
PERINGATAN: Tulisan ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri. Siapa pun yang terpikir untuk melakukan bunuh diri, jangan sungkan berkonsultasi dengan tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater, atau ke klinik kesehatan mental. Ingatlah, bahwa mencari bantuan bukan berarti anda lemah dan bukan pula aib.
Kekhawatiran soal upaya bunuh diri terus merebak. Pemberitaan atau sorotan media terkait peristiwa-peristiwa nahas ini tentu saja dimaksudkan sebagai peringatan. Bahwa menjadi tanggung jawab semua pihak untuk mencegah bunuh diri terjadi.
Ironisnya, menurut laporan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Republik Indonesia, kasus bunuh diri tahun ini justru meningkat dibandingkan sebelumnya.
Kurun Januari hingga 18 Oktober 2023, tercatat sudah ada 971 kasus bunuh diri yang terjadi. Angka tersebut sudah melampaui total kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya mencapai 900 kasus.
Penyebabnya munculnya dorangan ini bermacam-macam. Ada yang karena masalah keluarga, ekonomi, asmara, kesehatan, pendidikan, hingga gangguan mental.
Fenomena serupa juga terjadi di Sulawesi Tengah. Melalui data yang dibagikan Komisaris Besar Polisi Tri Suhartanto selaku Kepala Siaga A di Markas Besar Polri saat menghadiri acara diskusi Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (11/9/2023), terungkap data bahwa kasus bunuh diri di Sulteng hingga periode Agustus 2023 juga meningkat dibandingkan keseluruhan kasus yang terjadi tahun lalu.
Jika sepanjang tahun lalu ada satu kasus bunuh diri yang dilaporkan kepada pihak kepolisian, maka tahun ini jumlahnya menjadi dua kasus.
Tindakan mengakhiri nyawa sendiri makin bertambah seiring munculnya laporan dari warga Jalan Towua, Tatura Selatan, kepada Polsek Palu Selatan (8/9). Seorang pria berinisial FD (29) ditemukan meregang nyawa setelah berusaha gantung diri di kamar kosnya, sekitar pukul 15.48 WITA.
Tetangga yang mendapati segera melarikan korban yang saat itu masih bernapas ke rumah sakit. Ketika tiba di rumah sakit, nyawa FD sudah tak terselamatkan.
Kabar menyesakkan serupa juga datang dari Banggai, Senin, (6/11). Ada dua peristiwa bunuh diri sekaligus yang terlaporkan di lokasi berbeda. Pertama dari seorang pria berinisial ST (57) yang menggantung diri di rumahnya di Desa Lontos, Kecamatan Luwuk Timur.
Peristiwa kedua terjadi di Kelurahan Karaton, Kecamatan Luwuk. Seorang lelaki berinisial FP (28) ditemukan sudah tak bernyawa setelah menggantung diri menggunakan tali di kamar tempatnya menginap.
.jpg)
Hadapi dengan empati
Menurut I Putu Ardika Yana, M.Psi, psikolog klinis dari komunitas Rumahberbagi.id, upaya bunuh diri merupakan salah satu gejala akibat gangguan depresi mayor alias major depressive disorder.
Ketika seseorang mengidap depresi tahap berati ini, tak jarang muncul ide bunuh diri atau suicidal thought. Bahkan dalam beberapa kasus, bukan lagi cuma ide, tapi juga sudah disertai percobaan bunuh diri.
“Bunuh diri ini sebenarnya gejala yang menandakan bahwa seseorang telah terganggu mentalnya. Ada faktor-faktor di mana dirinya ini tidak lagi dapat menahan dan merenggut nyawanya sendiri sebagai solusi,” ujar Ardi—sapaan akrabnya—saat dihubungi Tutura.Id via WhatsApp, Rabu (8/11).
Pun demikian, percobaan bunuh diri bisa saja dilakukan oleh orang yang tidak mengalami gangguan mental berat.
“Ada juga bunuh diri yang terjadi karena mendapatkan tekanan internal, seperti hinaan atau penolakan. Jadi, ketika misalnya terlintas di pikirannya, maka bunuh diri menjadi sebuah solusi untuk mengakhiri persoalannya,” lanjut Ardi.
Upaya atau percobaan bunuh diri sebenarnya bisa terdeteksi sebab dorongan tersebut tak muncul dari ruang hampa. Hanya saja, menurut Ardi, tak banyak orang yang bisa membaca gelagat tersebut, bahkan dari lingkungan keluarga terdekat.
Mengapa itu bisa terjadi juga diakibatkan karena beberapa faktor, semisal kurangnya pengetahuan tentang penyakit mental, sensivitas empati yang tumpul, atau bisa juga karena tidak peka melihat perubahan kejiwaan dan perilaku seseorang.
“Misalnya ada yang bunuh diri. Terus (ketika, red.) ditanya keluarganya. Dia (korban) ternyata jadi lebih pendiam. Hanya saja keluarga menganggap (perilaku diam itu) biasa. Kalau untuk saya sebagai psikolog, pasti paham sebetulnya diamnya ini adalah tanda bahwa mungkin dia mengalami permasalahan mental,” ungkap Ardi.
Ketika seseorang mengalami tekanan mental dan berusaha meringankannya dengan cara berbagi keluh kesah kepada sahabat atau teman, respons terbaik yang seharusnya diberikan adalah duduk mendengarkan dengan takzim. Menceramahi apalagi menyalahkan hanya akan membuat situasi kejiwaan yang bersangkutan makin terguncang.
Stigmatisasi negatif kepada orang yang melakukan konsultasi kepada psikolog atau psikiater juga ikut ambil peran. Belum lagi jika dikaitkan lagi dengan urusan agama.
Menurut kacamata Ardi, korban yang memiliki keinginan bunuh diri karena mereka telah kehilangan kontrol atas dirinya akibat gangguan-gangguan, seperti otak, biologis, lingkungan, mental, dan banyak lagi. Bukan karena pola ibadah dan cara mereka menunaikan ibadah.
“Biasanya orang yang ingin bunuh diri kalau curhat suka dibanding-bandingkan. Dikatakan kurang bersyukur, disuruh berdoa. Memang tidak ada yang salah, namun bukan itu solusi yang tepat saat itu,” jelasnya.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor penyebab mengapa orang Indonesia gampang bunuh diri. Mereka kurang mendapatkan pertolongan yang tepat, mulai dari tatanan keluarga hingga lingkungan spiritualnya.
Ardi menyarankan jika ada seseorang yang sedang curhat tentang kondisi mental yang ia rasakan, bersikaplah sebagai pendengar yang baik. Tak perlu bertindak jadi orang yang menceramahi, menyalahkan, dan membandingkan.
“Nah, setelahnya baru kita sarankan dia untuk mencari pertolongan. Misalnya ke psikolog,” tambahnya.
Beda lagi jika kita menghadapi seseorang yang sudah ada dalam tahap pernah melakukan percobaan bunuh diri berulang-ulang.
“Satu-satunya cara adalah sarankan dan yakinkan dia untuk segera pergi ke dokter jiwa. Karena ketika (seseorang) berada di tahap itu, psikolog pun tidak akan mampu menolong lagi,” kata Ardi memungkasi.
kesehatan mental major depressive disorder depresi bunuh diri psikolog psikiater Kepolisian Republik Indonesia Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah

