Berbagai suguhan baru dalam penyelenggaraan Festival Danau Poso 2022
Penulis: Andi Baso Djaya | Publikasi: 19 Oktober 2022 - 15:33
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Berbagai suguhan baru dalam penyelenggaraan Festival Danau Poso 2022
Gladi resik menuju Festival Danau Poso 2022 (Foto: Panitia FDP 2022)

Perjalanan Festival Danau Poso (FDP) tahun ini genap memasuki edisi ke-22. Lokasi acara masih di Tentena, Pamona Pusalemba, Poso (20-22/10/2022). Bermula sejak 1989, dalam sejarahnya festival ini sempat absen beberapa kali, antara lain karena konflik dan imbas pagebluk Covid-19.

FDP tercatat sebagai salah satu acara unggulan Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemerintah Kabupaten Poso. Acara ini digunakan sebagai etalase untuk mempromosikan kekayaan budaya, seni, pariwisata, dan tentu saja perdamaian. Sesuai motto daerah ini; sintuwu maroso alias ikatan persaudaraan yang kuat.

Sebenarnya di daerah seluas 7.112,25 km² itu masih ada beberapa penyelenggaraan festival lain, semisal Festival Mosintuwu dan Festival Lembah Lore. Hanya saja tersebabkan pandemi, dua festival yang dituliskan terakhir masih berstatus hiatus hingga kini.

Hadirnya FDP diharapkan jadi momen penting untuk kembali menghidupkan potensi pariwisata di Sulawesi Tengah, terutama di Poso, yang sempat menurun lantaran pandemi dua tahun terakhir.

Dibandingkan penyelenggaraan edisi terakhir 2019 sebelum vakum, FDP tahun ini yang mengusung slogan “Pesona Megah Sulawesi Tengah” akan menyajikan sejumlah hal baru kepada pengunjung. Aneka suguhan tersebut menjadi pembeda FDP 2022 dengan edisi-edisi terdahulu.

“Pembedanya kita banyak support ekonomi kreatif di Sulteng dan Poso. Kolaborasi opening show yang tidak biasa, mulai dari musik, tarian, nyanyian, dan ada fashion show kulit kayu,” ujar Rara Rahma selaku marketing lead FDP 2022 saat diwawancarai Tutura.Id melalui aplikasi Zoom (10/10/2022).

Acara pembukaan FDP yang menampilkan kolaborasi penyanyi, musisi, dan penari lokal dengan konsep medley show. Didukung pula oleh peragaan busana kulit kayu dari Ferry Febry, visual effect, serta kemeriahan kembang api.

Selain busana dari kulit kayu yang konon sudah digunakan sejak masa neolitikum, dalam hal fesyen FDP juga menghadirkan sesi lokakarya bersama Gally Magido Rangga, putra daerah Poso yang kini berkibar dengan jenama sepatu Exodos57.

Ada lagi workshop aksesori dari Lembah Bada oleh Agus Tohama, tetua adat sekaligus pemandu wisata senior di Lembah Bada.

Agenda lokakarya lain yang bisa diikuti oleh para pengunjung adalah “Central Sulawesi, One of The Greatest Archaeological Mysteries” bersama Drs. Iksam Djahidin Djaromi M.Hum, Wakil Kepala Museum Sulteng. Tak ketinggalan talkshow tentang perfilman dengan narasumber sutradara lokal.

FDP tahun ini juga berupaya memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia dengan pembuatan 7.000 inuyu alias nasi bambu sebagai salah satu kuliner khas Poso. Semua warga sekitar diajak berpartisipasi sehingga FDP betul-betul menjadi pesta rakyat.

Inuyu terbuat dari beras ketan yang diolah dengan santan kelapa. Beras yang dimasukkan ke dalam bambu yang telah dilapisi daun pisang kemudian dibakar selama 3-4 jam.

Rara menambahkan bahwa pembeda lain FDP kali ini akan tampak dari bentuk desain panggung dan stan. “Lebih terkonsep. Ada ornamen megalit untuk mengisyaratkan Tanah Poso sebagai negeri seribu megalit,” ujarnya.

FDP menyediakan banyak panggung bagi seniman lokal untuk menghibur pengunjung yang tersebar di seluruh area, mulai dari musik hingga seni pertunjukan komedi dari Ichal Kate dan Santukaka.

Santukaka merupakan kelompok komedi cilik asal Desa Meko, Pamona Barat, Poso. Anggotanya terdiri dari Noel Tampale, Rivan Sanggalea, Kristin Tadene, Fano Kumpa, Julio Penyami, dan Vincent Megea. Nama grup yang berkibar lewat YouTube ini berasal dari istilah santu ai santu kaka yang dalam Bahasa Pamona berarti kakak beradik.

Suasana panggung nantinya juga dimeriahkan oleh penampilan Pasalero yang didedikasikan untuk Justinus Hokey, seorang budayawan Poso yang diangkat menjadi maestro budaya Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 2015.

Banyak hal baru, tapi yang lama tetap ada. Disebutkan Rara bahwa pemilihan putri Danau Poso, tarian dero massal, kontes musik karambangan, pertunjukan teater dan cerita rakyat Mobolingoni dan Molaolita, pameran produk unggulan tiap-tiap kabupaten, promosi spot wisata, serta ragam kuliner khas daerah Sulteng masih tetap hadir di FDP.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Cerita toleransi komunitas Nasrani dan Hindu di sudut Danau Poso
Cerita toleransi komunitas Nasrani dan Hindu di sudut Danau Poso
Praktik toleransi beragama di Desa Toinasa, Poso, bukan hanya menyentuh dimensi sosial, tapi juga religiositas.
TUTURA.ID - Lovely Debora: Putri Danau Poso 2022, dan asa promosi pariwisata
Lovely Debora: Putri Danau Poso 2022, dan asa promosi pariwisata
Lovely Debora Tolembo bak hidup dalam mimpi masa kecilnya. Ia bisa ikut kontes kecantikan dan…
TUTURA.ID - Keriuhan Kampung Baru Fair 2024
Keriuhan Kampung Baru Fair 2024
Pelaksanaan Kampung Baru Fair yang memasuki tahun kesembilan tak luntur daya tariknya. Istikamah memadukan tema…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng