Pilihan menongkrong di kafe yang kini tak sebatas kualitas makan dan minum
Penulis: Andi Baso Djaya | Publikasi: 10 Januari 2023 - 18:02
Bagikan ke:
TUTURA.ID - Pilihan menongkrong di kafe yang kini tak sebatas kualitas makan dan minum
Menikmati sepoi angin Teluk Palu sambil nongkrong di kafe bersama teman-teman dekat (Foto: instagram.com/renjanakopi.id)

Banyak orang bilang salah satu budaya khas kita adalah nongkrong. Tua muda, tuan puan, kaya kere pasti suka menongkrong alias kongko atawa meet up dalam circle pergaulan anak Palu Selatan.

Namanya juga mahluk sosial. Bercengkerama dengan orang lain sudah pasti penting dan seharusnya dilakukan. Tidak melulu hanya membuang waktu percuma, nongkrong di tempat-tempat kasual nan santai bikin otak rileks. Tidak stres. Siapa tahu juga bisa sekalian healing.

Ada banyak ragam istilah untuk menyebut kebiasaan berkumpul dengan teman-teman di suatu tempat yang melibatkan pembicaraan segala macam, mulai dari yang remeh sampai topik serius ini.

Coba-coba ke Palu Timur yang tak kalah “gawat” budaya nongkrongnya lantaran sekarang banyak kafe dan warkop di sana.

Anak muda kekinian bilangnya hangout. Geser lagi agak jauh ke Palu Utara, mungkin istilah ngops lebih lazim digunakan. Walaupun ada juga yang pesan bukan kopi, halabut saja. Istilahnya tetap ngops.

Sobat-sobatku di Palu Barat masih bersetia menggunakan istilah nongki yang sudah agak lawas. “Nongki kita? Intah!” Mungkin di wilayah lain punya istilah tersendiri sebagai pengganti kata nongkrong.

Apa pun istilahnya, nongkrong biasanya dilakukan untuk menghabiskan (atau mengisi?) waktu sambil baku sedu, baku gara. Bersenda gurau belaka.

Pembeda tiap orang saat menongkrong hanya tempat dan kadar atau frekuensinya. Yang terakhir dituliskan biasanya, sih, tergantung isi kantong.

Fenomena tersebut akhirnya terbaca sebagai peluang bisnis. Bertebaranlah kafe, warung kopi, angkringan, hingga waralaba beken untuk mengakomodir aktivitas yang kini menjelma seolah kewajiban itu.

Perkembangan zaman yang ikut mengubah cara pandang konsumen bikin para pengelola bisnis tempat-tempat nongkrong harus senantiasa berakselerasi. Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan.

Untuk bisa mendapat julukan tempat nongkrong yang hits, fokus utama kini tak sekadar mempertahankan cita rasa makanan dan minuman di lidah konsumen. Faktor kenyamanan dan estetika juga tak kalah penting.

Masifnya penetrasi media sosial, terutama Instagram dan TikTok, dengan pengguna aktif menuntut tempat nongkrong masa kini harus punya spot estetis.

Pasalnya generasi muda yang jadi pangsa pasar usaha ini akan mempertimbangkan ketiga faktor tersebut saat memutuskan nongkrong di satu tempat.

Jika ada yang gagal memenuhi ekspektasi tadi, bersiaplah ditinggalkan. Opsi bertebaran memenuhi isi kota.

Makanya jangan heran kalau tidak sedikit kafe yang cuma tampak ramai sesaat lantaran imbas fear of missing out, tapi tak lama kemudian langsung tutup karena sepi. Ditinggalkan pengunjung karena enggan melakukan inovasi.

Selaras Cafe langsung jadi favorit meskipun belum lama buka (Foto: Moh. Rifky/Tutura.Id)

Kafe baru langsung jadi favorit

Tentu saja faktor subjektifitas kental memengaruhi dalam proses seleksi tempat nongkrong paling hits dalam “Polling Paling 2023” ini. Pun demikian, penentuannya tetap melalui diskusi nan alot.

Masing-masing anggota redaksi memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman sebagai konsumen. Istilahnya berbasis customer experience. Jadi bukan semata lantaran keempat kafe ini memang sedang hit sepanjang tahun lalu.

Lalu saat disodorkan kepada warga Tutura.Id dalam bentuk jajak pendapat daring melalui fitur Instagaram Story, manakah yang meraih persentase paling banyak?

Urutan nomor wahid ternyata jadi milik Selaras Social Space yang mengumpulkan 49% suara polling.

Tempat nongkrong yang berlokasi di Jalan Tanjung Satu, Palu Selatan, paling bontot usianya dibandingkan ketiga tempat lainnya dalam lis.

Pembukaan praresmi alias soft opening-nya berlangsung 16 September 2022. Sementara pembukaan perdana (grand opening) menyusul dua hari berselang.

Buka tiap hari mulai pukul 09.00-24.00 WITA. Akhir pekan menjadi waktu paling ramai, terutama saat malam hari, dengan mayoritas pengunjung berasal dari kalangan remaja.

Pilihan untuk nongkrong sambil mencicipi aneka makanan dan minuman bisa di area terbuka alias out door. Ruangan bagian dalam kafe yang berpendingin ruangan dan bebas asap rokok juga bisa jadi opsi.

Secara umum, desain dan penataan ruang di kafe ini laiknya bangunan industrial minimalis. Tembok dibiarkan terekspos. Lantai bagian luar sengaja diisi bebatuan pipih berwarna putih yang terhampar di atas rumput hijau.

Jejeran meja dan kursi terbuat dari paduan kayu berbingkai besi hollow. Ada juga tempat duduk beton berundak. Mirip penataan kursi area tribun di stadion olahraga maupun gedung pertunjukan teater.

Area luar ruangnya juga dipenuhi pepohonan dan tumbuhan hijau. Lumayan bikin suasana ngopi saat terik jadi teduh.

“Konsep ruangan yang kami usung akan memberikan pengalaman baru tentang bagaimana menikmati tempat makan. Kami menyediakan tempat yang dapat membuat anda merasa menyatu dengan sekitarnya.” Demikian mukadimah yang tertulis dalam postingan Instagram pertama tempat ini.

Berlanjut ke posisi kedua terbanyak yang meraih hasil polling ada Start Up Cafe and Resto. Kebanyakan orang cukup menyebutnya Start Up Lounge. Tempat nongkrong yang beralamat di Jalan Pemuda, Besusu Tengah, Palu Timur, meraih 19% suara.

Pilihan menu mulai dari appetizer, main course, hingga dessert tersedia di tempat yang buka saban hari mulai pukul 11.00-24.00 WITA.

Sejak pertama kali buka pada medio 2018, kafe tumbuh menjadi salah satu pilihan warga Palu untuk bercengkerama dengan kolega atau anggota keluarga.

Keseluruhan aktivitas kafe berlangsung di dalam ruangan. Namun, bagian paling belakang yang terdiri dari dua tingkat punya bumbungan atap lebih tinggi. Rasanya seperti berada di area semi out door.

Panggung permanen yang berdiri di kafe ini sering dimanfaatkan untuk bikin penyelenggaraan acara musik dan hiburan lain. Sesuai dengan slogan mereka; eat meet fun.

Dua kafe terakhir dalam lis yang punya selisih tak jauh dalam perolehan suara adalah Renjana Kopi (17%) dan Kopi Arobi (15%).

Renjana terletak di Jalan Kampung Nelayan, Talise. Lokasinya yang di tepi Teluk Palu bikin orang-orang yang nongkrong jadi bisa menikmati semilir angin pantai. Terkadang hangat, tak jarang dingin.

Jangan lupa menyesap kopi nelayan, renjana, atau cold white yang jadi menu signature di kafe ini.

Sementara jenama Kopi A’robi yang kini sudah punya beberapa outlet di Kota Palu, juga meluas hingga ke Parigi, Poso, Luwuk, dan Makassar, berawal dari usaha kopi kemasan botol. Konsepnya beli, bungkus, lalu bawa pulang alias take away.

Ihwalnya karena saat Robby Lamantoro merintis usaha ini bertepatan dengan pandemi Covid-19.

Lambat laun konsep tadi bermetamorfosa. Cita rasa Kopi A’robi kini tersedia dalam kemasan gelas plastik yang bisa dinikmati langsung oleh pengunjung sambil menongkrong di setiap outlet.

Jenis minuman yang ditawarkan kafe in tidak melulu kopi. Ada produk frozen food pula yang terdiri dari otak-otak, pangsit, bakso ikan, hingga bakso sapi. Maklum, Robby mengawali geliat usahanya di kota ini sebagai pemasok bahan baku pembuatan bakso.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca artikel ini?
Suka
2
Jatuh cinta
0
Lucu
0
Sedih
1
Kaget
0
Marah
0
Mungkin tertarik
TUTURA.ID - Si hitam dengan beragam manfaat untuk kesehatan
Si hitam dengan beragam manfaat untuk kesehatan
Setiap warna yang ada dalam tumbuhan, entah buah, sayur, atau biji-bijian, memiliki aneka kandungan yang…
TUTURA.ID - Indra Juniawan bikin komik.story karena rasa gabut
Indra Juniawan bikin komik.story karena rasa gabut
Ide dan kreatifitas menggarap konten tak pernah ada habisnya. Indra sang kreator komik.story membagikan prosesnya…
TUTURA.ID - Sumbangsih genre horor dalam perfilman Indonesia
Sumbangsih genre horor dalam perfilman Indonesia
Jumlah penonton film Indonesia di bioskop sepanjang 2022 berhasil mencetak sejumlah rekor. Genre horor masih…
TUTURA.ID - Darurat Kekerasan Seksual Di Sulteng