Diar Filateli: Revisi Taman Taiganja bukan terkait fasilitasnya
Penulis: Robert Dwiantoro | Publikasi: 13 Januari 2024 - 23:28
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Diar Filateli: Revisi Taman Taiganja bukan terkait fasilitasnya
Bupati Sigi Mohamad Irwan bersama Diar Filateli (kanan berbaju kerah biru gelap) sedang meninjau proyek Taman Taiganja Kalukubula tahap kedua | (Sumber: Dokumentasi pribadi/dhiarfilateli)

Diar Filateli namanya. Salah satu sosok kunci di balik pembangunan Taman Taiganja Kalukubula tahap kedua. Adapun proyek tahap pertama, sudah rampung dan telah diresmikan sejak 22 Maret 2023.

Alumni Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Tadulako (Untad) ini mengaku sebenarnya terlibat sejak tahap pertama. Hanya saja kala itu perannya masih terbatas.

Menjelang selesainya pembangunan tahap pertama Taman Taiganja, Diar beroleh mandat dari Bupati Sigi Mohamad Irwan untuk mengarsiteki pembangunan tahap kedua.

Sebagai putra daerah, Diar tentu merasa terhormat mendapat kepercayaan merancang karya monumental seperti Taman Taiganja.

“Sebagai warga Kaleke, saya merasa bangga bisa mengarsiteki Taman Taiganja. Artinya, pembangunan di Sigi turut mendapat kontribusi dari putera daerah,” ucap Diar saat mengobrol dengan Tutura.Id, di Kafe Sirqel, Jalan Sultan Hasanuddin, Lolu Selatan, Rabu (10/1/2024).

Pria berumur 28 tahun ini menuturkan bahwa dirinya telah mulai terlibat dalam sejumlah proyek arsitektur, baik perumahan maupun RTH, sejak masih kuliah. Desainnya banyak dipengaruhi oleh konsep arsitektur bergaya lansekap taman tropikal.

Pria yang lebih suka disebut sebagai desainer arsitektur ini bercerita beberapa hal seputar pembangunan Taman Taiganja tahap kedua. Berikut petikan wawancaranya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by &i (@madhaniputro)

Bagaimana sebenarnya ide awal rancangan Taman Taiganja ini?

Sebenarnya yang merancang keseluruhan Taman Taiganja itu Kak Ai (Rahmat Hidayat). Sedangkan saya sebagai estimator yang urus dokumen dan hal-hal teknis lainnya.

Di tengah jalan, ada beberapa perubahan dan melanjutkan keinginan Pak Bupati (Mohamad Irwan) yang mengharuskan adanya ikon monumental (Tugu Taiganja), pusat jajanan serba ada (pujasera), dan lain-lain.

Makanya saya tanyakan ke Pak Bupati dan dinas terkait, ini mau ditata ulang seperti apa? Mereka sepakat semuanya menghadap ke air dan memanfaatkan bantaran Sungai Palu.

Berapa total keseluruhan tapak yang ada?

Tahap pertama itu sekitar 2,3 hektare. Area yang sudah terbangun dan diresmikan. Tahap kedua sekitar tiga hektare, jadi total luas Taman Taiganja itu lebih dari lima hektare.

Saya dengar ada rencana pembangunan jembatan penyeberangan...

Iya, memang ada tetapi itu di luar proyek Taman Taiganja dan dikerjakan oleh dinas lain.

Apa fokus pembangunan Taman Taiganja tahap kedua?

Tahap kedua itu berfokus ke fasilitas olahraga dan kesenian, seperti lintasan karapan sapi (posilumba japi), jogging track, panjat dinding, futsal, basket, arena skateboarding, serta gedung kesenian.

Gedung kesenian ini rencananya untuk Dewan Kesenian Sigi dan bisa digunakan untuk kepentingan warga sekitar, misalnya acara ucapan syukur, pesta pernikahan, dan lain-lain.

Jika rampung, Taman Taiganja kapasitasnya bisa menampung berapa orang?

Untuk gedung kesenian, karena rancangannya indoor dengan konsep sekat-sekatan di bagian dalam, bisa menampung hampir 2.000 orang. Kalau secara keseluruhan Taman Taiganja bisa sampai 5.000 orang.

Desain ruang proyek Taman Taiganja Kalukubula tahap kedua | Sumber: Dokumentasi pribadi/Diar Filateli 

Sempat disentil bahwa ada revisi desain selama proses pembangunan Taman Taiganja, boleh diceritakan sedikit?

Sebenarnya revisinya bukan terkait fasilitasnya diadakan atau ditiadakan, tetapi lebih ke penataannya. Karena menurut dinas agak sedikit rancu. Misalnya, sirkulasi ke luar masuk taman itu masih belum dipikirkan serius.

Karena pada model awal, fasilitas umum dan area khusus Pemerintah Daerah (Pemda) untuk area sirkulasinya bisa bertabrakan, malah bikin crowded nantinya, karena ada parkir di sini, ada juga di sebelah sana.

Makanya saya diminta menata ulang pola sirkulasinya supaya tetap simpel, pembagian segmen bangunan dan peruntukannya juga jelas. Seperti di bagian kanan (utara) untuk pujasera, tengah untuk rekreasi dan acara besar, sebelah kiri (selatan) untuk spot olahraga.

Bagaimana menyiasati agar Taman Taiganja bisa dinikmati tanpa khawatir kepanasan dalam waktu yang relatif singkat? Kan pepohonan yang ditanam belum tumbuh seperti kebanyakan taman lain?

Soal ini saya memilih jenis pohon yang fungsional dan punya ciri estetik. Ada flamboyan merah dan ketapang kencana yang cocok tumbuh dengan kondisi tanah dan cuaca di Sigi. Ini bisa jadi peneduh dengan durasi tumbuh dua tahunan. Bisa dilihat saat fenomena El Nino tahun lalu, dua jenis pohon ini tetap tumbuh dengan bagus.

Ada juga pohon palem dan beberapa tanaman hias yang diperuntukan di area tugu yang tajuknya tidak terlalu lebat biar kalau berfoto tidak menghalangi.

Sekitar 4-5 jenislah yang sudah ditanam sejak tahap pertama dan terbukti bertahan.

Karena fokus pada fasilitas olahraga di tahap kedua, apakah komunitas macam posilumba japi dan skateboarding dilibatkan dalam memberi pertimbangan seputar pembangunannya?

Kalau dari dinas saya dengar sudah dikomunikasikan, bukan secara langsung ke saya. Mungkin akan dilibatkan nantinya.

Seperti apa tantangan selama merancang desain sampai dengan hasil seperti sekarang ini?

Paling soal penataan ulang saja, sih. Ada juga yang seharusnya dipasangi ram bagi kelompok difabel, tetapi yang terpasang justru tangga. Meski begitu secara keseluruhan, kebutuhan kalangan disabilitas tetap diakomodir.

Apakah hanya sampai tahap dua?

Menurut informasi, proyek ini hanya sampai tahap ketiga saja. Pertimbangannya soal kemampuan anggaran. Semakin berlarut-larut, bisa banyak dana yang terpakai.

Makanya diupayakan sampai tahap ketiga saja. Rencananya, sih, (pembangungan) tahap ketiga tahun ini.

Ke depannya akan ada fasilitas skywalk atau lintasan pejalan kaki yang bisa diakses 180 derajat tepat di belakang tugu.

Maksudnya, para pengunjung bisa menikmati aktivitas swafoto tanpa khawatir masalah backlight karena sinar matahari.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
0
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Potomu Ntodea: Mengenal produk lestari dan kearifan lokal Kabupaten Sigi
Potomu Ntodea: Mengenal produk lestari dan kearifan lokal Kabupaten Sigi
Potomu Ntodea menjadi ajang pameran dan pemasaran produk-produk lestari dari Kabupaten Sigi. Pasar…
TUTURA.ID - Kota Palu dan Colorado kini punya
Kota Palu dan Colorado kini punya "portal penghubung"
Palu dan Colorado punya patung yang mirip. Bentuk dan warna serupa.…
TUTURA.ID - Puan pengemudi ojek daring rentan jadi korban diskriminasi dan pelecehan
Puan pengemudi ojek daring rentan jadi korban diskriminasi dan pelecehan
Echy Abigail alias Mami dan Susanti berbagi kisah sebagai perempuan yang berprofesi menjadi pengemudi ojek…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng