Hamparan langit yang menganga bersih tanpa dikotori polusi memantulkan warna biru nan cerah. Tampak kontras dengan pemandangan di bawahnya, tepatnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, Palu, Senin (16/10/2023) siang.
Kawasan yang luasnya mencapai 25 hektare itu, merujuk data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, mendapat kiriman 174 ton sampah warga Palu setiap hari. Maka sejauh mata memandang, yang tampak hanya timbunan sampah bercampur aroma menyengat.
Situasi demikian bagi sebagian orang cukup jadi alasan untuk menjauhi area ini. Namun, tidak bagi para pejuang sampah alias pemulung. Nyaris tiap hari mereka berjibaku memilah aneka rupa sampah yang masih bisa diubah menjadi rupiah. Demi menjaga dapur di rumah tetap mengepul.
Ada sekitar puluhan pejuang sampah yang tak payah mengais botol plastik, kaleng, dan kardus yang tertimbun bercampur sisa-sisa makanan yang membusuk. Sembari menenteng kantong plastik sampah ukuran besar, sampah-sampah yang berserakan mereka pilah satu per satu.
"Dipilih yang bersih. Habis itu kami bawa lagi ke penampungan. Nanti di sana dipilih lagi," kata Undi (45) kepada Tutura.Id sambil beranjak menuju tempat penampungan.
Urusan pilah-pilah ini biasanya disesuaikan berdasarkan jenis sampah. Semisal untuk sampah botol plastik dibedakan menjadi botol putih (produk teh) dan botol biru (produk air mineral).
Botol putih dijual seharga Rp3.500 per kilogram dan botol biru dibanderol Rp2.500 per kilogram. Sedangkan sampah kaleng punya harga jual Rp2.000 per kilogram. Beda lagi dengan kardus yang hanya dihargai Rp700 per kilogram.
Saat melongok lokasi tempat menampung sampah hasil pemilahan yang letaknya sekitar 500 meter dari TPA Kawatuna, tampak berdiri beberapa pondok. Sementara di sekelilingnya tergeletak karung-karung berisi sampah yang siap ditukarkan dengan rupiah.
Mujib, pedagang minyak kelapa curah di Pasar Inpres Manonda, termasuk pengepul yang menantikan datangnya sampah-sampah jenis botol plastik dari para pejuang sampah. "Untuk dijadikan tempat minyak kelapa. Sebelum dipakai dicuci dulu supaya steril," tutur pria berumur 41 tahun ini.
Kehadiran Undi dkk. sebagai pelestari jadi salah satu garda terdepan dalam memaksimalkan kebersihan kota. Mereka berkontribusi mengurangi tumpukan sampah yang terbuang dengan sia-sia untuk dijadikan barang dengan nilai jual.
"Kalau di TPA sini hanya sebatas pemulung membantu memilah sampah yang bisa bernilai ekonomi," ujar Kepala UPTD TPA Kawatuna Muhammad Saiful kepada Tutura.Id (16/10).
Pengelolaan sampah di TPA Kawatuna yang masih menggunakan sistem pembuangan terbuka (open dumping) jadi alasan munculnya permukiman para pemulung di sekitar area tersebut. Sampah yang bagi kebanyakan orang semata barang sisa yang tak berguna lagi justru menjadi sumber nafkah.
Menyandarkan peran pemulung dalam mengurangi beban timbunan sampah di TPA Kawatuna jelas tak cukup. Terlebih Pemerintah Kota (Pemkot) Palu tetap pasang target meraih Adipura 2024.
Oleh karena itu, Pemkot Palu telah membentuk Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) dan bank sampah yang tersebar pada level kelurahan.
Ada juga inisiatif warga yang mendirikan kios sampah di sekitar tempat tinggalnya. Salah satunya dilakukan oleh Nur Azizah (45), pengelola kios sampah di Kelurahan Balaroa.
Nur bersama para pengelola kios sampah yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga memilah sampah berdasarkan jenisnya, kemudian mereka jual kepada pengepul.
“Kan sampah yang didaur ulang berarti ada daya gunanya. Otomatis sampah yang dibuang karena sudah tidak bisa didaur ulang jadi lebih berkurang,” ujar Nur (19/4).
Sebelumnya telah ada Peraturan Daerah Kota Palu No. 3 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Sampah, lalu Peraturan Wali Kota Palu Nomor 40 Tahun 2021 tentang Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai dan Styrofoam, diikuti terbitnya Surat Edaran Wali Kota Palu tentang Pembatasan Penggunaan Kemasan Plastik Sekali Pakai dan Styrofoam Nomor 100.3.4.3/2591/DLH/2023.
Beberapa program lain juga gencar dilakukan. Salah satunya penambahan 22 truk sampah guna melengkapi 48 unit yang telah ada sebelumnya.
Lalu janji Wali Kota Palu Hadianto Rasyid menaikkan gaji pekerja dalam program padat karya menjadi Rp1 juta per bulan.
Kenaikan gaji yang efektif berlaku mulai Januari 2024 itu berlandaskan kinerja memuaskan para pekerja dalam menata dan meningkatkan kebersihan lingkungan di Kota Palu.
Lagi-lagi, sampah yang untuk kebanyakan masyarakat dianggap sisa atau rombengan tak berguna, justru menjadi sumber rezeki bagi sebagian orang.
sampah pemulung kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu TPA Kawatuna Pemerintah Kota Palu padat karya bank sampah kios sampah TPS3R