Ahmad Ali bertemu Rusdy Mastura; sinyal polemik berakhir?
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 15 Maret 2023 - 19:27
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Ahmad Ali bertemu Rusdy Mastura; sinyal polemik berakhir?
Ahmad Ali mengunjungi Rusdy Mastura yang sedang terbaring sakit di RS Metropolitan Medical Centre, Jakarta Selatan, Minggu (12 Maret 2023) | Foto: Istimewa

Minggu (12/3/2023), beredar sebuah foto yang menampilkan dua politisi kawakan Sulteng, Ahmad Ali dan Rusdy Mastura, sedang mengobrol satu sama lain. Siang itu, Ali mengunjungi Cudy yang tengah terbaring sakit di RS Metropolitan Medical Centre, jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

Cudy dikabarkan telah menjalani perawatan sejak dua hari sebelum pertemuan pada akhir pekan itu. Pertemuan itu nampak istimewa bagi publik Sulteng. Pasalnya, pertemuan dua kompatriot itu terjadi di tengah polemik antara Cudy dan Partai NasDem Sulteng, sekitar sepekan terakhir.

Kebersamaan gubernur Sulteng dan anggota DPR RI di tengah kisruh internal yang melanda partai besutan Surya Paloh itu,  turut menyita perhatian dari salah satu akademisi Universitas Tadulako (Untad), Achmad Herman.

Ia menyebut silang pendapat antara ketua dewan pertimbangan dan dewan pimpinan wilayah (DPW) Partai NasDem Sulteng,  yang hebohkan linimasa media sosial maupun media massa di Sulteng, sejatinya tak masuk dalam kategori ketegangan politik, pasang surut relasi atau semacamnya.

“Saya pernah memprediksikan ada saluran komunikasi di dalam partai yang tidak terhubung, sehingga perlu dilakukan silaturahmi politik. Itu jauh sebelum pertemuan terkini antara Ahmad Ali dan Rusdy Mastura,” terang Achmad saat dihubungi Tutura.Id (14/3/2023).

Pengajar ilmu komunikasi FISIP Untad ini, menilai pertemuan dua tokoh berpengaruh di Sulteng itu, sejatinya sedang menunjukan adab positif dalam  berpolitik, secara khusus bagi kader partai.

“Dua politisi ini sudah seperti saudara, paham kultur dan peta politik di Sulteng. Pertemuan dua petinggi partai ini, sebenarnya sedang memberi sinyal kalau keduanya dewasa berpolitik, sekaligus memberi pesan agar segera menyudahi polemik,” ujarnya.

Menurut Achmad, hal yang jadi pemicu polemik diantara kader Partai NasDem Sulteng sebenarnya sangat normatif, bisa diselesaikan dengan cara komunikasi politik yang intens.

Ia juga menambahkan, kabar Cudy pindah Partai Gerindra dan kedekatan dengan Longky Djanggola dalam sejumlah momen, juga sesuatu yang biasa saja di dunia politik.

“Momen itu tak lantas dijustifikasi, bahwa Cudy akan pindah partai Gerindra. Perkembangan politik di Sulteng itu masih cair, belum bisa digeneralisir sebagai sebuah kepastian,” pungkasnya.  

Ahmad Ali dan Rusdy Mastura dalam acara NasDem Berbagi di desa Loru, Kab. Sigi | Foto: nasdem.id

 

Sinyal polemik berakhir?

Komunikasi politik yang ditunjukkan Ahmad Ali dan Rusdy Mastura, agaknya memberi dampak signifikan dikalangan kader partai berlambang lingkaran biru dengan siluet kuning itu.

Hal ini dibuktikan lewat respon Aristan selaku sekretaris DPW NasDem Sulteng, salah satu pihak yang berseberangan pendapat dengan Cudy. Ia pilih irit bicara, pun kasih pernyataan normatif.

“Beliau (kak Cudy, red) lagi sakit. Kita do’akan agar beliau lekas pulih, llau kembali menjalankan amanah dan tanggung jawab sebagai gubernur Sulteng,” kata Aristan membalas pesan WA Tutura.Id (14/3/2023).

Sekadar pengingat, perseteruan antara Partai NasDem Sulteng dengan Cudy bermula dari pertanyaan door stop wartawan kepada Cudy jelang agenda Musyawarah Rakyat (Musra) ke-22 yang digelar di Jodjokodi Convention Centre (JCC), kota Palu, pada 5 Maret 2023.

Cudy merasa kecewa kepada DPW NasDem Sulteng karena tak pernah dimintai pertimbangan dalam pengangkatan kader, termasuk pemecatan dua orang kader NasDem, yakni bupati Donggala (Kasman Lassa) dan bupati Tojo Una – Una (Mohammad Lahay).

“Masa bupati Touna, bupati Donggala dipecat? Mestinya dewan pertimbangan dimintai tanggapan, apa efeknya buat partai? Buat apa saya lama – lama di partai seperti itu,” kata Cudy.

Pernyataan bersayap ini lantas dikaitkan dengan kabar Cudy pindah ke Partai Gerindra. Aristan menyinggung soal etika berpolitik.

"Kepada seluruh kader, saya ingatkan kembali agar mengontrol syahwat kekuasaannya, agar tidak mudah melupakan pihak yang mengantarkannya menuju singgasana kekuasaan untuk berpindah ke perahu politik lain hanya untuk memuaskan syahwat politiknya,” terang Aristan.

Kabar mundurnya Cudy dari Partai Nasdem ini juga dibenarkan oleh pejabat teras DPP Partai NasDem, Ahmad Ali. Ali justru lempar pernyataan normatif atas sikap politik Cudi.

“Untuk sahabat, kader partai Nasdem saya minta untuk mengakhiri polemik tentang kepindahan saudara Rusdi Mastura ke partai lain karena itu hak politik yang dilindungi Undang-undang,” jelas Ahmad Ali dalam postingan akun sosial medianya.

Ali juga menyampaikan terimakasih kepada Cudy dan Verna Rompas yang juga kader NasDem, atas pengabdian, perjuangan dan komitmen. Ia juga mewakili Partai NasDem meminta maaf atas ketidaknyamanan yang diterima Cudy.

Meski santer tersiar kabar Cudy bakal pindah perahu politik hingga tudingan tak tahu etika politik, Cudi kasih tanggapan sebagai orang berlatar suku Kaili, ia tahu etika dan adab, jika memang ingin pindah, maka ia secara langsung yang akan berpamitan dengan Surya Paloh, ketua umum Partai NasDem. 

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Data banjir di Sulteng: 207 peristiwa dalam satu dekade
Data banjir di Sulteng: 207 peristiwa dalam satu dekade
Pada 2019, ada 18 banjir di Sulteng. Angka itu naik lebih dua kali lipat hingga…
TUTURA.ID - Mencipta karya jurnalistik yang tak lekang oleh waktu
Mencipta karya jurnalistik yang tak lekang oleh waktu
Pelatihan menulis feature berangkat dari keresahan tentang minimnya produksi tulisan khas ini yang menghiasi media-media…
TUTURA.ID - Muhammad Fakhri Fadlurrahman: Sang Pewaris Benteng Ahmad Ali
Muhammad Fakhri Fadlurrahman: Sang Pewaris Benteng Ahmad Ali
Pada usia 23 tahun, Faiz memimpin holding company, mengurusi berbagai unit usaha. Kepada Tutura.Id,…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng