistribusian bahan bakar minyak, Ucu bisa dibilang sudah punya kehidupan mapan. Bisnisnya lancar.

Lalu sekira empat tahun lampau, datang tawaran dari sejumlah petinggi partai di Palu untuk bergabung sebagai kader. Ajakan dari Partai Amanat Nasional yang kemudian diterimanya. Ia cuma singgah sebentar di tubuh partai berlambang matahari putih itu.

Selanjutnya Partai Nasional Demokrat (NasDem) jadi persinggahan. Cukup lama ia berada dalam lingkungan partai yang diketuai oleh Surya Paloh.

"Waktu itu Farid Podungge yang menjabat Ketua DPW Garda Pemuda Partai NasDem Sulteng datang menawarkan saya posisi sebagai Ketua Garda Pemuda DPD Nasdem Kota Palu," kenang Waketum HIPMI Sulteng ini.

Medio tahun lalu, Ucu memutuskan berpisah dari Partai NasDem dengan berbagai alasan yang tak ingin diungkapkannya spesifik. Ia menganggapnya proses pembelajaran. Bagian dari dinamika perpolitikan yang menempa dirinya lebih matang.

Sebagai orang baru dalam kancah politik, pria yang lahir dan tumbuh besar di Besusu ini mengaku harus lebih banyak belajar.

Caranya dengan menimba ilmu langsung dengan para politisi yang sudah lebih senior. Dari mereka semua Ucu menyerap ilmu bahwa terjun di kolam politik harus kuat mental, tidak gampang baper, dan berjiwa besar karena banyak intriknya.

Usai menyatakan mundur dari NasDem, sempat mampir tawaran dari partai lain. Keputusannya bulat memilih Partai Demokrat yang menurut pengamatannya dipimpin dengan bagus oleh Anwar Hafid. Jabatannya di tempat baru ini sebagai Wakil Ketua III DPC Kota Palu.

"Tidak lama lagi saya akan dilantik jadi Ketua Ikatan Muda Demokrat Indonesia Sulteng," pungkasnya.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
1
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Saat politisi muda Kota Palu bikin relawan dan medsos bernama unik
Saat politisi muda Kota Palu bikin relawan dan medsos bernama unik
Politisi muda Kota Palu melirik medsos sebagai sarana komunikasi politik. Akun relawan, slogan,…
TUTURA.ID - Ahmad Ali: Sulteng salah satu lumbung suara Anies
Ahmad Ali: Sulteng salah satu lumbung suara Anies
Waketum Partai NasDem, Ahmad Ali, optimistis Anies bisa dapat suara besar di Sulteng. Lantas bagaimana…
TUTURA.ID - Aliansi Mahasiswa Sulteng menolak hasil penyelenggaraan Pilkada 2024
Aliansi Mahasiswa Sulteng menolak hasil penyelenggaraan Pilkada 2024
Rendahnya partisipasi warga dalam mengikuti Pilkada 2024 di Sulteng menjadi sorotan, termasuk oleh Aliansi Mahasiswa…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng