Luluh lantak akibat gempa, tsunami, dan likuefaksi pada 2018, pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur di Kota Palu yang notabene ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Langkah serupa juga dilakukan pihak swasta.
Sejumlah fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos), mulai dari jalan, trotoar, rumah ibadah, sekolah/kampus, tempat perbelanjaan, hingga tempat rekreasi yang terkena dampak rusak ringan langsung direvitalisasi.
Adapun yang hancur tak berbekas juga berusaha langsung disegerakan pembangunan ulangnya. Sebab pembangunan infrastruktur termasuk faktor kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Tak lama usai bencana dahsyat terjadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono memperkirakan pembangunan ulang Kota Palu menyedot sekitar Rp5 triliun-Rp6 triliun.
Berkaca dari sejarah kebecanaan yang selama ini terjadi di Kota Palu, segala bentuk perbaikan dan pembangunan ulang kini harus makin cermat. Keterlibatan seismolog atau ahli gempa bumi mutlak diperlukan.
Kurun lima tahun usai tragedi, perlahan Kota Palu mulai bersolek. Per 2023 ini saja beberapa sarana publik telah rampung direhabilitasi. Contohnya Taman Nasional Bundaran Hasanuddin yang dimanfaatkan warga kota untuk berkumpul atau sekadar mengaso.
Masih ada beberapa fasus dan fasos lagi yang hingga artikel ini terbit masih dalam status perbaikan dan pengerjaan. Ambil misal revitalisasi Taman Lasoso.
Lalu yang paling membetot perhatian tentu saja Lapangan Vatulemo, Bandar Udara Mutiara Sis-Aljufri, Jembatan Palu IV, dan Gedung Kesenian Palu. Dua yang tertulis belakangan memulai pembangunannya dari nol.
Mengingat skalanya yang besar, dari segi anggaran dan kemaslahatannya bagi warga, bagaimana progres dan kapan empat proyek ini mulai bisa digunakan? Berikut ulasannya.
Lapangan Vatulemo
Terletak persis di depan Kantor Wali Kota Palu sehingga punya alias Lapangan Wali Kota. Semula lapangan seluas dua hektare ini hanya dijadikan tempat penyelenggaraan konser dan upacara.
Sejak 2016, ditambahkan beberapa fasilitas penunjang untuk warga berolahraga. Wahana permainan anak juga banyak disewakan. Warga tak perlu khawatir kehausan dan kelaparan sebab ada banyak jajanan di sekitar lapangan ini.
Maka tak jarang pula lapangan ini jadi pilihan randa kabilasa alias muda mudi bersantai. Jadi tempat berkencan pun sering, wabilkhusus saat akhir pekan tiba.
Kini Lapangan Vatulemo tutup untuk sementara karena sedang berlangsung proyek revitalisasi. Konsep barunya nanti akan nyambung hingga ke halaman Kantor Wali Kota Palu di sisi timur tanpa pagar pembatas.
Pengerjaannya berlangsung dalam dua tahap dan ditargetkan rampung medio 2024. Anggaran yang diperlukan dalam proyek ini mencapai total Rp35 miliar termasuk pembangunan baruga.
“Progres sampai saat ini sudah sampai 50%. Waktu tinggal dua bulan, tapi Insya Allah bisa selesai karena tinggal finishing," ungkap Kepala Bidang Bina Konstruksi, Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu Yus Darmin saat dikonfirmasi Tutura.Id, Selasa (31/10/2023).
Jembatan Palu IV
Fasilitas umum yang satu ini posisinya tepat di mulut Teluk Palu, antara Kelurahan Besusu dan Kelurahan Lere. Diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2006. Menjadi jembatang lengkung pertama di Indonesia.
Lindu berkekuatan 7,4 SR yang terjadi pada 2018 menyebabkan jembatan ini ambrol. Padahal sebelumnya di atas jembatan ini hilir mudik kendaraan dari Palu Barat ke Palu Timur dan sebaliknya.
Proyek pembangunan ulang jembatan ini mulai intens dilakukan sejak tahun lalu dengan menggandeng Tokyu Construction bersama PT Waskita Karya.
Mengingat lokasinya, konstruksi jembatan tersebut didesain bisa menahan gempa, tsunami, dan likuifaksi.
Jembatan itu juga akan terkoneksi dengan jalan elevated alias peredam energi gelombang tsunami yang dibuat meninggi sekitar 4,95 meter di atas permukaan laut. Sementara pondasi-pondasinya didesain lebih tebal dan ditanam lebih dalam daripada jembatan pada umumnya.
Anggaran pembangunannya yang mencapai Rp210 miliar bersumber dari pendanaan hibah melalui Japan Internasional Coorporation Agency (JICA). Progresnya saat ini mencapai 43 persen dari target 30 Juni 2024.
Bandar Udara Mutiara Sis Al-Jufri
Proyek rehabilitasi dan rekonstruksi bandara ini menyasar dua item, yakni sisi udara dan sisi darat. Ini dilakukan agar struktur bangunan lebih tahan gempa bumi.
Untuk sisi udara meliputi perbaikan geometri dan permukaan landasan pacu (runway), pembuatan helipad alias landasan untuk helikopter, gorong-gorong saluran drainase (box culvert), dan lampu-lampu.
Sementara perbaikan sisi darat menyasar terminal penumpang, rekonstruksi gedung pemadam kebakaran, pusat penyediaan daya listrik, pintu masuk, dan gedung serbaguna.
“Kalau dikatakan presentase memang sudah mau selesai. Sudah lebih 90%. Tinggal item-item yang merupakan paket pelengkapnya saja,” terang Kepala Bandara Rudi Richardo saat kami temui di ruang kerjanya, Kamis (2/11).
Rehabilitasi dan rekonstruksi Bandar Udara Mutiara Sis Al-Jufri ditargetkan rampung tahun ini. Pengerjaannya merogoh anggaran sekitar Rp550 Miliar yang bersumber dari Asian Development Bank (ADB) di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Negara.
Terminal penumpang jadi salah satu yang tampak mencolok perubahannya. Beberapa fasilitas yang dahulu belum ada kini sudah tersedia. Misalnya ketersediaan mesin self check-in. Ini memudahkan penumpang untuk melakukan pelaporan ketika hendak berangkat. Ruang tunggu penumpang juga tampak makin nyaman.
"Bandara kita yakini sebagai pintu gerbang masyarakat atau orang yang punya kepentingan di Sulawesi Tengah. Jadi, mudah-mudahan kalau awalnya nyaman melihat situasi (bandara, red.), hal-hal yang mau dilakukan di Sulawesi Tengah bisa lancar dan maksimal," imbuh Rudi.
Gedung Kesenian Kota Palu
Menurut pendapat kaum bijak bestari, keberadaan gedung kesenian penting dimiliki sebuah kota sebagai cerminan wibawa dan budaya.
Oleh karena itu, setelah Gedung Olah Seni alias Golni Palu rusak parah akibat lindu dan hantaman tsunami, pengadaan gedung ini jadi salah satu tugas pemerintah kota.
Musabab lokasi Golni Palu termasuk zona merah, maka pembangunan gedung kesenian baru kini berpindah jauh dari lokasi pantai. Letaknya di Jalan Bukit Cina, Kelurahan Talise.
Gedung yang memakan anggaran sekitar Rp12 Miliyar itu ditargetkan rampung akhir 2023. Keberadaan gedung baru ini diharapkan tak sekadar menonjolkan segi estetika, tapi tumpul secara fungsi sebagai gedung pertunjukan kesenian.
"Apakah disewakan atau tidak kami harus membicarakan dengan pimpinan. Kalau disewakan berarti ada pemasukan ke Pemda. Itu harus duduk bersama semua pihak," terang Evi Oktavia, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, saat dikonfirmasi Tutura.Id via WhatsApp, Minggu (5/11).
Sementara itu, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid mengharapkan gedung kesenian tersebut bisa menjadi tempat menampung talenta dan bakat seni para pemuda yang ada di Kota Palu.
"Semoga gedung ini bisa memberikan suasana yang begitu berbeda. Betul-betul dapat dinikmati baik oleh kita, terkhusus buat anak-anak muda yang ingin talenta-talentanya dapat terekspresikan dengan baik di kota kita ini," ujar Hadi—sapaan akrabnya—dalam rilis pers Humas Pemkot Palu.
View this post on Instagram
pembangunan infrastruktur fasilitas umum fasilitas sosial Lapangan Vatulemo Bandara Mutiara Sis Al-Jufri Gedung Kesenian Palu Jembatan Palu IV Kota Palu