Asfiksia dapat menyebabkan kematian mendadak. Seperti dilansir Hello Motherhood, berikut ini sejumlah gejala fisik asfiksia yang bisa dilihat dengan mata telanjang:
- Kesulitan bernapas: Wajah orang yang kesulitan bernapas akan membiru karena tak beroleh asupan oksigen.
- Busa di saluran pernapasan: Lantaran sesak napas, lendir pada paru-paru bisa bercampur dengan udara dari trakea dan membentuk busa di saluran pernapasan. Busa tersebut bisa membuat seseorang kehilangan kemampuan bernapas.
- Memar di leher, atau tulang leher patah: Seseorang yang alami cedera di bagian leher juga bisa mengalami asfiksia.
- Pendarahan: Asfiksia biasanya ditandai dengan mata yang terlihat merah--bintik-bintik kecil berwarna merah atau ungu pada bola matanya. Kondisi itu dipicu tekanan di dalam kepala, yang memicu pecahnya kapiler-kapiler kecil pada mata. Selain di mata, bisa juga muncul pada leher, wajah dan paru-paru.
View this post on Instagram
Kondisi fatal
Asfiksia bisa sangat fatal bila tidak segera ditangani. Mayoritas korban yang terjebak di kerumunan akan terhimpit dan saling berdesakan. Tubuh mengalami keterbatasan bergerak. Shoulder to shoulder alias bahu saling berhimpit.
Pergerakan tubuh yang terbatas itu bisa membuat seseorang kesulitan bernapas hingga hilang kesadaran. Tak heran jika ada yang pingsan saat konser musik dengan kerumunan padat.
Staf dokter umum Rumkit Sindhu Trisno Palu, dr. Muhammad Haidar Ilhamullah S.Ked, menyebut bahwa otak manusia perlu suplai oksigen. Bila dalam waktu 3-7 menit tanpa suplai oksigen, maka bisa terjadi kematian batang otak.
Pertolongan pertama pada orang dengan asfiksia adalah cardiopulmonary resuscitation (CPR), sebagai usaha mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh. Itulah yang terjadi di Itaewon pada 29 Oktober, saat banyak orang melakukan CPR pada korban.
“Umumnya kalau sudah terjadi henti napas dan henti jantung itu memang wajib CPR,” ucap Haidar.
Mati batang otak adalah suatu kondisi ketika batang otak tidak lagi berfungsi. Kondisi ini bisa membuat seseorang mengalami hilang kesadaran, henti napas, hingga henti jantung.
Cegah dengan ini
Kematian akibat asfiksia bisa dicegah sebelum human-stampede terjadi. Kuncinya adalah persiapan diri sebelum menuju kerumunan. Entah itu ke pertunjukan konser, pertandingan olahraga, atau social gathering berskala besar.
Seperti dilansir Web MD, berikut ini sejumlah persiapan sebelum pergi ke kerumunan.
- Cek ramalan cuaca demi menghindari kejadian tak terduga.
- Jangan buru-buru masuk ke dalam kerumunan karena bisa sangat berbahaya ketika terjebak dan susah keluar. Pahami situasi dengan instingmu.
- Gunakan pakaian yang nyaman untuk memudahkanmu berjalan atau bergerak. Sehingga tidak mudah tersandung saat dalam kerumunan.
- Bawa tanda pengenal ketika akan bepergian ke sebuah lokasi kerumunan.
- Penuhi cairan tubuhmu. Selalu bawa botol air minum sendiri ketika akan bepergian ke sebuah lokasi kerumunan.
Bila persiapan di atas telah dipenuhi, tapi ternyata terjadi human-stampede dan terjebak di dalamnya, langkah-langkah berikut bisa dilakukan:
- Saat berjalan dalam kerumunan, lakukan dengan kecepatan yang sama dengan orang-orang di sekitarmu.
- Bila telanjur terjebak dalam kerumunan yang berdesakan, pastikan tubuh dalam posisi aman. Posisi yang disarankan ialah kaki terbuka ke depan dan belakang untuk keseimbangan. Plus posisi lengan atas ke depan dada seperti pose seorang petinju.
Posisi itu bisa membantu meminimalisir kejadian saling terinjak, karena tubuh dipaksa menjaga keseimbangan. Dalam kerumunan nan padat, posisi ini juga membantu melindungi jantung dan paru-paru agar tetap bisa bernapas.