Satu persoalan yang tampaknya masih lekat dengan Kota Palu adalah perkara pemadaman listrik. Bisa dipahami jika durasi pemadamannya berlangsung singkat. Sebagian orang, terutama pelaku usaha, masih bisa mengandalkan genset demi tetap menjalankan pekerjaan.
Namun, yang dialami warga di kota ini bukan perkara mati lampu dua atau tiga jam seperti yang dijanjikan, tapi molor lima hingga enam jam. Bahkan pernah ada kurun waktu listrik di ibu kota Sulawesi Tengah (Sulteng) ini padam hingga delapan jam lamanya.
Hari-hari belakangan ini, listrik di Kota Palu dan sekitarnya kembali rutin mendapat giliran pemadaman listrik. Tak ayal protes dari warga mengapung tak terkendali di media sosial.
Isinya bukan sekadar ungkapan rasa kecewa atas pelayanan yang diberikan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebagian warga mengeluhkan kurangnya sosialisasi terkait jadwal pemadaman listrik.
Pengumuman jadwal pemadaman bergilir di sejumlah wilayah juga acap kali tidak akurat alias meleset. Ini yang bikin warganet meradang.
"DARI JAM 5 PALUPI MATI SAMPE SKRG, PADAHAL TDK ADA DI LIST, SUDAH DIKASI MATI KEMARIN 5 JAM, MASIH DIKASI MATI LAGI SEKARANG, GILIRAN MENAGIH LISTRIK T TAU ATURAN," protes pemilik akun Instagram @mlbbsadvibes mengomentari unggahan jadwal pemadaman listrik yang disebarkan @Tutura.Id, Kamis (19/10/2023).
Protes lain disampaikan pemilik akun Instagram @___pace21___ yang berisi, "Tidak ada saya lihat Jalan Pramuka, Besusu Barat, tapi mati juga di sini." Komentar ini menyiratkan betapa wilayah yang sejatinya tak terkena jadwal pemadaman tetap bisa kena giliran mati lampu.
Berdasarkan informasi yang tertera dalam sebaran tersebut, pemadaman listrik dilakukan secara bergilir selama tiga jam. Selain Kota Palu, pemadaman listrik juga menimpa wilayah Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi, dan Poso.
Pemadaman listrik imbas kemarau
Menurut keterangan tertulis PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Palu, penyebab pemadaman listrik bergilir kali ini dilakukan imbas kemarau berkepanjangan. Fenomena El Nino yang kini terjadi tak hanya menyebabkan suhu beringsang, tapi juga bikin kemarau berlangsung lebih panjang.
Kondisi kering nirhujan ini akhirnya menyebabkan debit air di Danau Poso berkurang cukup drastis. Kita ketahui bersama, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dioperasikan PT Poso Energy milik Kalla Group itu mengandalkan pasokan listriknya dari danau tersebut.
Sementara, sekitar 90 persen sumber kelistrikan di Sulteng bersumber dari suplai PLTA Poso.
Saat Tutura.Id mengunjungi Kantor PLN UP3 Palu di Jalan R.A Kartini, Selasa, (24/10/2023) siang, Natallia selaku Asisten Manager Keuangan dan Umum mengungkap kaitan antara musim kemarau dan pemadaman listrik bergilir di Kota Palu.
"Memang erat sekali hubungannya. Untuk PLTA Poso memang menyuplai sistemnya ke Sulawesi Tengah dan ke Sulselrabar (Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara, Barat). Adanya El Nino sangat berdampak sekali," ujar Natallia.
Berdasarkan data yang ia sebutkan, pada umumnya PLTA Poso yang terletak di Desa Sulewana menyuplai kemampuan listrik sebesar 515 MW (megawatt). Saat ini, kemampuan yang tersisa hanya berkisar 200 MW. Artinya, penyuplai listrik terbesar di Sulteng itu kini mengalami penurunan hingga 60 persen.
"Itu masih harus dibagikan lagi ke (Sulawesi) Selatan dan (Sulawesi) Tengah," imbuhnya menggambarkan minimnya pasokan listrik di Sulteng hari-hari belakangan.
Merujuk data Statistik PLN 2022, kapasitas terpasang di Sulteng mencapai 226,90 MW dengan daya mampu 150,53 MW dan beban puncak 133,44 MW.
Sementara jumlah pelanggan listrik di Sulteng tercatat 864.217 yang terdiri dari beberapa jenis, di antaranya rumah tangga, industri, bisnis, sosial, gedung kantor pemerintah, dan penerangan jalan umum.
"Kita hanya bisa berdoa supaya cepat naik debit airnya (Danau Poso)," pungkas Natallia.
Berharap dari hujan buatan
Kemarau panjang yang melanda Sulteng, juga wilayah lain di Indonesia, mengakibatkan debit air berkurang drastis, bahkan beberapa sumber mata air mengalami kekeringan.
Danau Poso yang memiliki panjang 32 kilometer dan lebar 16 kilometer dengan volume air 216 gigaliter, juga merasakan dampak El Nino. Permukaannya surut ratusan meter dari garis batas terluar ke posisi tengah.
Alhasil orang-orang bisa dengan jelas melihat hamparan pasir putih di sepanjang pesisir danau melalui anjungan. Padahal biasanya hamparan pasir tersebut tertutupi oleh air danau.
Kondisi ini jadi atensi serius banyak pihak, mulai dari PLN, PT Poso Energy, BMKG, BPBD, hingga Pemprov Sulteng. Salah satu langkah yang hendak diambil untuk mengatasinya dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Teknologi yang bisa mendatangkan hujan buatan itu diharapkan bisa meningkatkan debit air di Danau Poso. Sehingga nantinya pasokan listrik ke wilayah Kota Palu dan sekitarnya bisa kembali normal.
Pasalnya, menurut Jarot Setyawan selaku General Manager Unit Induk Penyaluran Pusat Pengatur Beban (UIP3B) Sulawesi, berkurangnya volume air Danau Poso tak hanya berdampak pada kinerja PLTA Poso, tapi juga memengaruhi pasokan air untuk warga sekitar.
Segala proses perizinan untuk melaksanakan TMC telah dikantongi. Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura bahkan menilainya sebagai langkah yang harus dilakukan demi mengatasi dampak kekeringan ini.
Pun demikian, pihak Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Aljufri Palu mengungkapkan, pelaksanaan TMC baru akan dilaksanakan menyesuaikan pertumbuhan awan. Sebab modifikasi cuaca sia-sia dilakukan tanpa adanya awan.
pemadaman listrik mati lampu PLN Danau Poso PLTA Poso musim kemarau El Nino Teknologi Modifikasi Cuaca BMKG Pemprov Sulteng hujan buatan media sosial warganet