Kerumunan terlihat memenuhi Jodjokodi Convention Center, Sabtu (2/9/2023) petang. Orang-orang terlihat meramaikan gelaran seni bertajuk “Meraki Amerta” persembahan ektrakulikuler Sanggar Seni Kuas SMAN 2 Palu.
Bila merujuk jadwal, sedianya pergelaran ini dimulai pukul 16.00 WITA. Namun dua jam dari jadwal itu masih juga terlihat barisan antrean memenuhi pintu utama gedung.
Tampak pula sejumlah pengunjung asyik berbelanja kudapan di stan-stan penyewa yang berjajar tepat di hadapan boks penjualan tiket. Usai berbelanja, mereka langsung bergabung dengan antrean untuk masuk ke dalam gedung.
Gelaran karpet di depan panggung tanpa kursi langsung menyambut pengunjung yang memasuki gedung. Model duduk lesehan seperti ini mungkin menjadi tren dalam acara-acara seni sekolahan di Kota Palu. Mengingatkan pada acara “Gebyar Spontan” yang diselenggarakan Teater Spontan SMAN 1 Palu tempo hari.
Di sudut ruangan, tampak disediakan pula bilik foto alias photo booth bagi pengunjung yang tak ingin ketinggalan mengabadikan kebersamaan dengan swafoto bareng.
Tentu saja fasilitas tadi hanya sekadar penunjang belaka, aksi yang tersaji di atas panggung utama tetap paling membetot banyak perhatian para pengunjung yang tampak didominasi kaum remaja dan orang dewasa.
Para pengunjung ini berasal dari berbagai latar, mulai dari pegiat seni di kalangan SMA, undangan dari sanggar seni kampus, orang tua siswa, guru, hingga para alumni Sanggar Seni Bias.
Bertrand selaku Ketua Panitia “Meraki Amerta” kepada Tutura.Id menjelaskan, pihaknya memiliki harapan khusus di balik tajuk kegiatan. Terdengar asing di telingan karena kata yang dipilih merupakan gabungan dua bahasa yang berbeda.
Meraki diambil dari Bahasa Yunani yang bermakna melakukan sesuatu dengan cinta, kreativitas, dan dengan sepenuh jiwa. Sedangkan, Amerta yang diambil dari Bahasa Sansekerta berarti abadi.
“Sehingga pemilihan tema 'Meraki Amerta' ini adalah sebuah bentuk kreativitas dari Sanggar Seni Kuas yang dilakukan dengan cinta dan sepenuh jiwa, dan juga harapan mereka akan nantinya menjadi sebuah pengalaman abadi sehingga kreativitas abadi akan senantiasa menyertai Sanggar Seni Kuas dalam membuat sebuah karya,” terang Bertrand.
Suguhan seni
Selaras dengan harapan di balik tajuk “Meraki Amerta” itu, Sanggar Seni (SS) Kuas menampilkan beberapa bidang seni. Dari bidang musik, panggung diramaikan penampilan sanggar seni kampus dan juga alumni.
Ada beberapa sanggar yang ikut tampil dan menunjukkan bakat mereka. Ada SS Kakula FEB Untad, SS Kaktus Fisip Untad, LK Tirani FKIP Untad, Bengkel Seni EO x SS Nomore, dan Caraka Toveata.
Sementara bidang tari menampilkan beberapa tarian tradisonal Sulawesi. Sedangkan bidang rupa ditampilkan dalam bentuk pergelaran busana long dress warna putih yang dicat dengan corak bunga.
Khusus di bidang pertunjukan teater, diangkat cerita Ibu Ara dan murid-muridnya yang ternyata adalah pasien rumah sakit jiwa. Tampilan ini berhasil menarik perhatian penonton karena begitu kocak. Sukses mengocok perut. Keseluruhan penampilan seni itu dipungkasi oleh penampilan grup musik Sejuk Sendu.
Di balik tampilan seni gelaran “Meraki Amerta”, ada catatan menarik dari segi teknis. Laiknya acara-acara kesenian atau pertunjukan lain yang dilangsungkan dalam gedung serbaguna di kota ini, tata suara jadi minus paling kentara. Alhasil saat pertunjukan musik mengalun, suara vokalis tidak terdengar. Berkebalikan dengan bunyi alat musik pengiringnya yang terlalu keras hingga bikin pekak telinga.
"Saya dengan temanku tidak dengar suara mikrofonnya. Jadi tidak kedengaran suara penyanyi," keluh Fathia, salah satu pengunjung yang juga ikut hadir.
Belum lagi, menurut Fathia, ruangannya begitu panas. Hanya ada dua kipas angin besar dan dua AC standing. Tidak seberapa bila dibandingkan luasnya gedung tanpa ventilasi udara dan langit-langit yang begitu tinggi.
Di luar aspek teknis tersebut, pertunjukan “Meraki Amerta” secara umum sukses menjadi etalase bagi kerja-kerja seni para siswa yang tergabung di SS Kuas SMAN 2 Palu.
“Harapannya nanti bukan hanya SS kuas saja yang membuat pergelaran seperti ini, tapi teman-teman lain juga bisa andil dalam melestarikan budaya Indonesia, terkhusus budaya yang ada di daerah kita sendiri, Sulawesi Tengah,” pungkas Bertrand.