Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Penulis: Stepanus W Bo’do | Publikasi: 10 Maret 2024 - 10:41
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Merawat momentum Adipura untuk mengelola kebersihan dan kelestarian lingkungan
Arak-arakan Piala Adipura melewati sejumlah jalan protokol di Kota Palu, Sabtu (9/3/2024) | Sumber: palukota.go.id

Kota Palu, yang sempat dinobatkan sebagai  "kota terkotor" pada 2019, sedang merayakan transformasi fenomenalnya menerima Piala Adipura 2023. Apa yang terjadi setelah Palu mengubah predikatnya, dan bagaimana warga merespons prestasi kota mereka?

Wali Kota Hadianto Rasyid dan Wakil Wali Kota Reny A Lamadjido mengarak Piala Adipura melalui jalan-jalan protokol, Sabtu (9/3/2024). Keduanya naik mobil Jeep warna hijau diikuti rombongan besar, termasuk belasan mobil angkutan sampah, disaksikan ribuan warga.

Defile Piala Adipura menjadi bagian dari euforia merayakan keberhasilan perdana meraih Piala Adipura, penghargaan kebersihan dan manajemen lingkungan perkotaan tertinggi yang diperkenalkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak 1986.

Kota Palu termasuk dalam 106 Kabupaten/Kota yang mendapatkan penghargaan. Wali Kota Hadi datang langsung menerima piala yang diserahkan Wakil Menteri LHK Alue Dohong, didampingi oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan B3 (PSLB3), Rosa Vivien Ratnawati, dalam acara di Auditorium Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta Pusat, Selasa (5/3).

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Hadianto Rasyid (@hadiantorasyid)

Respons publik

Sebelumnya, begitu mendapat kabar sebagai penerima Adipura pada 3 Maret 2024, Wali Kota tanpa menunda langsung menyampaikan melalui unggahan di Instagram pribadinya. Pesan Wali Kota Palu ini sangat menggembirakan dan memotivasi. Ungkapannya yang penuh syukur dan apresiasi terhadap kerjasama antara warga dan pemerintah menciptakan suasana positif.

Poin pentingnya adalah penekanan untuk melakukan perubahan positif, dari pesimisme meraih Piala Adipura di 2021 dan tahun 2019 ketika Palu mendapat predikat kota sedang paling kotor dari kementerian KLHK.

Hadi menunjukkan sikap rendah hati dengan menyadari bahwa masih banyak perbaikan yang harus dilakukan. Pesannya untuk menjadikan Piala Adipura sebagai cambuk untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat menginspirasi. Pun menekankan perlunya kesadaran akan tanggung jawab bersama.

Secara keseluruhan, Wali Kota memberikan dorongan positif dan mengajak seluruh warga untuk terus berpartisipasi dalam membangun kota yang bersih, sehat, dan berprestasi.

Unggahan tersebut mendapat respons positif, luas, dan beragam. Saya melakukan analisis isi terhadap lebih dari 300 komentar warga. Secara garis besar, komentar menyampaikan apresiasi yang besar, melihat kemenangan ini sebagai bukti kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.

Dukungan untuk kepemimpinan Wali Kota sangat terlihat, bahkan ada yang membicarakan kemungkinan kepemimpinan dua periode atau jabatan gubernur untuk Hadianto di masa depan.

Tidak hanya itu, harapan untuk peningkatan kesejahteraan dan perbaikan lebih lanjut di Kota Palu menjadi sorotan. Warga menyoroti pentingnya dukungan untuk pekerja padat karya dan petugas kebersihan.

Respons positif juga datang dari warga di luar Kota Palu, menciptakan solidaritas di berbagai komunitas. Secara keseluruhan, respons warga menunjukkan dukungan kuat dan semangat untuk melanjutkan pembangunan positif di Kota Palu.

Wali Kota Palu Hadianto Rasyid (tengah) dan Wakil Wali Kota Palu Reny Lamadjido (kiri) saat menyerahkan 48 unit mobil pengangkut sampah pada 2021 | Sumber: palukota.go.id

Makna Adipura bagi Kota Palu

Adipura diperkenalkan sejak tahun 1986, bertujuan untuk mendukung konsep Tata Kelola Lingkungan dengan fokus pada tata kelola pemerintahan yang baik dan lingkungan yang sehat.

Kriteria Adipura melibatkan evaluasi kondisi fisik dan nonfisik lingkungan perkotaan. Evaluasi fisik mencakup kebersihan, keteduhan kota, dan pengendalian pencemaran. Sementara evaluasi nonfisik meliputi komitmen pemerintah, partisipasi masyarakat, dan aspek kelembagaan.

Pengelolaan sampah menjadi perhatian utama dalam penghargaan Adipura. Penekanannya terkait kontribusi warga dalam mengurangi penggunaan plastik, mendukung program pengelolaan sampah, dan partisipasi dalam kegiatan membersihkan area publik.

Penerapan teknologi seperti drone dan citra satelit untuk melibatkan warga dalam pemantauan lingkungan sehari-hari juga masuk dalam penilaian.

Salah satu aspek kunci dari Piala Adipura adalah bahwa ini merupakan pencapaian bersama, hasil dari kerja sama antara pemerintah kota, komunitas, dan individu.

Sebagai warga, peran kita tidak hanya sebatas perayaan; kita harus melanjutkan semangat kolaboratif ini untuk merawat lingkungan.

Momentum dari Piala Adipura juga bisa menjadi peluang untuk mendapatkan dukungan dari berbagai sektor, termasuk bisnis dan organisasi nonpemerintah.

Kolaborasi ini bisa menghasilkan proyek-proyek inovatif dalam upaya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Program kemitraan dengan perusahaan bisa menciptakan insentif ekonomi untuk praktik keberlanjutan.

Kita harus menggunakan momen ini untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan lingkungan di antara sesama warga. Melalui berbagai kegiatan sosial, kampanye edukatif, dan lokakarya, kita bisa berbagi praktik terbaik dalam pengelolaan sampah, pemilahan limbah, dan upaya keberlanjutan lainnya.

Dengan berbagi pengetahuan, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih peduli lingkungan.

Kegiatan padat karya di Kelurahan Lere membersihkan area pembuangan sampah | Sumber: palukota.go.id

What’s next?

Sudah dapat kita duga bahwa euforia menyambut Adipura akan berlalu seiring meredupnya sorotan publik. Mempertahankan semangat dan komitmen menjadi tantangan tersendiri.

Penting untuk membangun keberlanjutan melalui pembentukan kelompok masyarakat atau organisasi yang berkomitmen untuk terus menjaga lingkungan tetap bersih. Dengan menciptakan budaya berkelanjutan, kita bisa memastikan bahwa kebersihan kota bukan hanya untuk pameran, tetapi menjadi gaya hidup yang terintegrasi.

Oleh karena itu, menjadi penting untuk kita mencermati pernyataan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat acara penghargaan Adipura. Ia menekankan bahwa Adipura seharusnya menjadi pendorong bagi pejabat untuk terus berinovasi dalam mengatasi pengelolaan sampah di daerah masing-masing, terkait dengan pencapaian Target Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 11 - Kota dan Permukiman Berkelanjutan.

Menteri berharap penghargaan ini akan merangsang upaya untuk mengurangi dampak negatif lingkungan perkotaan, seperti pembangunan sembarangan dan kurangnya ruang publik terbuka hijau yang aman, inklusif, dan mudah dijangkau.

Pada kesempatan lain, tak lama setelah acara penghargaan, Menteri Siti Nurbaya mendorong masyarakat dan aktivis untuk memanfaatkan pendanaan Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH).

Menurutnya, pendanaan dari BPDLH dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah lingkungan, terutama terkait sampah, di luar anggaran APBD/APBN yang sulit untuk dialokasikan.

Ia menekankan bahwa BPDLH merupakan instrumen ekonomi lingkungan hidup yang dapat diakses langsung oleh komunitas, tanpa melalui anggaran pemerintah.

Siti Nurbaya juga menyampaikan kabar baik bahwa hingga akhir tahun 2023, dana yang masuk ke BPDLH mencapai USD156 juta. Sebagian besar dialokasikan untuk pengelolaan hutan.

Seluruh kepala OPD, aktivis, dan masyarakat, terutama peraih Piala Adipura, akan dipermudah mengakses pendanaan BPDLH. Pasalnya dana tersebut berasal dari filantropi dan penghargaan atas kinerja atau aktivitas lingkungan di Indonesia.

Poin pentingnya bagi kita adalah dengan kesempatan membentuk  kelompok masyarakat atau organisasi yang berkomitmen untuk terus menjaga lingkungan tetap bersih, mereka dapat memanfaatkan BPDLH secara optimal untuk berbagai sektor, termasuk kehutanan, energi, perdagangan karbon, dan sektor lainnya, sehingga masalah lingkungan bisa teratasi.

Sebagai warga, Piala Adipura adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga warisan lingkungan yang telah kita bangun.

Mari kita manfaatkan momentum ini sebagai peluang untuk memberdayakan masyarakat, mengadopsi praktik berkelanjutan, dan memastikan bahwa kota kita tetap menjadi tempat yang bersih, nyaman, dan lestari untuk generasi mendatang. Terbentuknya kelompok-kelompok atau organisasi baru, yang berkomitmen untuk terus menjaga lingkungan tetap bersih di Kota Palu, akan memicu kolaborasi yang berkelanjutan untuk menciptakan warisan lingkungan yang tak ternilai harganya.

Semoga.

Stephanus W Bo'do, pengajar Komunikasi Lingkungan di Kampus Kaktus

Catatan redaksi: Tulisan opini merupakan pandangan pribadi penulis. Tutura.Id menerima tulisan berbentuk opini sebagai usaha untuk memperkaya perspektif dalam melihat sebuah fenomena dan isu tertentu.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
3
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Kisah dua kura-kura endemik Sulawesi yang terancam punah
Kisah dua kura-kura endemik Sulawesi yang terancam punah
Kehilangan habitat dan perburuan ilegal membuat keberadaan dua kura-kura endemik Sulawesi makin susah ditemukan.
TUTURA.ID - Setumpuk masalah perusahaan nikel BTIIG di Morowali
Setumpuk masalah perusahaan nikel BTIIG di Morowali
BTIIG bikin kawasan industri pengolahan nikel di Bungku Barat. Berbagai masalah menerpa proyek tersebut. Dari…
TUTURA.ID - Enam jenis pohon untuk pekarangan rumah dan kawasan perkotaan
Enam jenis pohon untuk pekarangan rumah dan kawasan perkotaan
Keseimbangan alam yang tak lagi terjaga akibat pemanasan global menyadarkan kita betapa penting menanam dan…
TUTURA.ID - Transisi energi di Sulteng bersimpang kenyataan di lapangan
Transisi energi di Sulteng bersimpang kenyataan di lapangan
Upaya menuju transisi energi di Indonesia ibarat sebuah mitos. Sekadar menjadi buaian cerita indah dari…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng