Pembaruan (16 Januari 2023, pukul 21.48 WITA): PT GNI merilis pernyataan pers terbaru. Mereka menyebut dua korban meninggal dunia. Seorang dari tenaga buruh lokal dan satu tenaga kerja asing. Kali ini mereka juga menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga korban.
Kerusuhan terjadi di areal PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Petasia Timur, Morowali Utara, Sabtu malam (14/1/2023). Dua orang meninggal dunia dalam huru-hara berpangkal bentrokan antara dua kelompok pekerja tersebut.
Belum ada pengungkapan identitas korban jiwa hingga artikel ini diterbitkan. Identifikasi awal sekadar menyebut bahwa seorang korban merupakan warga negara Indonesia; satu lainnya berstatus tenaga kerja asing (TKA).
Dalam konferensi pers, Minggu (15/1/2023), Kepolisian Daerah (Polda) Sulteng menyebut bahwa bentrokan dipicu oleh aksi mogok kerja yang dilakukan para buruh. Bentrokan sempat pecah pada siang hari, saat tenaga kerja lokal yang mogok kerja terlibat saling lempar batu dengan TKA. Polda Sulteng juga sebut ada pembakaran motor milik TKA.
Sekitar pukul 19.30 WITA, menurut Polda Sulteng, kembali terjadi mogok kerja di Divisi Dump Truck, yang dipicu oleh penganiayaan buruh lokal oleh TKA pada siang hari. Konon situasi sempat kondusif lewat negosiasi yang dihadiri Kapolres Morowali Utara.
Namun, pukul 20.00 WITA, bentrokan justru pecah di jalan antara Smelter 1 dan Smelter 2 PT GNI. Kerusuhan pun meluas ke sekitar area perusahaan tambang nikel itu.
Aparat kepolisian baru bisa mengendalikan situasi pada pukul 2.15 WITA, Minggu dini hari (15/1/2023). Dengan kata lain, meluasnya kerusuhan berlangsung selama lebih dari enam jam alias separuh malam.
Selain tiga korban jiwa, kerusuhan ini mengakibatkan puluhan pekerja mengalami luka-luka. Pun 70 orang ditangkap polisi dengan sangkaan provokator. Tujuh mobil ikut terbakar dan rusak—termasuk dua alat berat, dua truk, dan satu mobil pemadam. Sekitar 100 kamar pekerja juga terbakar.
Dalam konferensi pers, Kapolda Sulteng, Rudy Sufahriadi menyebut bahwa pihaknya akan mendalami peristiwa ini. Polisi dan TNI, ujar Rudy, telah bertemu manajemen PT GNI.
“Kekuatan pengamanan saat itu sangat minim dan (bentrokan) terjadi pada malam hari,” kata Rudy, menerangkan perihal kesulitan yang dialami pihaknya dalam mengendalikan situasi, Minggu (15/1/2023).
Buruh: Pemicunya bukan mogok kerja
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT GNI, Amirullah membantah bila aksi massa dan mogok kerja disebut sebagai pemicu bentrok—seperti yang banyak dikabarkan media.
"Massa aksi, kumpulnya pada aksi siang hari. Pas malamnya ada lagi aksi, meski anggota SPN ada yang kebetulan shift malam di Divisi Dump Truck,” ujar Amirullah, dalam rilis pers yang diterima Tutura.Id, Minggu (15/1/2023).
Amirullah bilang awal mula bentrokan terjadi lantaran para TKA keliru menilai kerumunan massa. Saat pergantian shift malam, sejumlah pekerja Divisi Dump Truck—yang ikut aksi siang—memang datang bersamaan.
“Karena tiba-tiba lihat banyak orang masuk di Divisi Dump Truck. Bentrokan terjadi berawal dari kejadian ini,” ujarnya. Lantaran menganggap ada aksi massa atau mogok kerja, para TKA bersiap mengadang, lantas menyerang kelompok pekerja lokal—seperti terekam dalam video yang beredar di medsos.
Sebagai catatan, SPN-PT GNI merupakan serikat pekerja yang selama ini getol menyuarakan masalah-masalah perburuhan di perusahaan yang berdiri pada 2019 itu. Selama beberapa bulan terakhir memang telah terjadi gelombang protes buruh di PT GNI.
Sejak pertengahan 2022, buruh menyuarakan masalah keselamatan kerja, upah layak, dan status pekerja kontrak. Puncak aksi sempat terjadi pada 22-24 September 2022.
Solidaritas kian menguat setelah peristiwa ledakan dan kebakaran smelter yang menewaskan dua buruh pada 22 Desember 2022. Sebelumnya, pada pertengahan 2022, dua buruh juga tewas dalam kecelakaan kerja. Rentetan peristiwa ini menjadikan isu keselamatan kerja jadi topik sentral di PT GNI.
Belakangan, tensi aksi massa kembali meninggi sepanjang 11-14 Januari 2023. Adapun taktik mogok kerja diambil lantaran jalur perundingan antara buruh dan manajemen perusahaan mengalami kebuntuan.
Asrudin Rongka, Ketua Federasi Serikat Pekerja Nasional Indonesia (FSPNI) Morowali Utara, mengeluhkan alotnya negosiasi dengan PT GNI. “Nanti ketika dimediasi oleh Disnakertrans Morut baru ada perubahan,” keluh Asrudin, kepada Tutura.Id, Minggu (15/1/2023).
Sejauh ini, perusahaan hanya memenuhi dua tuntutan buruh. Pertama soal penolakan buruh atas pemotongan gaji dan tunjangan. Kedua, perusahaan bersedia untuk dimediasi sehubungan dengan penyetopan kontrak kerja sejumlah buruh yang jadi anggota serikat pekerja (SPN-PT GNI).
Perkara keselamatan kerja yang jadi isu sentral justru belum terpecahkan. FSPNI Morowali Utara pun menyebut bahwa bentrokan bisa dihindarkan bila negosiasi dengan manajemen berlangsung lancar alias tidak berlarut-larut.
Mereka juga mendesak kepolisian untuk melepaskan 70 orang yang ditahan dalam kerusuhan Sabtu malam (14/1/2023).
Aktivis tuntut penghentian aktivitas PT GNI
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah menilai bahwa aktivitas PT GNI dapat diberhentikan menyusul bentrokan antarpekerja ini. WALHI Sulteng berpendapat bahwa kerusuhan yang terjadi bisa digolongkan sebagai keadaan kahar (force majeur).
Penghentian sementara bisa jadi momen untuk melakukan evaluasi atas perusahaan nikel tersebut. Landasan penghentian, menurut WALHI Sulteng, dapat mengacu pada Pasal 113 huruf (a) Undang–Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara (MInerba).
Aturan itu menerangkan bahwa penghentian sementara (suspensi) bisa diberikan pada pemegang izin usaha pertambagan (IUP) atau izin usaha pertambangan khusus (IUPK) jika terjadi keadaan kahar. Adapun “kerusuhan sipil” termuat sebagai salah satu jenis keadaan kahar dalam penjelasan UU Minerba.
“PT. GNI harus dihentikan, jangan karena hanya kepentingan pemodal sehingga nyawa dikorbankan. Sikap tidak peduli atas jaminan keselamatan dan upah pekerja yang layak adalah bentuk kejahatan hak asasi manusia,” kata Aulia Hakim, Kepala Departemen Kampanye dan Advokasi WALHI Sulteng.
Di sisi lain, PT GNI menyatakan sedang melakukan proses investigasi atas kasus ini bersama aparat keamanan.
Dalam siaran persnya, PT GNI tak menyebut satu pun kata maaf atau ungkapan belasungkawa; meskipun mereka juga sebut kerusuhan ini menelan "korban jiwa" dan berdampak pula bagi "masyarakat sekitar." Alih-alih maaf atau ucapan dukacita, mereka sekadar bilang "sangat prihatin."
"Perusahaan mengajak semua pihak untuk menjaga keberlangsungan investasi GNI, yang merupakan usaha yang memberikan manfaat bukan hanya untuk kepentingan perusahaan, namun juga untuk masyarakat sekitar dan negara," demikian kutipan rilis pers PT GNI.
nikel pekerja gni morowali utara polda rudy sufahriadi fspni amirullah asrudin rongka aulia hakim walhi sulteng bentrokan kerusuhan kerusuhan morowali utara