Dampak seruan boikot minuman bersoda menjelang Lebaran
Penulis: Sindi Dian Wahyuningtias | Publikasi: 6 April 2024 - 14:39
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Dampak seruan boikot minuman bersoda menjelang Lebaran
Beberapa pembeli tampak antre hendak membeli minuman bersoda di Toko Hari-Hari, Jalan Mangunsarkoro, Besusu Timur | Foto: Sindi Dian Wahyuningtias/Tutura.Id

Aksi milter Israel yang menggempur wilayah Palestina secara biadab tak hanya menimbulkan gelombang protes warga dunia, tapi juga seruan boikot terhadap beberapa produk yang terafiliasi atau pro terhadap negara tersebut.

Mendekati perayaan Idulfitri 2024, masa ketika terjadi lonjakan belanja aneka kebutuhan makan dan minum untuk menyambut tetamu, permintaan terhadap sejumlah merek produk, terutama minuman bersoda, nyatanya tidak mengalami penurunan.

Hal ini dituturkan Ester, pemilik Toko Hari Hari yang berlokasi di Jalan Mangunsarkoro, Besusu Timur. Seperti namanya, toko ini menjual barang-barang untuk keperluan sehari-hari alias kelontong, termasuk berbagai mereka minuman bersoda yang kerap jadi primadona saban mendekati Hari Lebaran.

Saat kami datang, Kamis (4/4/2024), suasana toko tampak ramai pembeli. Ester mengaku seruan boikot terhadap beberapa merek produk minuman bersoda, seperti Coca-Cola, Fanta, dan Sprite tak memengaruhi angka penjualan di tokonya. Malah sebaliknya.

“Menjelang Lebaran seperti ini minat pembeli justru makin meningkat. Bahkan harganya pun naik dibanding hari biasa,” ungkap Encik Ester, sapaan akrabnya.

Harga jual tiga merek minuman bersoda di toko tersebut saat ini dijual dengan harga Rp135 ribu untuk ukuran satu liter berisi 12 botol, dan Rp115 ribu untuk ukuran 390 mililiter berisi 12 botol.

Menurut Ester, sulit untuk memboikot produk yang sudah lama atau hampir menjadi tradisi yang dikonsumsi oleh masyarakat. Kenyataannya animo pembeli tetap banyak.

“Pembelinya justru lebih banyak orang muslim. Karena sudah menjadi kebiasaan jadi susah digantikan,” pungkas Encik Ester.

Jika menengok ke belakang, kemunculan Coca-Cola, Fanta, dan Sprite dalam daftar 121 produk yang harus diboikot berawal dari sebuah postingan liar di media sosial, November tahun lalu.

Disebutkan bahwa daftar tersebut berasal dari fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sekretaris Komisi Fatwa MUI Miftahul Huda tegas membantah. MUI disebutnya tidak berkompeten untuk merilis produk yang terafiliasi ke Israel.

Betul bahwa MUI mengeluarkan fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina bertarikh 8 November 2023. Namun, isinya tak ada yang menyebutkan daftar nama produk yang diharamkan.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) Israel di Indonesia (@gerakanbds)

Sementara itu, dalam unggahan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS), sebuah gerakan kebebasan, keadilan, dan kesetaraan untuk mengakhiri dukungan internasional terhadap penindasan Israel kepada warga Palestina, juga tidak muncul nama Coca-Cola, Fanta, dan Sprite sebagai sasaran utama boikot.

Pun demikian, beberapa negara semisal Turki, tetap saja melakukan boikot terhadap Coca-Cola.

Melansir antaranews.com, Lucia Karina selaku juru bicara Cola Europacific Partners Indonesia (CCEPI) mengatakan, “Yang jelas gini, apa pun yang terjadi, semua produk-produk itu diproduksi oleh orang-orang Indonesia dengan menggunakan produk lokal Indonesia, untuk Indonesia.”

Bisa jadi karena tidak termasuk dalam daftar produk yang kena boikot, penjualan tiga produk tadi yang di Indonesia dipasarkan oleh CCEPI, tidak sepi peminat menjelang Lebaran 2024.

“Masih banyak orang yang membeli minuman tersebut sampe sekarang,” ucap Nimas, pemilik Kios Opik yang berlokasi di Jalan Untad 1, Kelurahan Tondo, kepada Tutura.Id (6/4).

Soal harga jual, Nimas mengaku tidak melakukan pemotongan harga alias diskon untuk memancing animo pembeli. Coca-Cola, Fanta, dan Sprite tetap ia banderol seharga Rp36 ribu untuk kemasan 250 mililiter berisi 12 botol. Sedangkan yang kemasan satu liter berisi 12 botol dijualnya seharga Rp145 ribu.

Paling laris alias cepat ludes justru kemasan satu liter. “Tahun kemarin saya sediakan 50 pak yang ukuran satu liter, dan 35 pak  ukuran 250 mililiter. Tahun ini saya sediakan lebih banyak jadi 55 pak yang satu liter, itupun sudah habis duluan,” pungkas Imas.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
1
Jatuh cinta
1
Lucu
0
Sedih
2
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Ragam tradisi menyambut perayaan Idulfitri di Parigi Moutong
Ragam tradisi menyambut perayaan Idulfitri di Parigi Moutong
Warga Desa Lobu, Kecamatan Moutong, terus mengawetkan tradisi “malam pasang lampu” alias “tumbilotohe” dalam menyambut…
TUTURA.ID - Horor berebut jatah kue Lebaran di bioskop
Horor berebut jatah kue Lebaran di bioskop
Menayangkan film bergenre komedi dan drama keluarga untuk mengisi libur Lebaran hanya ada di televisi…
TUTURA.ID - Pasar hewan ternak di Palu jelang Iduladha sepi peminat
Pasar hewan ternak di Palu jelang Iduladha sepi peminat
Sejumlah pedagang yang kami temui di Pasar Hewan Pipa Air, Palu Barat, mengeluhkan sepinya minat…
TUTURA.ID - Mengais rezeki dari tradisi ziarah kubur saat lebaran
Mengais rezeki dari tradisi ziarah kubur saat lebaran
Sama seperti menjelang Ramadan, kunjungan peziarah ke taman pemakaman umum bertambah saat Idulfitri. Jadi momen…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng