Ada banyak cara memperingati hari lahir (harlah). Bagi kolektif Bring Archive History alias BAH yang tepat menginjak setahun, perayaan harlah sepatutnya dengan menggelar pameran.
Kolektif yang melakukan pengarsipan pelbagai karya seni musik dan visual di Kota Palu menghadirkan pameran interaktif berjudul “Perayaan Tumbuh dan Hidup: Pameran Karya 10 Lagu, 10 Visual”.
“Kami memberikan suguhan ini sebagai ungkapan rasa terima kasih teramat besar kepada mereka yang sudah mendukung wadah pengarsipan kecil ini,” ungkap Adjust Purwatama, salah satu pendiri BAH selain Raynard Batara, dalam siaran pers kepada Tutura.Id.
Seperti judulnya, isi pameran menghadirkan 10 visual yang merespons 10 lagu pilihan masing-masing ilustratornya. Bentuknya motion graphic yang memungkinkan sebuah karya visual bergerak diiringi alunan lagu.
Ambil misal karya Sherina Gisella, satu-satunya seniman perempuan dalam pameran, yang menanggapi lagu “Summary” milik duo Lattersmil.
Penggunaan warna-warna cerah tampak mendominasi. Sherina menyebut karyanya merupakan apresiasi untuk hadiah-hadiah kecil dari alam yang kadang tertutupi rutinitas urban.
Tak kalah menarik upaya Naldi Cante menerjemahkan lirik “Gulita” dari kelompok Buka Pintu.
Naldi memaknai kegelapan tanpa titik terang dalam lirik lagu tersebut bersinonim dengan pencarian yang penuh tanda tanya. Sebuah ketidakpastian dalam hidup.
Ilustrator lain yang terlibat dalam pameran adalah Lampurio, Arief Rachmad, Adjust, Angki Ang, Edna Dharmawangsa, Iwan Tulang, Sulkifli, dan Yoshterday.
Maksud pemilihan ide pameran yang demikian untuk membuktikan bahwa ada banyak ilustrator mumpuni dimiliki oleh kota ini. Berbanding lurus dengan para seniman musiknya. Alhasil pertemuan konsep visual dan upaya pemaknaan lagu tertuang ke dalam beragam gaya. Ada yang menyenangkan, menyeramkan, menenteramkan, melawan, dan meneduhkan.
Selain menggelar pameran, BAH secara spesial juga menghadirkan sebuah program bernama “Kado Spesial Untuk Musisi”. Dalam program tersebut BAH akan memberikan kado berupa satu video lirik dan sebuah artwork. Dua unsur dalam industri musik yang fungsinya kian penting dalam era digital dan media sosial saat ini.
“Upaya sederhana dengan memberikan dua kado tersebut karena didasari keinginan kami untuk melihat para teman musisi bisa terus produktif,” tambah Adjust.
Bagi yang ingin merasakan langsung atmosfer pameran “Perayaan Tumbuh dan Hidup: Pameran Karya 10 Lagu, 10 Visual”, bisa mengunjungi stan BAH di area parkir Gelora Bumi Kaktus, Talise, Palu, tempat berlangsung Festival Titik Temu (11-13 November 2022).
Lokasi booth-nya persis di samping tenda Front of House (FOH). Disediakan penyuara jemala (headphone) dan sebuah televisi bagi pengunjung yang ingin menikmati ragam karya pameran.
Beberapa orang yang sempat mampir tampak menyimak dengan serius lalu memberikan pujian. Ada juga sambil berdiskusi seolah ingin mengemukakan hasil interpretasi lain terhadap lagu yang sedang didengarkan.
Intinya pameran interaktif berisi hasil merespons karya lagu dari para ilustrator ini patut untuk terus ditumbuhkan, bahkan mungkin dikembangkan dalam wujud medium-medium lain.
Pasalnya apresiasi seperti ini masih tergolong baru di Palu. Belum banyak, atau bahkan belum ada, yang pernah melakukan sebelumnya.
Stan BAH di Festival Titik Temu bukan hanya dimeriahkan oleh pameran 10 karya tadi, tapi juga akan ada #BAHCERITA bersama enam narasumber yang berkutat di dunia musik dan visual.
Pameran interaktif perayaan setahun BAH masih terus berlangsung dan bisa dinikmati secara daring hingga 20 November 2022 melalui situsweb.
Bring Archieve History Festival Titik Temu pameran motion graphic ilustrator musik