Tahun politik: Tikungan terakhir politisi senior Sulteng
Penulis: Muammar Fikrie | Publikasi: 9 Januari 2023 - 10:42
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Tahun politik: Tikungan terakhir politisi senior Sulteng
Dari kiri ke kanan: Rusdy Mastura, Longki Djanggola, Muhidin M. Said, dan Yus Mangun. Empat politisi senior di Sulteng memasuki "tikungan terakhir" di Pemilu 2024. (Foto: Kolase Istimewa via publikasi lembaga pemerintah)

Ruang Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tengah amburadul. Mikrofon kehilangan fungsi. Gelas air mineral dan sampah berceceran di tengah ruangan. Dinding-dinding dicoreti dengan cat semprot. Kursi tak lagi beraturan. Orang-orang duduk sembarang, bahkan berdiri di atas meja. Mereka berebut bicara, dan bersorak sorai.

Kamis, 21 Mei 1998, sebagaimana di Jakarta, gelombang reformasi mencapai puncaknya di Palu. Mahasiswa menguasai gedung wakil rakyat, dan merayakan pengunduran diri Soeharto sebagai presiden.

Pada satu sudut di Ruang Sidang DPRD Sulteng, Rusdy “Cudy” Mastura terlihat bengong. Bung Cudy--begitu media di Sulteng medio 1990-an sering menyapanya--hanya bisa geleng-geleng kepala, sesekali menunduk, sambil memandangi ruang sidang yang porak poranda. Fragmen itu termuat dalam surat kabar Mercusuar, 22 Mei 1998.

Bung Cudy, yang kala itu berusia 48 tahun, berstatus anggota DPRD Sulteng. Ia juga tercatat sebagai kader Partai Golkar. Pada era 1990-an, Bung Cudy pun punya pamor sebagai panglima Pemuda Pancasila Sulteng. Persisnya: Ketua Majelis Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Sulteng. PP satu-satunya ormas yang menempa Bung Cudy muda.

Bung Cudy memang insan politik. Ia sudah meniti kariernya hampir empat dekade lampau. Separuh hidupnya telah dilalui sebagai “orang politik.”

Banyak Generasi Z belum lahir tatkala Bung Cudy telah mapan sebagai politisi di Sulteng. Sekadar ilustrasi, Akbar Supratman--politisi muda yang pada 2024 bakal maju sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Sulteng--belum pula jebrol, saat Bung Cudy dilantik sebagai angggota DPRD Sulteng di medio 1997. 

Pasca-reformasi 1998, karier politik Bung Cudy tambah mengkilap. Ia menjabat ketua DPRD Kota Palu hasil dua pemilu pertama pasca-reformasi (1999 dan 2004).

Setelahnya, Bung Cudy turun gelanggang bertarung di level eksekutif. Ia berhasil memenangkan pemilihan kepala daerah Kota Palu 2005—Pilkada langsung pertama. Dua periode jadi wali kota Palu, semua dimenangkannya dengan kemenangan telak dalam Pilkada (2005 dan 2010). 

Gaya bicaranya blak-blakan dan lantang. Nyaris tak punya sekat dengan siapa pun, ia gemar diskusi berat dan obrol santai dengan macam-macam kalangan, mulai dari politisi, aktivis, birokrat, sampai orang awam. Karakter itu membuat Cudy tumbuh sebagai "politisi populis."

Populisme merujuk pada pendekatan politik yang kerap pakai kata "rakyat" dan diperlawankan dengan "elite." Pada praktiknya populisme sebenarnya sangat lentur. Alhasil, dalam kompas politik, posisinya kerap dibuat simpel sebagai ideologi tengah nan lentur. Ciri utamanya berupa aktivitas atau langkah politik yang dekat dengan orang banyak. 

Sebelum istilah “politisi populis” atau aktivitas “blusukan” populer lewat Jokowi, Kota Palu sudah lebih dulu mengenal gaya kepemimpinan macam itu lewat Bung Cudy. Bila Jokowi sering disebut wajah orang Indonesia kebanyakan. Tak berlebihan bila menyebut Bung Cudy sebagai wajah warga Lembah Palu kebanyakan.

Karier politik Cudy juga tak selalu mulus. Ia pernah kalah Pilkada Sulteng 2015, setelah tumbang dalam pertarungan melawan Longki Djanggola (petahana). Pasca-kalah dalam Pilkada, ruang politik Bung Cudy seolah-olah menyempit.

Sebagai seorang politisi senior, ia bahkan tak beroleh tempat signifikan di Golkar, partai yang lebih dari dua dekade turut dibesarkannya di Sulteng. Alhasil, menyongsong Pemilu 2019, Bung Cudy pindah ke Partai NasDem.

Setahun kemudian, ia berhasil memenangkan Pilkada Sulteng dengan suara telak (60%). Rusdy Mastura dilantik sebagai gubernur Sulteng, pada 16 Juni 2021, ketika usianya sudah masuk 71 tahun.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by H. Rusdy Mastura (@rusdy_mastura)

Mereka yang kenyang asam garam politik    

Menimbang karier politiknya nan panjang, tak heran bila “Polling Paling 2023” yang diadakan Tutura.Id menempatkan Rusdy Mastura (72) sebagai politisi paling banyak makan asam garam di Sulteng.

Jajak pendapat seru-seruan yang berlangsung lewat fitur Instagram Story itu menempatkan Cudy sebagai pemenang. Ia meraih 48% suara pemilih. Tiga nama politisi senior lain yang masuk dalam polling ialah Longki Djanggola (23%), Muhidin Mohamad Said (19%), dan Yus Mangun (10%).

Longki Djanggola (70) dikenal sebagai gubernur Sulteng selama 10 tahun alias dua periode (2011-2016 dan 2016-2021). 

Sebelum memimpin Sulteng, Longki yang berlatar birokrat pernah menjabat bupati Parigi Moutong. Pada 2002-2003, ia menjadi penjabat bupati Parimo; lalu secara definitif menjadi bupati sepanjang 2003-2011. Kesuksesannya sebagai bupati bikin warga jatuh hati, dan mendapuknya ke kursi Sulteng-1.

Sebagai politisi, Longki merupakan Ketua DPD Partai Gerindra Sulteng sejak 2011 hingga kini.

Adapun Muhidin Mohamad Said (72) sudah malang melintang di pentas politik nasional sejak awal 1990-an. Pada 1992, Muhidin telah taruh nama sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) utusan daerah Sulawesi Tengah. Ia pun bertahan di posisi itu usai pemilu 1997.

Pada lima pemilu setelah reformasi, Muhidin selalu menempati satu kursi sebagai anggota DPR-RI dari Partai Golkar daerah pemilihan Sulawesi Tengah. Kini Muhidin bertugas sebagai wakil ketua Badan Angggaran DPR-RI.

Pada tingkat berbeda, di DPRD Sulteng, ada nama Yus Mangun (64) yang statusnya serupa Muhidin.

Sejak 1999, kader Partai Golkar ini selalu booking kursi di Sam Ratulangi. Sudah lima pemilu, Yus selalu memenangkan satu kursi di DPRD Sulteng. Itu dicapai dari daerah pemilihan Sulteng 5, yang pada Pemilu 2019 lalu meliputi Poso, Tojo Unauna, Morowali, dan Morowali Utara.

Tikungan terakhir

Jelang 2024, yang kerap disebut sebagai "tahun politik" beriring pelaksanaan pemilu dan pilkada, keempat politisi di muka masih berkesempatan untuk bertarung. 

Rusdy Mastura memang belum pernah secara terbuka menunjukkan keinginannya untuk maju dalam Pilkada Sulteng 2024. Namun arus dukungan untuknya menjadi gubernur Sulteng dua periode sudah terdengar.

Longki Djanggola dan Muhidin Mohamad Said hampir pasti bakal berebut kursi DPR-RI dari daerah pemilihan Sulteng. Yus Mangun juga dikabarkan akan tetap berlaga di daerah pemilihan 5 (Poso dan Tojo Unauna) pada Pemilu 2024.

Tahun politik ini agaknya bakal jadi "tikungan terakhir" bagi keempatnya. Setelah ini, yang muda-muda bolehlah berbisik santuy kepada keempatnya, “Sudah-sudah jo”.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
4
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
0
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Korban lebih berani melapor; kasus kekerasan perempuan dan anak di Sulteng meningkat
Korban lebih berani melapor; kasus kekerasan perempuan dan anak di Sulteng meningkat
Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sulteng naik 77 persen. Situasi ini bisa dilihat dengan…
TUTURA.ID - Generasi digital, kenali warisan budaya melalui permainan tradisional
Generasi digital, kenali warisan budaya melalui permainan tradisional
Festival Permainan Rakyat Sulteng menghadirkan beberapa permainan tradisional yang eksistensinya makin asing bagi anak-anak generasi…
TUTURA.ID - Catatan kritis organisasi lingkungan terkait penyelenggaraan Festival Media 2023
Catatan kritis organisasi lingkungan terkait penyelenggaraan Festival Media 2023
Walhi Sulteng dan Jatam Sulteng menyoroti Festival Media II yang mengusung tema perubahan iklim dan…
TUTURA.ID - Fraksi Bersih-Bersih Sulawesi Tengah tuntut perusahaan tambang tidak gunakan PLTU
Fraksi Bersih-Bersih Sulawesi Tengah tuntut perusahaan tambang tidak gunakan PLTU
Lima NGO asal Sulawesi Tengah menyerukan transisi hijau untuk membersihkan industri nikel dari penggunaan pembangkit…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng