
Dua tahun silam Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng sempat membuat tiga plan terkait transisi energi, yaitu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB), serta pengadaan kendaraan operasional berupa motor listrik bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Kini dua dari tiga rencana itu sudah mulai terlihat. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) pembangunan PLTA Bongka di Tojo Una-Una oleh PT Bongka Nova Energi sedang dalam tahapan penyusunan.
Sementara kehadiran kendaraan operasional berupa 12 unit motor listrik telah digunakan oleh para pegawai Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) kelas II Sulteng.
Transisi energi adalah sebuah upaya beralih menggunakan bahan bakar dari energi fosil, semisal minyak bumi, gas, dan batu bara menjadi energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.
Sumber EBT, merujuk RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan, tersedia oleh alam dan dapat terus diperbaharui karena sumbernya tak terbatas, seperti energi panas bumi, air, angin, matahari, dan biomassa
Tujuan mengubah penggunaan energi tadi jadi salah satu satu upaya meredam laju perubahan iklim yang kian ekstrem.Satu contoh dampak perubahan iklim yang sudah kita rasakan adalah menghangatnya suhu global. Terik matahari alias napane eo dalam bahasa Kaili terasa kian menyengat.
Cuaca makin panas dan kemarau berkepanjangan akhirnya bikin debit air di Danau Poso menurun drastis. Akibatnya sempat terjadi pemadaman bergilir di wilayah Kota Palu dan sekitarnya.
Dua peristiwa tadi, dan masih banyak lagi contoh lainnya, seharusnya jadi bukti sahih untuk mendorong proses menuju transisi energi menjadi program skala prioritas. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Program ini menemui rintangan terjal.
Data Global Energy Monitor menyebut sebanyak 53 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dengan kapasitas 14,49 gigawatt sedang tahap konstruksi sepanjang 2023.
Sulteng bahkan menjadi daerah yang terbesar dalam pembangunan PLTU batu bara ini dengan kapasitas 5,24 gigawatt atau 36,16% dari total kapasitas yang dibangun.

Peneliti TuK Indonesia: Lima mitos transisi energi
Kepala Departemen Kampanye dan Pendidikan Publik Transformasi untuk Keadilan (TuK) Indonesia Abdul Haris mengatakan, upaya menuju transisi energi ibarat sebuah mitos. Sekadar indah sebagai cerita, bukan dengan praktiknya.
“Sedikitnya ada lima mitos terkait transisi energi ini, yakni penghentian PLTU, jalan panjang eksploitasi sumber daya alam, EBT, ramah lingkungan, dan kesejahteraan,” kata Haris kala dihubungi Tutura.Id, Sabtu (13/1/2023).
Menurut Haris, rencana penghentian penggunaan energi batu bara justru sebaliknya. Sebab terjadi peningkatan energi batu bara sejak 10 tahun terakhir.
Laporan Yayasan Cerah mengungkap kenaikan kapasitas PLTU captive power dari 1,4 gigawatt menjadi 10,8 gigawatt atau hampir delapan kali lipat kurun 2013-2023.
PLTU captive power adalah pembangunan pembangkit listrik bertenaga batu bara demi pasokan listrik sendiri di luar pasokan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Satu contohnya bisa dilihat di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), salah satu lokasi hilirisasi nikel terbesar di Indonesia.
Haris menambahkan transisi energi juga bersimpang masifnya eksploitasi SDA imbas hadirnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan kontrak (KK) karya pada berbagai wilayah.
Ia menyebut sesuai data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IUP dan KK mencapai 7.851 izin pada tahun 2022. Hingga Maret 2022, sebanyak 126 IUP terbit di Sulteng.
transisi energi bahan bakar fosil batu bara sumber daya alam Sulawesi Tengah lingkungan energi baru terbarukan energi berkelanjutan PLTA PLTU PLN Transformasi untuk Keadilan Walhi Sulteng perubahan iklim

