Berbilang empat bulan dari penyelenggaraan terakhir, "Unjuk Gi-Gigs" yang jadi panggung sejumlah band lokal Palu beraksi kembali hadir. Kali ini telah memasuki Volume 3.
Edisi dengan harga tiket tanda masuk dibanderol Rp25 ribu ini tentu saja hadir dengan tema dan konsep berbeda dibandingkan dua volume sebelumnya.
"Kalau yang pertama band-band dominan bawa genre rap, yang kedua lintas generasi, dan yang ketiga ini temanya reuni," ungkap Aprianto Irade, inisiator "Unjuk Gi-Gigs" dari Moraya Kreatif, kepada Tutura.Id, Kamis (20/7/2023).
Seperti istilah skena yang sekarang mendadak ramai dibicarakan, gigs juga terangkut dari istilah asing. Artinya sebuah acara musik dengan skala produksi dan kapasitas penonton terbatas.
Ini pula yang membedakan gigs dengan pensi dan konser. Pembeda lainnya, hingga sekarang gig/gigs belum punya padanan dalam Bahasa Indonesia laiknya skena yang berasal dari kata scene.
Lantaran jenisnya tadi, gigs banyak jadi pilihan bagi para musisi dan band dari skena arus pinggir. Lokasi penyelenggaraannya biasa mengambil tempat di bar, pub, atau sebuah kafe.
Istilah ini sebenarnya belum terlalu lama hadir dan dipergunakan anak-anak skena musik independen di Kota Palu.
View this post on Instagram
“Acara gigs seperti ini pada dasarnya untuk memberdayakan band-band yang biasa kami sebut dengan band komunitas. Karena hanya lewat gigs skena musik independen di Kota Palu bisa kembali menunjukkan gaungnya,” sambung Rian, sapaan akrab Aprianto.
Khusus penyelenggaraan "Unjuk Gi-Gigs Vol. 3" yang akan berlangsung di Khan’s Studio, Jalan Tembang, Palu, Sabtu (22/7), akan hadir 14 band lokal Palu dari beragam subgenre musik.
Beberapa nama yang tampil, antara lain Maracana, Revenge From Resurrection, Sick Stupid, Sarata Reggae, Sangurara, Nemo Crew, dan Frizzx.
Tiga nama yang dituliskan pertama sempat tampil meramaikan panggung "Rock In Celebest (RIC) Festival Tour 2015" yang berlangsung di Palu.
"Kali ini kemasannya akan menghadirkan band-band lama, band baru, musisi lintas generasi, sampai lintas genre musik. Selain itu, kami membuka belasan stan untuk pelaku UMKM," tutup Rian.
Asa band komunitas menghidupkan daerah
Yayan, gitaris Maracana, menyebut pentingnya inisiatif menggelar gigs semacam ini. Sebab bisa jadi ruang untuk band-band independen di Palu yang bertaburan banyaknya untuk berekspresi.
Kehadiran "Unjuk Gi-Gigs Vol. 3", sambung Yayan, merupakan upaya awal untuk kembali menghidupkan skena musik independen di Kota Palu.
"Ini ibaratnya agar band komunitas bisa kembali hidup. Karena sejak RIC 2015 tidak ada sponsor yang mau mensponsori kami. Belum lagi ditambah bencana alam Pasigala 2018 dan Pandemi Covid-19. Kalau pun ada, itu karena inisiatif band komunitas,” jelasnya.
Yayan membandingkan sejumlah penyelenggaraan musik di Kota Palu dan beberapa daerah di tanah air yang dianggapnya memiliki kontribusi bagi penikmat musik dan memberikan gaung bagi daerah untuk dikenal luas. Tak melulu dengan menggelar acara musik yang memanggungkan band atau musisi dari arus utama alias mainstream.
“Di Palu, kalo misal undang band artis, yang untung biasanya hanya band artis itu. Lihat saja beberapa acara musik terakhir yang bikin nama Palu tercoreng. Coba bandingkan dengan penampilan Sepultura yang diundang secara langsung oleh Bupati Kutai Kartanegara. Itu mencatatkan sejarah bagi daerah karena akhirnya punya gaung di skala nasional dan internasional,” terangnya.
Sepultura yang dimaksudkan adalah unit musik pengusung thrash dan death metal asal Brazil. Belum lagi Hammersonic Festival yang saban tahun berlangsung di Jakarta juga telah punya reputasi internasional. Festival tersebut jadi tempat berkumpulnya metalheads, sebutan untuk penggemar musik metal.
View this post on Instagram
Oleh karena itu, Yayan berharap pihak sponsor dan pemerintah daerah lebih memberi perhatian kepada musisi lokal dan band komunitas demi menghidupkan skena musik di Kota Palu.
“Masalahnya selama ini pemerintah tidak ada yang seperti itu. Akhirnya kami yang turun tangan ambil sikap berani. Saya pernah pengalaman bikin acara hanya andalkan tiket masuk, undang band dari Makassar, Mamuju, dan Gorontalo. Kalau tidak begitu, bagaimana musik di Palu bisa dikenal,” jelas Yayan.
Bagi Yayan, penggemar musik di suatu daerah tidak bisa dipandang sebelah mata. Musikus yang telah berkiprah sejak 2001 ini mencontohkan aksi Joko Widodo meraih simpati para penggemar musik metal.
Jokowi yang kala itu masih berstatus calon presiden pada Pemilu 2014 hadir menyaksikan festival Rock in Solo 2013. Aksi ini disebut-sebut memberi keuntungan politik bagi mantan gubernur DKI Jakarta pada Pemilu 2014 silam.
"Bisa juga lihat itu Festival Musik Hammersonic 2023. Ada puluhan band lokal yang juga tampil. Sekelas Palu Nomoni atau Festival Teluk Palu, harusnya bisa bikin yang seperti itu juga, kan?,” tandasnya.