Harapan mendapat potensi cuan lestari benar-benar diwujudkan oleh Kabupaten Sigi. Nilainya ditaksir mencapai jutaan dollar Amerika Serikat (US$) atau setara puluhan miliar rupiah.
Cuan lestari senilai US$2,62 juta itu berasal dari komitmen pendanaan antara tiga investor, yakni Java Kirana, Katalys, dan Conservana Spices dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi.
Ketiga investor bersepakat mengucurkan cuan senilai Rp39,5 miliar di daerah berjuluk Mareso Masagena setelah melihat potensi besar di balik lima komoditas lestari unggulan di Sigi, yaitu kopi, kakao, vanili, palmarosa, dan sereh wangi.
Bahkan, Conservana Spices—salah satu investor—menyebut komoditas vanili di Sigi sebagai “emas hijau” terbaik di Indonesia.
Kesepakatan antara Pemkab Sigi dengan mitra pendana itu tertuang dalam Forum Bisnis dan Investasi Inovasi Berbasis Alam yang jadi agenda pembuka Festival Lestari 5 di Sigi, 23-25 Juni 2023.
Komitmen investasi itu merupakan ikhtiar demi keseimbangan ekonomi dan lingkungan di kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu.
Alasannya sederhana. Luas wilayah administratif Kabupaten Sigi terdiri atas 75 persen cakupan hutan. Sementara lebih dari 50% wilayah tersebut berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Hal ini bikin masyarakat mau tidak mau harus menggantungkan ekonomi melalui hasil hutan kayu, nonkayu, serta agrobisnis. Pemkab Sigi juga senantiasa mendorong pembangunan berbasis alam, baik melalui wisata maupun hilirisasi komoditas.
"Komoditas yang tumbuh baik di alam yang terjaga dengan bantuan petani dan pekebun yang bertanggungjawab seperti kakao, vanili, durian, bambu, dan kopi tidak hanya bisa dijual dalam bentuk komoditas tapi juga produk turunan," kata Bupati Sigi Irwan Lapatta dalam pembukaan Festival Lestari 5 di Ballroom Villa Bukit Indah Doda (23/6/2023).
Selain sektor agrobisnis, lanjut Irwan, Sigi juga potensial di sektor pariwisata dan budaya. Semisal hadirnya spot paralayang di Desa Wayu yang didaulat sebagai lokasi aerosport terbaik di Asia.
Lalu ada juga Danau Lindu yang terletak di kawasan TNLL. Ada pula Tari Raego sebagai warisan budaya takbenda yang menampilkan filosofi gotong royong menjaga alam.
Komitmen cuan investasi lestari mencapai Rp40 miliar
Korporasi pertama yang menaruh minat terhadap komoditas unggulan di Sigi adalah Java Kirana. Korporasi yang bergerak di sektor usaha sosial dan pengembangan budidaya kopi ini tercatat mengucurkan cuan paling banyak.
“Java Kirana memberikan pendanaan minimal US$2 juta, karena kami melihat bahwa kualitas kopi asal Sigi memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,” tutur Noverian Aditya selaku co-founder Java Kirana.
Lantaran punya komoditas yang kualitas, Noverian menyatakan pihaknya tak ragu mengucurkan pendanaan yang setara Rp30,14 miliar. Nilai tersebut 76,3% dari total investasi yang disepakati Pemkab Sigi bersama tiga lembaga pendonor asal Indonesia.
“Demi meningkatkan kualitas, fokus kami akan dimulai sejak pascapanen hingga tahap komersialisasi produk kopinya,” imbuh Noverian.
Selain Java Kirana, ada pula Katalys dan Conservana Spices. Berbeda dengan Java Kirana, Katalys lebih menitikberatkan pada konsep pengembangan agroforestri komoditas kakao di salah satu desa di Kecamatan Gumbasa, Sigi.
“Katalys berkomitmen memberi akses pendanaan senilai US$500 ribu. Katalys ingin menciptakan sistem bisnis kakao yang berkelanjutan dengan basis konservasi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat,” terang Peter Witkamp selaku Co-Founder and Partner Katalys.
Menurut Peter, melalui investasi yang nilainya setara Rp7,53 miliar itu, Katalys akan menerapkan sistem bisnis tersebut dimulai pada proyek hilirisasi kakao di Desa Omu.
Sementara Conservana Spices, perusahaan asal Denpasar, memiliki ketertarikan tinggi atas komoditas vanili, palmarosa, dan sereh wangi dari Sigi.
“Conservana Spices berkomitmen memberikan dana sebesar US$125 ribu atau Rp1,88 miliar. Kami berkeinginan membangun pabrik pengolahan vanili menjadi minyak atsiri, ekstrak, atau produk turunan lainnya,” jelas Founder Conservana Spices I Ketut Maliawan.
Perusahaan yang telah merambah pasar ekspor ke Inggris, Jerman, Jepang, dan Tiongkok ini juga memastikan bahwa komitmen mereka tak sekadar pendanaan, tetapi memastikan jika semua produk yang mereka produksi dikelola secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Selain menyepakati komitmen dengan tiga investor, Pemkab Sigi juga menandatangani kerjasama investasi inovasi berbasis alam dengan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka), UPT Sumber Daya Hayati Sulawesi-Herbarium Celebense (CEB) Universitas Tadulako (Untad).
Festival Lestari 5 di Sigi juga berhasil menjembatani komitmen cuan lestari dengan total nilai US$22,7 juta alias Rp340,5 miliar, termasuk kemitraan yang dibangun Pemkab Sigi bersama tiga investor.
Ada pula nilai transaksi yang berhasil dikurasi sebesar Rp432 juta melalui penempatan 25 booth UMKM di pasar warga Potomu Ntodea, sepanjang pelaksanaan agenda Festival Lestari 5.